PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN Teams Game and Tournament (TGT) TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV MI ISMARIA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN Teams Game and Tournament (TGT) TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV MI ISMARIA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
RIZA MAYA SYARI NPM: 1211100110
Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1438 H/2017 M
(2)
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN Teams Game and Tournament (TGT) TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV MI ISMARIA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
RIZA MAYA SYARI NPM: 1211100110
Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pembimbing I : Dr. H. Ahmad Bukhori Muslim, Lc, M.A Pembimbing II : Sri Latifah, M.Sc
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1438 H/2017 M
(3)
ii
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAME AND TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS IV MI ISMARIA AL-QUR’ANIYAH BANDAR LAMPUNG Oleh:
RIZA MAYA SYARI 1211100110
Pada penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran Teams Game and Tournament. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran Teams Game and Tournament terhadap peningkatkan Pemahaman Konsep Belajar IPA di kelas IV MI Ismaria Al-Qur‟aniyah Bandar Lampung?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran Teams Game and Tournament terhadap peningkatkan Pemahaman Konsep Belajar IPA di kelas IV MI Ismaria Al-Qur‟aniyah Bandar Lampung?
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen (Quasy Eksperimen Design). Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas IV MI Ismaria Bandar Lampung yang berjumlah 128 peserta didik. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik acak kelas, sehingga di dapat kelas IV A berjumlah 32 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan kelas IV D berjumlah 32 peserta didik sebagai kelas kontrol. Analisis yang digunakan umtuk menganalisis data hasil penelitian adalah uji t (t test) pada data hasil pretest-posttest.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis serta mengacu pada rumusan masalah pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran Teams Game and Tournament dan konvensional. Peningkatan Pemahaman Konsep menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Teams Game and Tournament lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional yaitu menggunakan metode ekspositori. Rata-rata peningkatan hasil belajar IPA yang menggunakan model pembelajaran Teams game and Tournament thitung = 2,310 dan ttabel = 1,99897 yang berarti thitung > ttabel. Dengan demikian kemampuan rata-rata peserta didik termasuk dalam kategori sedang.
(4)
(5)
(6)
v
MOTTO
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya”
(Q.S Nuh: 17)1
1
Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahan (Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan 2006). hlm. 979
(7)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik, dengan kerendahan hati yang tulus dan hanya mengharap ridho Allah semata, penulis persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Almarhum Ayahanda Djumingan Sonowijoyo dan Ibunda Siti Maimunah yang senantiasa mendo‟akan bagi kesuksesan penulis. 2. Suami (Krisna Prema Dassa) dan Puteriku (Marisya Gotami Krisniasari)
tercinta selalu menjadi pendukung, penyemangat dan pendorong bagi terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. M. Afif Ashori, M.Ag dan Ibu Dra. Dewi Suryani yang senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, dan keteladanan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya untuk Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida‟iyah (PGMI) yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingannya kepada penulis.
5. Bapak Dr. H. Ahmad Bukhori Muslim, Lc, M.A selaku pembimbing I dan Ibu Sri Latifah, M.Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis dengan penuh ketelatenan dan keteladanan.
6. Bapak dan Ibu guru MI ISMARIA AL-QUR‟ANIYAH Bandar Lampung yang telah membantu memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan. 7. Teman-teman kelas D khususnya Lina Novianti yang selalu memberi
dukungan dan semangatnya.
(8)
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama penulis adalah Riza Maya Syari. Penulis lahir di kota Medan provinsi Sumatera Utara pada tanggal 12 Maret 1986. Penulis adalah putri bungsu dari 9 bersaudara dari pasangan Almarhum Bapak Djumingan Sonowijoyo dan Ibu Siti Maimunah. Penulis mempunyai suami bernama Krisna Prema Dassa dan seorang putri bernama Marisya Gotami Krisniasari.
A. Pendidikan Formal
1. SD Swasta Budi Rahayu Medan, lulus tahun 1999. 2. SMP Swasta PRIMA Medan, lulus tahun 2002. 3. SMK BM-TELADAN Medan, lulus tahun 2005.
4. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida‟iyah (PGMI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung pada tahun 2012.
B. Pengalaman Kerja
1. Sales Promotion Girl (SPG) PT. MATAHARI, Tbk di Thamrin Plaza Medan Pada tahun 2005 sampai tahun 2008.
(9)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Berkat ridho dari Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
2. Ibu Syofnidah Ifrianti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida‟iyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
(10)
ix
3. Bapak Dr. H. Ahmad Bukhori Muslim, Lc, M.A selaku pembimbing I dan Ibu Sri Latifah, M.Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberi pengarahan demi keberhasilan penulis.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya untuk Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida‟iyah (PGMI) yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
5. Bapak Syahyori Apriyansyah S.Pd MI ISMARIA AL-QUR‟ANIYAH Bandar Lampung yang telah membantu memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan.
6. Ibu Alif Fauziah Sari S.Pd dan Ibu Fitriani S.Pd, Bapak dan Ibu Guru beserta Staf TU di MI ISMARIA AL-QURANIYAH Bandar Lampung yang banyak membantu dan membimbing penulis selama mengadakan penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa di Jurusan Pendidikan Guru madrasah Ibtida‟iyah (PGMI) angkatan 2012, terkhusus kelas D (Lina, Putri, Vita dan yang lain), terimakasih atas kebersamaan, semangat dan motivasi yang telah diberikan.
