Pemanenan kultur bakteri US7 dilakukan pada fase akhir fase logaritmik atau awal fase stasioner berdasarkan kurva pertumbuhan. Pemanenan pada fase ini
bertujuan agar didapatkan jumlah bakteri yang maksimal untuk dienkapsulasi sehingga dapat meningkatkan potensi bakteri yang tetap hidup dalam kondisi
asam lambung tiruan. Selain itu, pemanenan pada akhir fase logaritmik dilakukan dengan harapan bakteri mulai memproduksi senyawa metabolit antimikrobial.
Dimana pada BAL salah satunya adalah produksi asam sehingga BAL lebih toleran terhadap kondisi asam pada asam lambung tiruan, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan viabiilitas dan daya hidup bakteri. Pemanenan dikondisikan pada fase logaritmik dengan tujuan agar bakteri
ketika ditumbuhkan kembali dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Adanya perbedaan waktu dalam mencapai fase logaritmik pada
kultur dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan pada kultur bakteri dimana kultur yang di-shaker akan lebih homogen dan pertumbuhannya akan lebih cepat
dibandingkan dengan kultur tanpa di-shaker.
4.4 Enkapsulasi dan Pengeringan Sinbotik BAL Potensial Isolat US7
Proses enkapsulasi Bakteri probiotik dilakukam dengan metode Reyed 2007 yang dimodifikasi. Hasil enkapsulasi probiotik BAL dengan metode ekstrusi
dengan menggunakan jarum syringe 23G x 1¼” 32 mm ialah manik-manik
beads yang bulat dan kompak yang ditunjukkan pada gambar 5.1 dan gambar 5.2. Hasil enkapsulasi probiotik BAL diamati dengan menggunakan mikroskop
stereo dengan perbesaran 8x, diameter beads berkisar 8 mm-10 mm. Perlakuan kontrol alginat menghasilkan ukuran beads yang lebih kecil dibandingkan
dengan perlakuan alginat+t.k.hijau dan perlakuan alginat+t.gram. Hal ini dapat disebabkan karena perlakuan kontrol hanya menggunakan teknik satu lapis
dimana hanya digunakan alginat sebagai bahan enkapsulan, sedangkan pada perlakuan lainnya digunakan teknik dua lapis dengan mengunakan tepung kacang
hijau dan tepung gram selain alginat sebagai bahan enkapsulan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 Manik-manik beads sinbiotik hasil enkapsulasi metode ekstrusi dengan mikroskop stereo pencahayaan bawah
a. Kontrol Alginat b. Alginat+ T.K.Hijau c. Alginat+T.Gram Gambar 5.2 Manik-manik beads sinbiotik hasil enkapsulasi metode ekstrusi
dengan mikroskop stereo pencahayaan atas
Pada penelitian Krasaekoopt et al., 2003, konsentrasi alginat yang digunakan untuk membentuk gel bervariasi dari konsentrasi yang sangat rendah yaitu 0,6
dengan 0.3M Ca dan 1-2 alginat dengan 0.05-1.5M Ca
. Dengan menggunakan jarum suntik 0,27 mm menghasilkan ukuran manik dari 2-3 mm.
Ukuran beads pada penelitian ini lebih besar yaitu 8-10 mm hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan tepung selain alginat sebagai bahan pengkapsul dan
diameter syringe yang lebih besar yaitu 32 mm. Ukuran dan kebulatan dari manik- manik juga tergantung pada viskositas larutan natrium alginat, jarak antara jarum
suntik, larutan kalsium klorida dan diameter lubang ekstruder. Ketika konsentrasi natrium alginat meningkat, ukuran manik-manik menurun.
Pada beberapa penelitian selain alginat sebagai bahan pengkapsul juga digunakan berbagai bahan lainnya seperti protein whey sebagai bahan kapsul
Picot dan Lacroix 2003a, b; Picot dan Lacroix, 2004, minyak kedelai sebagai pelapis kapsul pada campuran Gum Arab dan gelatin Truelstrup-Hansen et al.,
2002, lilin untuk lapisan berbagai jenis kapsul Rao et al., 1989 dan kalsium
8 mm 9,6 mm
9,8 mm
8 mm 9,6 mm
9,8 mm
Universitas Sumatera Utara
klorida untuk kapsul- alginat coating Chandramouli et al., 2004 juga telah digunakan untuk membungkus probiotik. Selain bahan utama yang langsung
membentuk kapsul atau struktur mantel, aditif seperti SDS, tween 80 sebagai pengemulsi
dan krioprotektan
misalnya gliserol biasanya ditambahkan ke dalam larutan dalam proses enkapsulasi Kearney et al., 1990.
4.5 Hasil Uji Viabilitas Sinbiotik BAL terenkapsulasi