Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Berfikir

commit to user 4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat rumuskan adalah: “Apakah penggunaan DVD dunia hewan dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 20102011?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian, yaitu: Untuk meningkatkan penguasaan kosakata melalui penggunaan DVD dunia hewan pada anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 20102011.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini untuk menambah khasanah dalam perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kependidikan luar biasa. Sehingga perkembangan tersebut dapat digunakan dalam peningkatan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa.

2. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri dari manfaat bagi guru dan siswa yang diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi guru

1 Memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok ciri- ciri binatang commit to user 5 2 Memberikan stimulus untuk bisa mengembangkan kemampuan menggunakan media DVD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang 3 Meningkatkan interaksi guru dan siswa ditandai dengan respon siswa selama guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media DVD dunia hewan dan repon siswa menjawab pertanyaan guru.

b. Bagi siswa

1 Memberikan stimulus kepada siswa untuk memperhatikan pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang. 2 Meningkatkan penguasaan kosakata tentang ciri-ciri binatang. 3 Memberikan stimulus kepada siswa untuk menulis kalimat sederhana tentang binatang. commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu-wicara

a. Pengertian Tunarungu-wicara Anak tunarungu adalah salah satu anak yang dikategorikan sebagai anak yang memiliki kekurangan dalam hal kemampuan mendengar, memiliki gangguan dalam beberapa hal. Mulyono Abdurrahman 1994: 73 menyebutkan beberapa gangguan yang ditimbulkan dari kerusakan pendengaran Anak tunarungu antara lain :gangg uan perseptual, gangguan bicara, gangguan komunikasi, gangguan kognitif, gangguan sosial, gangguan emosi, masalah pendidikan, gangguan dalam intelekual, masalah vokasional. Anak tunarungu dan Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu” tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Permanarian Somad,Tati Hernawati, 1996: 26. Menurut Moores dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996: 27 ”orang Tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa menggunakan alat bantu mendengar”. Andreas Dwidjosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung 1988 dalam Permanarian Somad,Tati Hernawati 1996: 27, mengemukakan “tunarungu” dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran”. commit to user 7 Moores dalam Mulyono Abdurrahman, 1994: 59 menyatakan “Orang dikatakan tuli pendengarannya rusak sampai pada satu saraf tertentu biasanya 70 dB atau lebih sehingga menghalangi pengertian terhadap suatu pembicaraan melalui indra pendengaran,baik tanpa maupun dengan alat bantu dengar hearing aid ”. Sudibyo Markus dalam Sardjono, 2000: 8 ”Tunarungu-wicara adalah mereka yang menderita tunarungu sejak bayisejak lahir, yang karenanya tak dapat mengangkap pembicaraan orang lain, sehingga tak mampu mengembangkan kemampuan bicara meskipu n tak mengalami gangguan pada alat suaranya”. Menurut Moh. Amin dalam Sardjono, 2000: 8 menjelaskan anak tunarungu- wicara adalah: Mereka yang sejak lahir demikian kurang pendengarannya, sehingga memustahilkan mereka dapat belajar bahasa dan berbicara dengan cara-cara normal. Mereka yang sekalipun lahir dengan pendengaran normal tetapi sebelum dapat berbicara mendapat hambatan taraf berat pada pendengarannya. Mereka yang sekalipun sudah mulai dapat berbicara karena saat terjangkitnya gangguan pendengaran, sebelum umur kira-kira 2 tahun, maka kesan-kesan yang diterima mengenai suara dan bahasa seolah-seolah hilang. Menurut Soewito dalam Sardjono, 2000: 9 Tunarungu adalah “seseorang yang mengalami ketulian berat sampai total, yang tidak dapat lagi menangkap tutur kata tanpa membaca bibir lawan bicaranya ”. Menurut Imas A. R. Gunawan dalam Sardjono, 2000: 9 anak tunarungu adalah ”anak yang kehilangan kemampuan pendengarannya demikian rupa sehingga anak tersebut tidak dapat mengerti bahasa oral walaupun menggunakan alat bantu dengar ”. Menurut Andreas Dwidjosumarto Sutjihati Somantri, 1996: 74 “tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat commit to user 8 berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar hearing aids ”. Menurut Mufti Salim dalam Sutjihati Somantri, 1996: 74-75 “Anak tunarungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya”. Mohammad Efendi 2006: 56 mengkategorikan n ormal, “apabila sumber bunyi didekat telinga yang memancarkan getaran-getaran suara dan menyebar ke sembarang arah dapat tertangkap dan masuk ke dalam telinga sehingga membuat gendang pendengaran menjadi bergeta r”. Mohammad-Hossein Azizi 2010: 116 mengemukakan “Noise-induced hearing loss NIHL is an irreversible damage of the cochlear hair cells of the inner ear”.dari pendapat ini dapat kita ketahui kehilangan pendengaran karena suara yang terlalu keras adalah kerusakan permanen pada sel rambut koklea di telinga dalam. Jadi kehilangan pendengaran yang dialami sudah tetap tidak dapat diobati. Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dapat di tarik kesimpulan anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran pada tingkat 70 dB atau lebih, ketulian berat sampai total sehingga anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. b. Klasifikasi Anak Tunarungu-wicara Klasifikasi anak tunarungu berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan dimana penderita kelainan pendengaran diklasifikasikan sesuai dengan kehilangan pendengaran. Klasifikasi anak tunarungu menurut Samuel A Kirk dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996: 29 1 0 dB : menunjukkan pendengaran yang optimal commit to user 9 2 0-26 dB :menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran normal 3 27-40 dB : mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh 4 41-55 dB : mengerti bahasa percakapan tidak dapat mengikuti diskusi kelas membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara tergolong tunarungu sedang 5 56- 70 dB : hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat 6 71- 90 dB : hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat 7 91 dB ke atas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli berat. Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1996: 32 1. Tunarungu hantaran konduksi ialah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah. 2. Tunarungu syaraf sensorineural ialah tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinnya alat- alat pendengaran bagian dalam syaraf pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada lobus temporalis. 3. Tunarungu campuran adalah kelainan pendengaran yang disebabkan krusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran. Sardjono 2000: 21 mengklasifikasikan anak tunarungu-wicara menjadi 6 antara lain : Sam IsbaniIsbani dalam Sardjono, 2000: 21 1 Berdasarkan bagian alat pendengaran mana yang mengalami kerusakan: a Tunarungu konduktif conductive deafness: pada tunarungu secara konduktif telinga bagian luar dan tengah yang mengalami kerusakan. b Tunarungu perseptif perceptive loss deafness: pada tunarungu perseptif yang mengalami kerusakan ialah telinga bagian dalam,sehingga serabut- serabut syaraf tidak dapat berfungsi normal. commit to user 10 c Gejala tunarungu campuran Mixed deafness. Pada jenis gangguan atau kelainan pendengaran ini ogan pendengarannya rusak, baik bagian luar, tengah maupun dalam. 2 Berdasarkan bentuk kelainan pendengaran Menurut Samuel A. Kirk dalam Sardjono, 2000: 30 a Conductive losses adalah seseorang yang kehilangan intensitas pencapaian suara, telinga bagian tengah saat mulainya getaran syaraf pendengaran. b Sensory neural or perceptive losses disebabkan kelainan telinga bagian dalam atau pada pengiriman syaraf pendengaran yang merangsang menuju ke otak. c Central deafness kelainan jenis ini termasuk kondisi dimana suara seseorang dapat didengar, tetapi tidak dapat menafsirkannya. 3 Berdasarkan etiologis, anatomis dan fisiologis ukuran nada yang dapat didengar. Emon sastro Winoto dalam Sardjono, 2000: 30 mengklasifikasikan ketunaan sesuai dengan dasar-dasarnya yaitu: a Klasifikasi etiologis: tunarungu endogenpembawaan, tunarungu eksogen yang disebabkan karena penyakit atau kecelakaan. b Klasifikasi anatomis-fisiologis: tunarungu hantaran konduktif dan tunarungu perceptive syaraf. c Klasifikasi menurut ukuran nada yang tidak dapat didengar. d Klasifikasi menurut saat terjadinya ketunarunguan: anak tunarungu yang terjadi pada waktu masih dalam kandungan ibu atau pre natal, tunarungu yang terjadi pada saat kelahiran atau neo natal dan anak tunarungu yang terjadi pada saat setelah kelahiran atau post natal. e Klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran audiometris dapat dibedakan menjadi : 1. Tunarungu taraf 5-25 dB: yaitu tunarungu taraf ringan, pada taraf ini anak masih dapat belajar bersama dengan anak normalpada umumnya dengan memakai alat bantu dengar hearing aid 2. Tunarungu taraf 26-50 dB: pada taraf ini anak termasuk dalam kelompok tunarungu taraf sedang, anak memerlukan pendidikan khusus dengan latihan bicara dan membaca ujaran. 