8. Almamater IAIN Raden Intan Lampung yang ku banggakan, yang telah mendidikku dengan iman dan ilmu.
Alhamdulillaahiladzi bini‟matihi tatimushalihat (segala puji bagi Allah yang
(11)
x
bimbingan dan kontribusi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal „Alamin. Semoga bantuan yang ikhlas dari semua pihak tersebut mendapat amal dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis memohon taufiq dan hidayahnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pribadi dan berguna bagi kita semua.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Penulis
Riza Maya Syari NPM. 1211100110
(12)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 15
C. Batasan Masalah... 16
D. Rumusan Masalah ... 17
E. Tujuan Penelitian ... 17
F. Manfaat Penelitian ... 17
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 18
H. Definisi Operasional... 19
BAB II: LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. KajianTeori ... 21
1. Model Pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT)... 21
a. Pengertian Model Pembelajaran TGT... 21
(13)
xii
c. Kelebihan dan Kelemahan Dalam Pembelajaran TGT... 28
2. Pemahaman Konsep ... 30
a. Pengertian Pemahaman Konsep ... 30
3. Pengertian Belajar ... 38
4. Pemahaman Konsep IPA... 44
B. Kerangka Pemikiran ... 46
C. Hipotesis Penelitian ... 47
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48
1. Populasi ... 48
2. Sampel ... 49
3. Teknik Pengambilan Sampel... 49
B. Variabel Penelitian ... 50
1. Variabel Bebas ... 50
2. Variabel Terikat ... 51
C. Instrumen Penelitian... 51
D. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 52
1. Uji Validitas Instrumen ... 52
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 54
3. Uji Tingkat Kesukaran ... 54
4. Uji Daya Pembeda Tes ... 55
E. Metode Pengumpulan Data ... 56
1. Tes ... 56
2. Observasi ... 57
3. Dokumentasi ... 58
F. Teknik Analisis Data ... 59
1. Uji Normalitas... 59
2. Uji Homogenitas ... 60
(14)
xiii
4. Uji Hipotesis ... 61
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian ... 64
1. Analisis Data ... 64
a. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 64
1) Validitas Isi ... 64
2) Analisis Tingkat Kesukaran ... 66
3) Analisis Daya Beda Butir Soal ... 67
4) Uji Reliabilitas ... 68
b. Data Kemampuan Awal PesertaDidik Pretest ... 69
c. Hasil Uji Prasyarat Data Pretest ... 70
1) Uji Normalitas Data Pretest ... 70
2) Uji Kesamaan Data Pretest... 71
3) Uji Perbedan Data Test Awal Pretest... 72
d. Data Peningkatan Hasil Belajar ... 73
1) Uji Nomalitas Data Peningkatan ... 75
2) Uji Kesamaan Dua Varians Data Peningkatan... 76
3) Hipotesis N-Gain Hasil Peningkatan IPA ... 77
B. Pembahasan ... 78
BAB: V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL JUDUL TABEL HAL
TABEL 1.1 Persentase Ketuntasan ………... 4
TABEL1. 2 Data Awal Survey………... 11
TABEL 1.3 Pedoman Kualifikasi Pemahaman Konsep... 13
TABEL 3.1 Tingkat kesukaran…………. ……… ... 55
TABEL 3.2 Daya pembeda ………... 56
TABEL 3.3 Katagori Perolehan Skor N-Gain …………... 61
TABEL 4.1 Validitas Item Soal ……….. 65
TABEL 4.2 Tingkat Kesukaran Item Soal ……….. 66
TABEL 4.3 Daya Pembeda Item Soal ………. 67
TABEL 4.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal………….. 69
TABEL 4.5 Rekapitulasi Hasil Pretest ………. 70
TABEL 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ………. 71
TABEL 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ……….. 71
TABEL 4.8 Hasil Uji Hipotesis Uji t ……… 72
TABEL 4.9 Data Indeks Peningkatan……… 73
TABEL 4.10 Data Peningkatan Hasil Belajar IPA... ……. 74
TABEL 4.11 Hasil Perhitungan Normalitas ……… 75
TABEL 4.12 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas……….. 76
(16)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Peserta Didik Uji Coba Validasi... 87
Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Soal Pemahaman Konsep... 89
Lampiran 3 Soal Tes Uji Coba Pemahaman Konsep... 91
Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran... 98
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Soal Pemahaman Konsep... 99
Lampiran 8 Soal Tes Pemahaman Konsep... 100
Lampiran 9 Pedoman Penskoran... 101
Lampiran 10 Kunci Jawaban... 103
Lampiran 11 Analisis Validitas Butir Soal... 105
Lampiran 12 Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal... 106
Lampiran 13 Analisis Daya Beda Butir Soal... 107
Lampiran 14 Analisis Reliabilitas Butir Soal... 108
Lampiran 15 Perhitungan Nilai Pretest Kelas Eksperimen... 109
Lampiran 16 Perhitungan Nilai Pretes Kelas Kontrol... 110
Lampiran 17 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen... 111
Lampiran 18 Uji Normalitas Pretest Kelas Kntrol... 112
Lampiran 19 Homogenitas Pretest... 113
Lampiran 20 Uji Hipotesis Pretest... 114
Lampiran 21 Peningkatan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 115
Lampiran 22 Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 116
Lampiran 23 Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen... 117
Lampiran 24 Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol... 118
Lampiran 25 Homogenitas N-Gain... 119
Lampiran 26 Uji Hipotesis N-Gain... 120
Lampiran 27 Daftar TabelUji Untuk Uji Homogenitas Varians... 121
Lampiran 28 Titik PersentaseDistribusi t (dk = 41 – 80)... 122
Lampiran 29 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors... 123
Lampiran 30 Product Moment... 124
Lampiran 31 Nama Responden... 125
Lampiran 32 Profil Madrasah... 126
Lampiran 33 Lembar Validasi... 134
Lampiran 34 Dokumentasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 135
Lampiran 35 Kartu Konsultasi Skripsi... 136
Lampiran 36 Surat Permohonan Penelitian... 137
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang yang sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan karena dengan melalui proses pendidikan maka manusia akan mampu memperoleh ilmu dan pengetahuan yang baik sebagai bekal dalam kehidupannya. Melalui pendidikan inilah manusia mampu membedakan segala sesuatu yang baik maupun yang tidak baik dalam menjalani hidupnya, dari yang tidak tahu melalui proses pendidikan manusia menjadi tahu.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya:1) Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. 2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3) Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah. 4) Yang mengajar (manusia) dari perantara kalam.
