commit to user
atau kepada Warga Negara Indonesia, menggunakan media massa atau ditawarkan kepada lebih dari 100 seratus pihak atau telah terjual kepada 50
pihak dan dalam batas nilai emisi serta batas waktu ditetapkan BAPEPAM. Terdapat dua jenis penawaran perdana dalam penerbitan sekuritas
baru, yaitu Initial Public Offering IPO yang diperdagangkan pada pasar primer dan Seasoned New Issues atau Seasoned Equity Offering SEO yang
diperdagangkan pada pasar sekunder Saputro dan Agung, 2005.
B. UNDERPRICING
Menurut Ritter 1998 dalam Indrawati 2005, fenomena underpricing hampir terjadi di semua negara di dunia meskipun tingkat underpricing itu berbeda
antara satu negara dengan negara lainnya. Fenomena underpricing di terjadi di pasar modal Indonesia berkisar antara 4 hingga 16 Hartono, 2005.
Rock 1986 dalam Hartono 2005 menyatakan bahwa underpricing merupakan fenomena ekuilibrium dengan adanya asymmetric information antar
partisipan. Uniformed investor akan menghadapi adverse selection ketika membeli saham pada penawaran umum perdana, hal ini disebabkan karena beberapa investor
lebih banyak memiliki informasi informed investor. Informed investor tidak akan membeli saham pada saat penawaran umum jika dianggap harga saham overpriced,
sehingga meninggalkan seluruh saham tersebut pada uninformed investor. Pada model Baron 1982 dalam Adi 2002, informasi asimetri dapat terjadi antara
perusahaan emiten dan penjamin emisi. Underwriter menggunakan ketidaktahuan emiten mengenai pasar modal untuk mengurangi risiko yang harus ditanggungnya
apabila saham yang dijamin di pasar perdana tidak laku terjual dan harus membelinya Safitri, 2001.
commit to user
Underpricing merupakan biaya yang ditanggung oleh emiten, maka dengan nilai penawaran yang besar, emiten akan cenderung berhati-hati dalam menentukan
harga penawaran Hartono, 2005. Indrawati 2005 menyatakan bahwa investor mempunyai informasi yang lebih dari issuer, misalnya issuer tidak mengetahui
tentang permintaan sahamnya atau harga pasar yang akan bartahan pada saat tersebut.
1. Asumsi pertama: investor mempunyai informasi yang seimbang. Investor hanya akan membeli saham jika harganya di bawah taksiran umum, sehingga
untuk mensukseskan IPO maka harga penawaran harus cukup underpriced. 2. Asumsi kedua: investor tidak mempunyai informasi yang seimbang.
Penetapan harga yang terlalu tinggi menyebabkan issuer khawatir akan “winner’s curse”. Yaitu asimetri informasi antara informed investors dengan
uninformed investors. Untuk menutup kerugian uninformed investor akibat pembelian saham yang overpriced, maka emisi saham perdana secara umum
harus cukup underpriced. 3. Asumsi ketiga: Jika underwriter mempunyai informasi yang lebih dari issuer.
Secara teoritis,
issuer tidak mempunyai informasi, tetapi dibandingkan dengan underwriter tidak dengan investor. Untuk membujuk underwriter
mau melakukan usahanya yang optimal maka issuer mengizinkan underwriter melakukan underpricing.
C. FINANCIAL LEVERAGE