3. Tunarungu taraf 51-75 dB yaitu tunarungu taraf berat, pada taraf ini anak memerlukan program pendidikan di sekolah luar biasa bagian B dengan mengutamakan pelajaran Bahasa Indonesia, bicara dan membaca ujaran 4. Tunarungu taraf 75 dB ke atas. Kelompok ini termasuk dalam kelas tunarungu taraf sangat berat, anak memerlukan pendidikan program commit to user 11 pendidikan kejuruan, meskipun pelajaran bahasa dan bicara dapat masih dapat diberikan. 4 Berdasarkan sifat dan cara rehabilitas. Soewito dalam Sardjono, 2000: 32 membagi tunarungu dalam 3 kategori : a Tuli konduksi b Tuli persepsi sensorineural, saraf c Tuli campuran 5 Berdasarkan tingkat gangguan dengan pemahaman bahasa dan bicara Connix dalam Sardjono 2000: 34 mengklasifikasikan tunarungu sebagai berikut: Rata-rata frekuensi ucapan yang didengar lebih baik Pengaruh kehilangan dalam memahami bahasa dan bicara Ringan slight 27-40dB ISO Mungkin mempunyai kesulitan pendengaran yang ringan, kesulitan dalam berbahasa Ringan Mild 41-55 ISO Mengerti percakapan ucapan pada jarak 5 kakiberhadapan muka. Marked 56-70dB ISO Percakapan harus keras untuk dapat dimengerti. Keras Severe 71-90 dB ISO Bisa mendengar suara keras sekitar satu kaki dari telinga. Ekstrim Extreme 91 dB atau lebih ISO Bisa mendengar suara yang keras tetapi pada getaranvibrasi yang lebih dari pada contoh-contoh nada. commit to user 12 Klasifikasi tunarungu menurut Boothroyd dalam Murni Winarsih, 2007: 23- 24 adalah sebagai berikut: Kelompok I : kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal. Kelompok II : kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses atau ketunarunguan atau ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya sebagian. Kelompok III : kehilangan 61-90 dB: severe hearing losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada. Kelompok IV : kehilangan 91-120 dB: profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. Kelompok V : kehilangan lebih dari 120 dB: total hearing losses atau ketunarunguan total: daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. Uden dalam Murni Winarsih, 2007: 24 membagi klasifikasi ketunarunguan menjadi tiga yakni: 1 Berdasar saat terjadinya ketunarunguan : a Ketunarunguan bawaan, artinya ketika lahir anak sudah mengalami menyandang tunarungu dan indera pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi. b Ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadinya tunarungu setelah anak lahir diakibatkan oleh kecelakaan atau suatu penyakit. 2 Berdasarkan tempat kerusakan a Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif. b Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar bunyisuara, disebut tuli sensoris. 3 Berdasarkan taraf penguasaan bahasa a Tuli pra bahasa prelingually Deaf adalah mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa usia 1,6 tahun artinya anak menyamakan tanda signal tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih dan sebagainya namun belum membentuk sistem lambang. b Tuli bahasa Post Lingually Deaf adalah mereka yang menjadi tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang, yang berlaku di lingkungan. commit to user 13 Sutjihati Somantri 1996: 75 mengemukakan klasifikasi tunarungu sebagai berikut: 1 Klasifikasi secara etiologis Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarungau ada beberapa factor : a Pada saat sebelum dilahirkan b Pada saat kelahiran c Pada saat setelah kelahiran 2 Klasifikasi menurut tarafnya Andreas Dwidjosumarto dalam Sutjihati Somantri 1996: 76 mengemukakan klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut: a Tingkat I : kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54 db, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus. b Tingkat II : kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 db, penderita kadang- kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam kebiasaan sehari- hari memerlukan latihan berbicara, dan bantuan latihan berbahasa secara khusus. c Tingkat III : kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB. d Tingkat IV : kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas. Penggolongan ketunarunguan menurut Connix dalam Sardjono, 2000: 37 sebagai berikut: 1 Kehilangan 0-30 dB pendengaran normal 2 Kehilangan 31-50 dB ketunarunguan ringan 3 Kehilangan 51-70 dB ketunarunguan sedang 4 Kehilangan 71-90 dB ketunarunguan berat 5 Kahilangan lebih dari 90 dB tergolong tuli. Dari klasifikasi yang sudah dipaparkan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan klasifikasi anak tunarungu adalah: 1 Berdasarkan bagian alat pendengaran mana yang mengalami kerusakan 2 Berdasarkan bentuk kelainan pendengaran 3 Berdasarkan “gradasitingkatan” dari pada gangguan pendengaran. 