5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Maksudnya Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.2
Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang – Undang Dasar, pendidikan mendapat perhatian khusus dan tercantum secara eksplisit
2
(18)
2
pada alinea ke empat. Bahkan pendidikan sudah dianggap sebagai sebuah hak asasi yang harus secara bebas dimiliki oleh semua anak. Seperti yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Right 1948 Pasal 26 (1) yang menyatakan bahwa :
“Setiap orang memiliki hak atas pendidikan. Pendidikan haruslah bebas, paling tidak pada tingkat dasar. Pendidikan dasar haruslah bersifat wajib. Pendidikan tekhnik dan profesi harus tersedia dan pendidikan tinggi harus dapat diakses secara adil oleh semua”.3
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal yang tidak dapat terlepas dari kebutuhan dan kehidupan manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya. Dalam kehidupannya setiap orang pasti menemukan masalah – masalah yang harus dihadapi terutama pada zaman modern ini di mana dunia berkembang dengan sangat cepat. Begitu pula dalam dunia pendidikan, terdapat masalah – masalah yang harus dihadapi di mana salah satunya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran diantaranya pembelajaran IPA.
Budaya pendidikan kita tidak memberi sumber belajar yang cukup agar para peserta didik IPA kita dapat memahami apa yang sedang mereka pelajari. Akibatnya mereka dipaksa mengikuti model pembelajaran IPA yang paling buruk. Yaitu, hanya dengan metode ceramah saja.
Peningkatan mutu pendidikan pada setiap lembaga pendidikan formal dilakukan dengan cara memperbaharui kurikulum maupun metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sudah merupakan tugas seorang guru
3Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, “Metodologi Pembelajaran IPA”. (Jakarta : PT
(19)
3
untuk selalu memiliki ide yang kreatif dan inovatif dalam meningkatkan mutu pendidikan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah faktor pemahaman konsep belajar peserta didik.
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar peserta didik memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran baru yang dapat menimbulkan pemahaman konsep belajar peserta didik agar meningkat dengan baik untuk mencapai tujuan pada setiap pembelajaran yang berlangsung, maka peserta didik akan berantusias selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada kenyataannya, guru dan bahan – bahan pelajaran sangat jarang menolong para peserta didik dalam menentukan dan menggunakan konsep – konsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan akibatnya para peserta didik hanya terjadi belajar hafalan. Lagi pula sistem evaluasi di sekolah menghendaki hafalan.
Pemahaman konsep dalam belajar peserta didik tentang pelajaran yang diajarkan dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Kemampuan berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah akan muncul jika guru memberikan kegiatan pembelajaran sebagai suatu strategi untuk mengembangkan bagaimana materi itu dapat dirancang menjadi pelajaran yang menarik dan mudah dimengerti oleh peserta
(20)
4
didik sehingga timbul ketertarikan peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut.
Aspek pemahaman dalam Taksomoni bloom adalah ranah kognitif bagian kedua, adapun indikator dari aspek pemahaman yaitu:
1. Mengungkapkan gagasan atau pendapat dengan kata-kata sendiri
2. Membedakan, membandingkan, menginterpretasi data, mendeskripsikan dengan kata sendiri,
3. Menjelaskan gagasan pokok
4. Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri4
Berikut ini daftar nilai yang diperoleh dari guru mata pelajaran IPA kelas IV A MI ISMARIA Bandar Lampung.
Tabel 1
Persentasi Ketuntasan Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV A MI Ismaria Bandar Lampung.
Jumlah PesertaDidik
Nilai Keterangan %
KKM <65 65-70 80-90
Tuntas Tidak Tuntas
32 60 17 15 0 0 45,46% 54,54%
Sumber: Wawancara Ibu Fitriani Guru Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI ISMARIA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016
Berdasarkan hasil pra survei yang diperoleh penulis dari hasil wawancara pada tanggal 16 Maet 2016 dengan seorang guru kelas bernama ibu Fitri di MI ISMARIA Bandar Lampung mengenai pembelajaran IPA di MI ISMARIA Bandar Lampung beliau menyatakan bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah ini sudah menggunakan K13. Tetapi untuk di sekolah ini K13 belum sepenuhnya diterapkan karena masih terdapat kesulitan dalam menerapkan
4
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Pesrta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) suatu pendekatan praktis, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, Cet. 2, 2013, hlm.162
(21)
5
kurikulum yang baru tersebut. Hanya materi dan nilainya saja yang dapat diterapkan, tetapi untuk proses belajar dan mengajar terkadang guru masih menggunakan metode ceramah, hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep – konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak – banyaknya kepada peserta didik, walaupun telah lama kita menyadari bahwa belajar memerlukan keterlibatan peserta didik secara aktif namun pada kenyataannya masih menunjukan kecendrungan yang berbeda. Hal ini juga dapat kita lihat melalui data tabel di atas bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPA MI Ismria Bandar Lampung adalah 65. Peserta didik dinyatakan belum tuntas dalam mata pelajaran IPA jika nilai yang diperoleh minimal 60.
Hal itu juga disebabkan karena mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka butuhkan akibatnya, hasil belajar yang diperoleh peserta didik pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja. Sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam pelajaran IPA peserta didik dituntut untuk menggunakan informasi yang diperolehnya pada bidang lain, maupun di dalam kehidupan sehari – hari.5
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar adalah tahapan tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para pesera didik dalam menjalani proses belajar mengajar dan pembelajaran materi
5
(22)
6
tertentu, serta dalam mengikuti proses belajar mengajar yang dikelola oleh guru kelas.6
Oleh sebab itu, perlu diterapkan suatu aktifitas tertentu dalam kegiatan belajar – mengajar yang berfokus pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Salah satu faktor penyebab rendahnya pemahaman konsep belajar peserta didik adalah proses belajar IPA kurangnya pemahaman yang diberikan kepada peserta didik dalam memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, pembelajaran di kelas jarang menampilkan gambar – gambar atau video yang digunakan untuk mempermudah penyampaian materi yang bersifat abstrak. Fakta di lapangan juga menunjukan bahwa keterampilan proses sains masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat kurangnya pengetahuan peserta didik dan pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep sehingga masih terlihat bingung dalam menerapkan konsep yang telah diperoleh sebelumnya, kurangnya kemampuan berpikir dalam menghubungkan suatu peristiwa atau objek tertentu, dan guru juga lebih sering menerapkan metode ceramah sehingga peserta didik tidak terlibat secara aktif.
Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pra penelitian di kelas IV semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada tanggal 16 Februari 2016 menunjukan bahwa pemahaman konsep belajar pada peserta didik masih sangat kurang hal tersebut dapat dilihat pada saat peserta didik diberikan materi di mana peserta didik belum dapat memanfaatkan pembelajaran tersebut. Peserta didik hanya sekedar
6
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru(Edisi Revisi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 19
(23)
7
tahu dan pernah mempelajari materi, tetapi tidak dapat memahami dan tidak mampu menggunakannya dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik kelas IV semester genap terdapat kesulitan, beberapa kesulitan yaitu kesulitan dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru, kesulitan dalam menyimpulkan dan mengemukakan pendapat, di mana di dalam proses pembelajaran IPA juga masih sangat jarang digunakan kegiatan bereksperimen, pada saat bereksperimen masih banyak peserta didik yang terlihat bingung dalam menerapkan konsep yang telah diperoleh sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan antara guru, pesera didik, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan belajar. Tujuan pembelajaran yang di inginkan tentu yang optiml. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar agar pemahaman konsep peserta didik dalam belajar menjadi lebih baik, salah satu diantaranya adalah menurut penulis adalah melalui model pebelajaran. Banyak cara yang dilakukan untuk dapat membuat peserta didik aktif dalam susasana yang menyenangkan, salah satunya adalah melalui model pembelajaran Teams game and Tournment (TGT). Model pembelajaran ini mampu membuat pserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar IPA menggunakan model pembelajran kooperatif adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum menjadi paham dan mengerti permasalahannya. Guru hendaknya
(24)
8
tidak lagi mengajar sekedar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik. Guru hendaknya mengajar untuk membelajarkan peserta didik dalam konteks bagaimana peserta didik belajar mencari, menemukan, menerapkan pengetahuan dengan pendekatan ilmiah, keterampilan, dan sikap.
Proses pembelajaran setiap peserta didik memiliki cara belajar dan proses yang berbeda – beda. Dengan perbedaan cara belajar tersebut, maka salah satu solusinya adalah dilakukannya proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Alternatif model pembelajaran IPA yang dapat menumbuhkan pemahaman konsep belajar peserta didik pada pembelajaran IPA adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar kognitif teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek – aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang di terima dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman – pengalaman sebelumnya.7
Pembelajaran dengan dasar pandangan kognitif dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran Teams Game and Tournament. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar
7
(25)
9
mengajar. Model pembelajaran yang penulis gunakan sangat berpengaruh terhadap respon peserta didik.
Dari hasil wawancara pra survey guru mata pelajaran IPA MI ISMARIA Bandar Lampung, yaitu Ibu Fitriani mengatakan Pemahaman Konsep Belajar Peserta didik kelas IV pada mata pelajaran IPA masih belum begitu baik. Dalam proses penilaian pembelajaran beliau lebih melihat kepada semangat peserta didik dan keseharian peserta didik dalam proses belajar mengajar berlangsung. Beliau berfikir bahwa dalam proses pengevaluasian berlangsung seorang peserta didik dapat melakukan berbagai cara untuk memperoleh hasil yang terbaik, dengan cara mencontek dan lain sebagainya. Dan selama ini juga beliau hanya mempraktekan metode ceramah yang lebih dominan pada Cerita, namun beliau belum pernah menggunakan berbagai metode (cara) dan model-model pembelajaran lain, khususnya model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT)
Hasil prasurvay yang dilakukan oleh penulis terhadap proses pembelajaran IPA kelas IV memang dalam penyampaian materi pembelajaran belum maksimal pada penggunaan model-model pembelajaran. Selebihnya guru hanya menggunakan metode ceramah, disisi lain dalam penyampaian materi pelajaran tidak menyampaiakan materi pelajaran secara detail, dalam penyampaian materi pelajaran hanya memberikan suatu pencerahan kepada peserta didik tentang materi yang dibahas pada saat itu. Guru beranggapan bahwa materi pelajaran dapat peserta didik baca pada buku paket ataupun LKS. Selain menggunkan
(26)
10
metode ceramah, kegiatan Tanya jawab juga guru hanya memerintah peserta didik mengerjakan soal-soal yang ada di LKS.
Dengan proses pembelajaran seperti itu, banyak peserta didik yang merasa kurang berminat dengan pelajaran IPA. Terlihat jelas bahwa ketika proses belajar mengajar banyak peserta didik yang ribut sendiri, tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru hal ini dapat menyebabkan pemahaman belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA sangatlah berkurang yang berakibat pada hasil prestasi belajar peserta didik pada khususnya.
