commit to user
Underpricing merupakan biaya yang ditanggung oleh emiten, maka dengan nilai penawaran yang besar, emiten akan cenderung berhati-hati dalam menentukan
harga penawaran Hartono, 2005. Indrawati 2005 menyatakan bahwa investor mempunyai informasi yang lebih dari issuer, misalnya issuer tidak mengetahui
tentang permintaan sahamnya atau harga pasar yang akan bartahan pada saat tersebut.
1. Asumsi pertama: investor mempunyai informasi yang seimbang. Investor hanya akan membeli saham jika harganya di bawah taksiran umum, sehingga
untuk mensukseskan IPO maka harga penawaran harus cukup underpriced. 2. Asumsi kedua: investor tidak mempunyai informasi yang seimbang.
Penetapan harga yang terlalu tinggi menyebabkan issuer khawatir akan “winner’s curse”. Yaitu asimetri informasi antara informed investors dengan
uninformed investors. Untuk menutup kerugian uninformed investor akibat pembelian saham yang overpriced, maka emisi saham perdana secara umum
harus cukup underpriced. 3. Asumsi ketiga: Jika underwriter mempunyai informasi yang lebih dari issuer.
Secara teoritis,
issuer tidak mempunyai informasi, tetapi dibandingkan dengan underwriter tidak dengan investor. Untuk membujuk underwriter
mau melakukan usahanya yang optimal maka issuer mengizinkan underwriter melakukan underpricing.
C. FINANCIAL LEVERAGE
Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahan dalam membayar hutangnya dengan ekuitas yang dimilikinya. Apabila financial leverage tinggi,
menunjukkan risiko suatu perusahaan juga tinggi. Financial leverage secara teoritis menunjukkan adanya tambahan risiko yang dimiliki suatu perusahaan, sehingga
commit to user
financial leverage akan memberikan pengaruh pada ketidakpastian suatu perusahaan Hartono, 2005.
Variabel ini diukur dengan menggunakan rasio debt to equity yaitu rasio total utang terhadap modal perusahaan total ekuitas yang dimiliki perusahaan.
D. RETURN ON ASSET
Laba merupakan informasi yang penting bagi investor sebagai pertimbangan investasi. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akan memberikan
manfaat bagi investor dalam mengurangi tingkat ketidakpastian perusahaan. Jika tingkat ketidakpastian rendah akan berpengaruh terhadap perilaku harga saham
dengan tingkat underpriced yang rendah Kartini dan Payamta, 2002. Return on assets merupakan salah satu rasio keuangan yang menunjukkan
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang dimiliki perusahaan tersebut Hartono, 2005. Para investor tidak memperhatikan
ROA yang disajikan dalam prospektus, tetapi mungkin mereka memperhatikan ROA untuk beberapa tahun sebelum perusahaan melakukan IPO Daljono, 2000.
Variabel ini diukur dengan rasio net income terhadap total asset.
E. EARNING PER SHARE
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham EPS.
Sedangkan jumlah laba per lembar saham EPS yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden.
Laba per lembar saham EPS dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham EPS yang dibagikan kepada para investor
commit to user
tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham
EPS yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. EPS
merupakan informasi tentang laba yang bersih untuk setiap unit saham, yang dinyatakan dalam mata uang. Rasio ini sering digunakan oleh investor untuk
menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dimiliki Kartini dan Payamta, 2002.
Menurut Brigham 2000:83 laba per lembar saham EPS, adalah : “Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the items of on
the income statement.” Dengan demikian, laba per lembar saham EPS menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang
diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham EPS dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham EPS
juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.Laba per saham dapat
mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan
variabel-variabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham EPS.
F. NILAI PENAWARAN SAHAM PROCEED