Teknik Ekstrusi Teknik Emulsi

2.5.1.4 Kacang Arab Cicer arietinum

Legume termasuk biji-bijian dan kacang arab adalah salah satu tanaman yang paling penting di dunia karena kualitas gizinya. Mereka merupakan sumber yang kaya akan karbohidrat kompleks, protein, vitamin dan mineral Costa et al., 2006 dan Wang et al., 2010. Kacang arab merupakan tanaman yang populer di daerah kering dan semi-kering Utara-Barat China Zhang dan Wang 2007. Karena keseimbangan asam amino yang baik, bioavailabilitas protein tinggi dan relatif rendahnya tingkat faktor anti-nutrisi, biji kacang arab telah dianggap sebagai sumber yang sesuai bagi makanan penghasil protein Arab et al., 2010. Biji kacang arab berukuran besar, berwarna putih-salmon, dan mengandung kadar karbohidrat yang tinggi 41,10-47,42 dan protein 21,70- 23,40. Pati merupakan fraksi karbohidrat utama, yang mewakili sekitar 83,9 dari total karbohidrat El-Adawy 2002. Biji kacang arab memiliki daya cerna protein yang tinggi, mengandung karbohidrat kompleks tingkat tinggi indeks glikemik rendah, kaya akan vitamin dan mineral dan relatif bebas dari faktor anti- nutrisi Wood dan Grusak, 2007.

2.5.2 Teknik Ekstrusi

Tahapan enkapsulasi probiotik dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu ekstrusi dan emulsi Krasaekoopt et al., 2003. Teknik ekstrusi dilakukan dengan cara menambahkan mikroorganisme probiotik ke dalam larutan hidrokoloid natrium alginat, kemudian diteteskan ke dalam larutan pengeras CaCl 2 menggunakan syringe sehingga terbentuk beads. Ukuran dan bentuk beads yang dihasilkan bergantung pada diameter jarum dan jarak tetes jarum dengan larutan . Enkapsulasi probiotik dengan teknik pengering semprot dan pengering beku menghasilkan probiotik terenkaspulasi kering dalam bentuk serbuk atau granul, sedangkan teknik emulsi dan estruksi menghasilkan probiotik terenkapsulasi dalam bentuk jel Hydrocolloid beads Krasaekoopt et al., 2003. Beberapa metode pengeringan yang telah digunakan untuk mengeringkan jel kalsium alginat beads adalah hot air oven, vacuum drying, dan microwave Shariff et al., 2007. Keefektifan dari bahan dan teknik enkapsulasi yang digunakan untuk menghasilkan probiotik terenkapsulasi dapat dievaluasi dari beberapa parameter kualitatif, diantaranya viabilitas sel probiotik selama proses enkapsulasi dan pengeringan, pembuatan produk dan penyimpanan, kelarutan beads dan kemampuan sel untuk release serta sifat mikrogeometri beads bentuk dan ukuran Mortazavian et al., 2007. Tingkat ketahanan bakteri probiotik setelah diberi beberapa perlakuan dapat diukur dengan metode plate count Roka dan Rantamaki, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Teknik Emulsi

Emulsi ekstrusi sentrifugal adalah salah satu teknik enkapsulasi yang telah dipakai oleh beberapa produsen. Beberapa bahan pengkapsul yang aman digunakan telah di formulasikan untuk enkapsulasi beberapa produk seperti perasa, bumbu dan vitamin. Beberapa material ini diantaranya gelatin, sodium alginat, karagean, pati, turunan selulosa, gum akasia, lemak, asam lemak, lilin dan polyethylene glycol Schlameus, 1995. Metode emulsi telah sukses diaplikasikan dalam enkapsulasi BAL. Dalam metode ini jumlah volume sel fase pemisahan yang kecil di tambahkan kedalam jumlah volume minyak sayuran yang besar fase lanjutan seperti minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak paraffin Groboillot, 1993. Setelah formasi emulsi terbentuk, cross-linking dibutuhkan untuk membentuk jel. Gelifikasi diselesaikan dengan mekanisme ionik yang berbeda, enzimatis dan polimerasi interfasial. Metode ini dapat dengan mudah ditingkatkan, dan diameter beads yang dihasilkan relatif lebih kecil 25µ m-2mm. Biaya lebih diperlukan dalam penggunaan minyak sayuran, surfaktan dan emulsifier Tween 80 untuk enkapsulasi dengan menggunakan teknik emulsi Sheu Marshal, 1993. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2014 hingga Oktober 2014 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, spatula, pipet volum, vortex, cawan petri, inkubator, autoklaf, rak tabung reaksi, erlemeyer, gelas ukur, bunsen, hot plate, syringe, pH meter, neraca analitik, mikro pipet, oven, autoklaf, kulkas, mikrometer sekrup dan stirer. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat BAL AK5, EK2, EK10, US4, US6, Salmonella thypimurium, E.coli dan Staphylococcus aureus koleksi Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU, media Nutrient Agar NA, media de Man’s Rogosa Sharpe Agar MRSA, media de Man’s Rogosa Sharpe Broth MRSB, media Plate Count Agar PCA, media Muller Hinton Agar MHA, phosphate buffer saline PBS, buffer citrate, alginat, larutan , , tepung kacang hijau, tepung gram, Inulin, gliserol, kertas cakram, aquades steril, alkohol 70, spiritus, HCl 0,08M, HCl 1M, NaOH 1M dan NaCl fisiologis 0,85.

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan 2 kali pengulangan dengan mengumpulkan data BAL potensial dalam menghambat pertumbuhan Salmonella thypimurium, E.coli dan Staphylococcus aureus. Formulasi enkapsulan yang tepat diuji dengan mengamati viabilitas sel pada perlakuan masa simpan dan simulasi asam lambung. 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Penyegaran Kultur Bakteri Asam Laktat Kultur bakteri asam laktat dari kultur cadangan diinokulasikan ke dalam media MRSA kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang. Bakteri asam laktat masing-masing dis ubkultur pada media deMan’s Rogosa Sharpe Broth MRSB pada suhu ruang.

3.4.2 Persiapan Kultur BAL

Universitas Sumatera Utara