Pemahaman konsep belajar peserta didik kelas IV MI ISMARIA Bandar Lampung tidak memiliki pemahaman yang tinggi sebagaimana dari table dibawah ini:
Tabel 1.2
Data Awal Pada Saat Survay Hasil Pemahaman Belajar Peserta Didik kelas IV MI ISMARIA Badar Lampung
NO NAMA
Indikator
pemahaman konsep Jml Skor
Keterangan
1 2 3 4
1 Arianta Hermawati - - - 1 Tidak Paham
2 Bunga Zahra 4 Paham
3 Dayana Alya R. 4 Paham
4 Dina Cahyani Fitri - - - 1 Tidak Paham
5 Gandes Wijaya - - - 1 Tidak Paham
(27)
11 7
Lady Mutiara - - 2 Kurang
Paham 8 Maysa Cahya
Lestari - 3
Paham
9
Melisa Aprilia - - 2 Kurang
Paham
10 Muhammad Nawa - - - 1 Tidak Paham
11
M.Akmal Al-Farel - - 2 Kurang
Paham
12 M. Amru Rasyid - - - 1 Tidak Paham
13 M. Khadafi - - - 1 Tidak Paham
14 M. Nur Wahid 4 Paham
15 M. Raid Syadad 4 Paham
16 Nadine N.P - - - 1 Tidak Paham
17 Nadin Putri T - - - 1 Tidak Paham
18 Naylal Husna - - - 1 Tidak Paham
19 Nia Ayu Fadilah - - - 1 Tidak Paham
20
Pratama Saputra - - 2 Kurang
Paham 21
Raudah Mutia S - - 2 Kurang
Paham 22 Riezki Dian
Anugerah 4
Paham
23 Sabrina Febrianti - - - 1 Tidak Paham
24 Salsa Agadia K - - - 1 Tidak Paham
25 Syafa Nayla - - - 1 Tidak Paham
(28)
12
Paham
27 Thalighta Vishara 4 Paham
28 Valomitha 4 Paham
29
Veisa Nur Aulia - - 2 Kurang
paham
30 Yahya - 3 Paham
31 Zahra Afirra 4 Paham
32 Zayan - 3 Paham
Jumlah 72 -
Pesera didik yang paham 12 Peserta didik
Persentase 2,21 %
Sumber: Data diolah berdasarkan hasil survay pada peserta didik kelas IV C MI ISMARIA Bandar Lampung yang berjumlah 32 orang pada tanggal 16 maret 20116
Berdasarkan tabel di atas, hasil pre test saat survay Pemahaman konsep belajar peserta didik kelas IV C MI ISMARIA Bandar Lampung masih rendah yakni peserta didik yang pemahaman belajar nya tinggi hanya 12 orang dengan persentase 2,21 %. Dengan demikian dapat di ketahui bahwa dari hasil post test sebelum diterapkannya model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT) pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran IPA masih rendah.
Keterangan:
1. Mengungkapkan gagasan atau pendapat dengan kata-kata sendiri
2. Membedakan, membandingkan, menginterpretasi data, mendeskripsikan dengan kata sendiri
3. Menjelaskan gagasan pokok
(29)
13
Keterangan:
P = Persentase rata-rata nilai Peserta didik
F = Jumlah Skor Pencapaian perindikator
N = Jumlah Seluruh Peserta didik8
Pencapaian Indikator
1 : Tidak Paham
2 : Kurang Paham
3 : Paham
Tabel 1.3
Pedoman Kualifikasi Hasil Skor Observasi Persentase Skor yang diperoleh Kategori
66,67% ≤ P ≤ 100% Tinggi
33,33% ≤ P ≤ 66,66% Sedang
0% ≤ P ≤ 33,32% Rendah
(Suharsimi Arikanto dan Ceppi Saruddin)
Tabel diatas memberikan gambaran dari 32 Peserta didik rata-rata tidak memiliki pemahaman yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik kelas IV D MI ISMARIA Bandar Lampung pada mata pelajaran IPA hasil belajarnya masih rendah. Rendahnya hasil belajar ini kemungkinan disebabkan oleh oleh kurang tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran di kelas, sehingga peserta didik kurang tepat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
8
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Raja Grafindo. Jakarta, 2008, hlm. 43.
(30)
14
Secara khusus penulis menemukan gambaran mengenai pengaruh model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT) dalam meningkatkan pemahaman konsep belajar IPA peserta didik kelas IV MI Ismaria. Berdasarkan dengan materi Struktur Tubuh Tumbuhan dan Fungsinya, aka faktor yang melatar belakangi munculnya kesulitan peserta didik dalam memahami konsep struktur tumbuhan yaitu peserta didik kurang memperhatikan penjelasan dari guru ketia kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, banyak bermain di kelas, kurang mengurangi pelajaran di rumah, guru dikelas tidak menyajikan pelajaran dalam bentuk yang menarik perhatian peserta didik, hanya sekedar menjelaskan dengan metode ceramah saja. Dari pemaalahan tersebut, dapat penulis asumsikan bahwa persoalan yag berkaitan dengan faktor yang bersmber dari individu peserta didik dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas.
Untuk mengatasi permasalahan yang dialami peserta didik tersebut maka penulis memiliki upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, upaya-upaya yang perlu dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan secara berulang-ulang pada materi yang tidak dimengerti oleh peserta didik. Disini guru lebih memfokuskan pengajaran pada materi yang menjadi kesulitan para peserta didik dengan dijelaskan secara berulang-ulangsampai siwa benar-benar mengerti.
2. Lebih memvariasikan model dan metode pembelajaran, seperti dengan menerapkan model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT) karena model pembelajaran ini mampu menarik minat belajar peserta didik dan belajar dan sangat mudah di terapkan di kelas.
3. Menggunakan media konkrit yang dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi. Untuk lebih menarik perhatian peserta didik pada proses belajar mengajar khususnya pada materi struktur tumbuhan dan fungsinya digunakan media seperti membawa tanaman kembang, daun, batang, buah dan bunga.
4. Melakukan eksperimen di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi yang disajikan.
(31)
15
5. Memberi soal latihan dan pekerjaan rumah, dengan harapan agar pemahaman peserta didik pada materi seusai pembeljaran berlanjut dengan adanya tugas.
Berdasarkan masalah yang terjadi seperti yang di atas maka pemahaman konsep belajar peserta didik dipandang sebagai kemampuan yang sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat.
Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk malakukan penelitian pada mata pelajaran IPA di MI ISMARIA Bandar Lampung melalui model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT). Judul penelitian yang
penulis ambil adalah “Pengaruh model pembelajaran Teams Game and
Tournament (TGT) terhadap peningkatan pemahaman konsep belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas IV MI ISMARIA Bandar Lampung”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kurangnya pemahaman konsep yang diberikan kepada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
2. Minimnya pemahaman konsep belajar peserta didik untuk mengikuti pelajaran IPA.
3. Kegiatan belajar yang kurang inovatif, guru tidak menggunakan model pembelajaran untuk manarik pemahaman konsep belajar peserta didik.
(32)
16
4. Selama kegiatan belajar berlangsung peserta didik bnayak bermain dan mengobrol sendiri.
5. Masih banyak peserta didik yang malu dalam mengungkapkan gagasan-gagasan dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik dalam pembelajaran IPA.
2. Pengaruh model pembelajaran TGT (Teams Game and Tournament) terhadap pembelajaran IPA.
3. Pengaruh yang dimaksud adalah membandingkan kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pesera didik diajarkan dngan menggunakan model pembelajaran Teams game and Tournament (TGT), sedangkan pada kelas kontrol peserta didik diajarkan dengan konvensional.
4. Pemahaman konsep peserta didik dalam belajar IPA disini dapat dilihat dari tes yang mempunyai kriteria tujuh indikator pemahaman konsep yang diberikan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT).
(33)
17
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah melalui model pembelajaran TGT (Teams Game and Tournament) dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar peserta didik kelas IV MI ISMARIA Bandar Lampung?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui model pembelajatan Teams Game and Tournament (TGT) mempunyai pengaruh terhadap penimgkatan pemahaman konsep belajar peserta didik?
F. Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian yang diharapkan adalah :
1. Bagi peserta didik, melalui model pembelajaran TGT peserta didik diharapkan akan menumbuhkan pemahaman konsep belajar peserta didik agar lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya, dapat meningkatkan peran aktif peserta didik, dan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep IPA.
(34)
18
2. Bagi penulis, melalui penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran TGT terhadap peningkatan pemahaman konsep belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
3. Bagi guru, memberikan informasi dan masukan kepada guru agar dapat menggunakan model pembelajaran sebagai salah satu upaya peningkatan pemahaman konsep belajar peserta didik.
4. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi untuk dapat mengenal dan mengembangkan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas belajar mengajar di MI ISMARIA Bandar Lampung menjadi lembaga pendidikan yang lebih berkualitas..
5. Bagi peneliti, sebagai sumbangan pemikiran dalam melakukan kajian yang berorientasi pada penerapan model pembelajaran IPA.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari yang dimaksudkan maka dibatasi ruang lingkup penelitiannya sebagai berikut :
1. Objek penelitian
Objek dalam penelitian adalah peserta didik kelas IV semester ganjil MI ISMARIA Bandar Lampung.
2. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT).
(35)
19 3. Waktu dan tempat penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian adalah saat peserta didik duduk di kelas IV semester ganjil di MI ISMARIA Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016.
H. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah – istilah yang terdapat pada penelitian ini, perlu dikemukakan beberapa penjelasan sebagai berikut :
1. Teams Game and Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement.
2. Pemahaman konsep adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
(36)
20
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Model Pembelajaran TGT (Teams Game and Tournament)
a. Pengertian Model Pembelajaran TGT (Teams Game and Tournament)
Dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya, penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal kelompok, format intruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya adalah jika STAD berfokus pada komposisi kelompok yang berdasarkan kemampuan, ras, etnik dan gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada level kemampuan, ras, etnik, dan gender, maka TGT umunya fokus hanya pada level kemampuan saja. Selain itu, jika STAD, yang digunakan adalah kuis, maka dalam TGT istilah tersebut biasanya berganti menjadi game akademik.9
Tujuan utamanya adalah kerjasama antar sesama anggota kelompok dalam suatu tim sebagai persiapan menghadapi turnamen yang dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru. Dalam turnamen itu, peserta didik bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
Teams Game and Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok –
9
(37)
21
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
b. Langkah – langkah Penggunaan model pembelajaran TGT (Teams game and Tournament)
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition).
Adapun indikator dalam model pembelajaran TGT (Teams Game and Tournament) adalah sebagai berikut:
a) Tahap penyajian kelas (class precentation)
Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, Namun presentasi dapat
(38)
22
meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri.
Presentasi kelas dalam TGT berbeda dari pengajaran biasa, dalam presentasi tersebut harus jelas-jelas fokus pada unit TGT tersebut. Dengan cara ini, peserta didik menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka dalam turnamen/pertandingan dengan baik dan skor turnamen mereka menentukan skor timnya.
b) Belajar dalam kelompok (teams)
Peserta didik ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi peserta didik untuk saling membantu antar peserta didik yang berkemampuan lebih dengan peserta didik yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim itu belajar. Secara lebih spesifik untuk mempersiapkan semua anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga atau proyek yang telah punya LKS siap pakai atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika peserta
(39)
23
didik mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesama tim membuat kesalahan.
c) Permainan Games Tournament
Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut.
Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal
(40)
24
habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain.
Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
d) Penghargaan Kelompok (team recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing –
(41)
25
masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Sedangkan pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan sebagai langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menentukan nomor urut peserta didik dan menempatkan peserta didik pada meja turnamen (3 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lbr jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar skor permainan.
2) Peserta didik mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
3) Pembaca I mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4) Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
5) Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.
6) Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).
7) Selanjutnya peserta didik berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8) Setelah selesai, peserta didik menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
(42)
26
(kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah) , untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat peserta didik berdasarkan prestasi pada meja turnamen.
Dengan TGT, siswa akan menikmati bagaiman suasana turnament itu, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok-kelompok yang memiliki komposisi kemampuan yang setara, maka kompetisi dalam TGT terasa lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran-pembelajaran tradisional pada umumnya.10
c. Kelebihan dan Kelemahan Dalam Pembelajaran TGT
Menurut Slavin kelebihan model pembelajaran TGT, sebagai berikut: 1) Para peserta didik di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada peserta didik yang ada dalam kelas tradisional. 2) Meningkatkan perasaan/persepsi peserta didik bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. 3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada peserta didik tetapi tidak
untuk rasa harga diri akademik mereka.
4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5) Keterlibatan peserta didik lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
10
(43)
27
6) TGT meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
7) TGT meningkatkan pencurahan waktu untuk tugasMengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individuDengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari peserta didik Mendidik peserta didik untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. Motivasi belajar lebih tinggi Hasil belajar lebih baik meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Kelemahan dari model pembelajaran TGT adalah : (1) Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan peserta didik yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh peserta didik cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
(b) Bagi Peserta didik
Masih adanya peserta didik berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada peserta didik lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik
(44)
28
peserta didik yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada peserta didik yang lain.
2. Pemahaman konsep
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar peserta didik mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat penting, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.11. Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. 12
Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan,
11
Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia), Cet ke-V, hlm. 427 -428
12
Suharsimi Arikunto, Dasar_Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Cet.IX; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.118 - 137
(45)
29
mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan mengambil keputusan. Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir.13
Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. Dengan pemahaman, peserta didik diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 31:
“Dan Dia Mengajarkan kepada adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikatlalu
berfirman: „Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang
benar orang-orang yang benar!”
Ayat di atas menjelaskan bahwa untuk memahami sesuatu, belum cukup jika hanya memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu, tetapi harus memahami sampai pada hakekat benda tersebut. Di dalam ranah kognitif menunjukkan tingkatan-tingkatan kemampuan yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar pengetahuan.
13
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997), Cet ke-8, hlm.44
(46)
30
Berikut ini pengertian pemahaman konsep menurut para ahli:
1. Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono adalah: "kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.14
2. Menurut Poerwodarminto “Pemahaman merupakan proses berpikir
dan belajar”. Dikatakan demikian karena untuk menuju kearah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses perbuatan dan cara memahami. Pemahaman adalah cara bagaimana seorang mempertahanka, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.15
3. Menurut Nasution “Pemahaman konsep adalah kemampuan
individu untuk memahami suatu konsep-konsep tertentu”. Seorang siswa telah memiliki pemahaman konsep apabilansiswa telahmenangkap makna atau arti dari suatu konsep. Bentuk dari pemahaman konsep berupa pemahaman, terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman Ekstrapolasi.
14
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grfindo Persada, 1996), cet. ke-4, hlm. 50
15
(47)
31
4. Menurut Mustaji “Pemahaman konsep adalah kemampuan berpikir
kritis dan kreatifdalam mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu”. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan khususnya materi penjumlahan, seorang guru sewajarnya membuat membuat proses pembelajaran yang dilakukan, disukai, dan diminati pada siswa yang diajarkannya.
5. Menurut Sanjaya, mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep adalah kemampuan peserta didik yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana peserta didik tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan.
(48)
32
Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.
Berdasarkan pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan pemahaman adalah suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang diperolehnya
Konsep adalah suatu kelas atau kataegori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum yang membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objekyang ada di sekitar kita yang dimulai dengan cara mengenali ciri-ciri masing-masing objek.16
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar peserta didik memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar peserta didik sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau
16
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2001), hlm. 165
(49)
33
mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan peserta didik menjelaskan atau mendefinisikan, maka peserta didik tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi pemahaman konsep adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
Pengajaran yang menekankan kepada pemahaman mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:
1. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki peserta didik sehingga setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
2. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif bepikir sehingga pengetahuan itu lebih mudah diingat.
(50)
34
3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur kognitif peserta didik yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan jalinan yang sangat baik.
4. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu konsep matematika akan diperoleh peserta didik yang aktif menemukan keserupaan dari berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu peserta didik untuk menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.
5. Pemahaman mempengaruhi keyakinan peserta didik artinya peserta didik yang memahami matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuannya.
Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami konsep, maka perlu diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep pembelajaran melalui indikator. Adapun indikator dalam pemahaman konsep adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
Kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Contoh: pada saat peserta didik belajar maka peserta didik mampu menyatakan ulang maksud dari pelajaran itu.
2) Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep
(51)
35
Kemampuan peserta didik mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi. Contoh: peserta didik belajar suatu materi dimana peserta didik dapat mengelompokkan suatu objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.
3) Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh
Kemampuan peserta didik untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. Contoh: peserta didik dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat mengerti yang mana contoh yang tidak benar.
4) Kemampuan menyajikan Konsep dalam berbagai bentuk representasi Kemampuan Peserta didik memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat matematis. Contoh: pada saat peserta didik belajar di kelas, peserta didik mampu mempresentasikan/memaparkan suatu materi secara berurutan.
5) Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
Kemampuan peserta didik mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi. Contoh: peserta didik dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat yang harus diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.
6) Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu Kemampuan peserta didik menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan
(52)
36
prosedur. Contoh: dalam belajar peserta didik harus mampu menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
3. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahapeserta didik kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Menurut Cronbach “belajar suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta didik akan menghasilkan suatu perubahan pada diri peserta didik. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.17
Berikut ini pengertian belajar menurut tokoh-tokoh pendidikan:
a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educatioanal Psycology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi tau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer).
17
(53)
37
b. Chaplin dalam bukunya Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan yang pertama, ...acquisition of any relatively permanent change in behavior as aresult of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya, Process of acquiring responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. c. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning, mendifinisikan
belajar sebagai ...any relatively permanent change in an
organism‟s behaviorial repertoire that accurs as a result of
experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap dan terjadi dalam segala macam kesukaran tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perbuhan dalam diri sesorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar.
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem
(54)
38
lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi.18
Peserta didik memperoleh pendidikan tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah dalam bergaul memperoleh pengalaman sendiri artinya seumur hidupnya. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.19
Benjamin S. Bloom mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.20 Dari ketiga ranah tersebut, peneliti hanya mengambil satu ranah yaitu ranah kognitif dalam penelitian ini.
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas kognitif manusia itu sudah mulai sejak manusia itu mulai mendaya gunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut tentu masih belum jelas benar.
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kondisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu dominan atau
18
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2010) Hlm. 25
19
Ibid. hlm. 38
20
Abdurrahma, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hlm. 38
(55)
39
wilayah/ranah psikologis manusia ang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.21
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif peserta didik yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran; 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.22
Adapun yang termasuk dalam ranah kognitif adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowlage dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebb dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh dan nama-nama kota. Dilihat dari segi segi proses belajar istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan di ingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengethuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. b. Pemahaman
Tipe hasil belajar lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri
21
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Edisi Revisi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.65
22
(56)
40
sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui dan mengenal.
c. Penerapan/ Aplikasi
Penerapan/ alpikasi adalah penggunaan abstrak pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abtraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjado pengetahuan hafalan atau keterampilan.
d. Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Analisis merupakan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi dua bagian-bagian terpadu.
e. Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, bepikir pemahaman, berpikir aplikasi dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah
(57)
41
daripada berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. f. Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian kepurusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode materil, dan lain-lain. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya kriteria atau standar tertentu. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, dan sistesis akan mempertinggi mutu evaluasinya.
4. Pemahamn Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. . Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.
Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI menurut adalah:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.
(58)
42
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan.
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep adalah:
a. makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu: manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
(59)
43
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka bepikir merupakan suatu gambaran yang menjelaskan secara teori yang berkaitan dengan dengan berbagai faktor yang menjadi permasalahan dalam penelitian sehingga diketahui kondisi yang akan terjadi. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih.23
Dalam permasalahan ini yaitu peserta didik kadang tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan, peserta didik mengobrol dengan teman sebangkunya, sehingga kelas menjadi gaduh, dan proses pembelajaran menjadi kurang efektif, sehingga masih ada peserta didik yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60. Adapun kerangka bepikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung, Alfabeta:2013), Hlm. 94
(60)
44 Keterangan:
X : Model Pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT)
Y : Peningkatan pemahaman konsep belajar peserta didik kelas IV MIN 12 bandar Lampung
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian belum jawaban yang empirik.24
Adapun hipotesis yang diangkat adalah:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran TGT (Teams game and Tournament) terhadap peningkatan pemahaman konsep belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas IV MIN 12 Bandar Lampung.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran TGT (Teams game and Tournament) terhadap peningkatan pemahaman konsep belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas IV MIN 12 Bandar Lampung.
24
(61)
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Dengan membandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran Teams Game and Tournament (TGT) dengan kelompok kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensial (ceramah). Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen jenis Quasi Eksperimen Design. Penelitian eksperimen jenis Quasi Eksperimen Design ini digunakan karena pada kenyataannya langkah :
a. Memberikan pre test untuk mengukur variabel terikat sebelum treatment atau perlakuan diberikan.
b. Memberikan perlakuan eksperimen kepada para subjek yaitu berupa model pembelajaran Teams Game and Tournamnet (TGT) pada mata pelajaran matematika kelas IV MI ISMARIA Bandar Lampung. Memberikan post test utuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan.25
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penelitidalam suatu ruang lingkup, dan waktu yang sudah ditentukan.26 Dalam penelitian ini
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 114
26
Kasmiadi, Nia Siti Sunariah, Panduan Modern penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta 2013), hlm. 65
(62)
46
ditentukan subjek sebagi sumber data relevan dengan masalah yang diteliti untuk dipelajari, dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI ISMARIA Bandar Lampung.
2. Sampel
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populsi.27 Sampel dianggap sebgaai sumber data yang penting untuk mendukung penelitian.28 Karena responden yang peneliti ambil berdasarkan variabel yang akan diteliti, sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis random sampling (probability sampling). Random sampling (probability sampling) adalah tiap unit atau individu populasi mempunyai kesempatan (probabilitas) yang sama untuk menjadi sampel.29
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling atau cara pengambilan sampel dari populasi secara garis besar dibedakan menjadi dua, yakni: random sampling (probability sampling), dan non-random smpling (non-probability sampling). Random sampling adalah tiap unit atau individu populasi mempunyai kesempatan (probabilitas) yang sama untuk menjadi sampel. Random sampling merupakan asumsi pemakaian statistik inferensial atau induktif. Pada non-random sampling bahwa tiap unit atau individu populasi tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi sampel. Apabila pengambilan sampel dilakukan
27
Gempur Santoso, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka 2005), hlm. 46
28
Kasmiadi, Nia Situ Sunariah, Op.cit, hlm.66
29
Dr.Gempur Santoso, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif , (jakarta: Prestasi Pustaka, 2005) hlm. 49
(1)
164
LEMBAR KETERANGAN VALIDASI
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Sri Latifah, M.Sc Jabatan : Dosen
Telah memberikan penilaian dan masukan terhadap instrument penelitian berupa lembar tes uraian IPA dengan materi Struktur Tumbuhan dan Fungsinya yang akan digunakan dalam penelitian skripsi oleh peneliti :
Nama : Riza Maya Syari NPM : 1211100110
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Pengaruh Model pembelajaran Teams Game And Tournament (TGT)Terhadap peningkatan Pemahaman Konsep Belajar Peserta Didik Pada mata Pelajaran IPA Kelas IV MI ISMARIA Al-Quraniyah Bandar Lampung
Berdasarkan hasil penelitian terhadap instrumen penelitian tersebut maka instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, 2 September 2016 Validator Instrumen Penelitian
Sri Latifah, M.Sc
(2)
165 Lampiran 34
DOKUMENTASI KELAS EKSPERIMEN
(3)
(4)
(5)
168
DOKUMENTASI KELAS KONTROL
(6)