4 Berdasarkan etiologis, anatomis dan fisiologis ukuran nada yang dapat didengar. 5 Berdasarkan sifat dan cara rehabilitas. commit to user 14 6 Berdasarkan jenis ketunarunguan serta kemampuan mengerti bicara dan bahasa. c. Karakteristik Anak Tunarungu Anak tunarungu secara sepintas fisik mereka tidak tampak jelas mengalami kelainan, tetapi ketika kita mencoba untuk berkomunikasi dengan anak akan katahuan anak tunarungu mengalami kelainan pendengarannya. Dampak dari kelainan pendengaran ini menyebabkan anak memiliki ciri yang khas. Adapun karakteristik anak tunarungu menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Sardjono 2000: 45 menjelaskan ciri-ciri anak tunarungu dalam segi penguasaan bahasanya antara lain: “miskin dalam kosa kata, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung irama dan gaya bahasa”. Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1996: 34-36 1 Karakteristik dalam segi inteligensi Anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata-rata akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka anak tunarungu menampakkan intelegensi yang rendah disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa 2 Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, hal ini disebabkan perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. 3 Karakteristik dalam segi emosi dan sosial Ketunarunguan dapat mengakibakan merasa asing dari pergaulan sehari-hari, yang berarti mereka merasa asing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat dimana ia hidup. Sardjono 2000: 43-44 menjelaskan ciri khas anak tunarungu antara lain: 1 Ciri-ciri khas dalam segi pisik commit to user 15 Cara berjalannya cepat dan agak membungkuk, gerakan matanya cepat, agak beringas, gerakan anggota badannya cepat dan lincah, pada waktu bicara pernafasan pendek dan agak terganggu, dalam keadaan biasa bermain, tidur, tidak bicara pernafasan biasa. 2 Ciri-ciri khas dalam intelegensi Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental seseorang. Pada anak tunarungu dalam hal intelegensi tidak banyak berbeda dengan anak normal pada umumnya. Ada yang memiliki intelegensi tinggi, rata-rata, dan ada yang intelegensinya rendah. Sesuai dengan sifat ketunaan pada umumnya anak tunarungu sukar menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Dalam hal intelegensi potensial tidak berbeda dengan anak normal pada umunya, tetapi dalam hal intelegensi fungsional rata-rata lebih rendah. 3 Ciri-ciri khas dalam segi emosi Kekurangan pemahaman akan bahasa lisan atau tulisan sering kali dalam komunikasi menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan hal yang negatif dan menimbulkan tekanan pada emosinya. 4 Ciri-ciri khas dalam segi sosial Dalam kehidupan sosial anak tunarungu mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak biasa pada umunya, yaitu mereka memerlukan interaksi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok dengan keluarga dan dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. 5 Ciri-ciri dalam segi bahasa Sesuai dengan kekurangan atau kelainan yang disandangnya anak tunarungu dalam penguasaan bahasa mempunyai ciri-ciri khas seperti: Miskin dalam kosa kata, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung irama dan gaya bahasa. commit to user 16 Jan Stiles dan Kim Clark 1996: 96 menyatakan bahwa ”Children with hearing or communication disabilities 1 May have difficulty understanding directions and routines 2 May have limited communication with other children and may interfere with their play 3 May act out due to frustration with their inability to be understood 4 May demonstrate a lack of attention 5 May lack appropriate or expected speech development 6 May have difficulty making themselves understood 7 May lack the language skills to initiate or enter into play or learning situations 8 May have difficulty following directions 9 May use limited vocabulary Pernyataan di atas mengungkapkan adanya ciri-ciri anak tunarungu dengan berbagai permasalahan yang ada. Anak mempunyai masalah adanya kesulitan dalam memahami arah dan kebiasaan, anak mempunyai keterbatasan dalam komunikasi dengan anak yang lainnya, anak bertingkah karena frustasi terhadap ketidakmampuan mereka mengerti, anak menunjukkan kurangnya perhatian, anak kesulitan untuk diri mereka sendiri, anak kurang dalam ketrampilan berbahasa, anak memiliki kesulitan dalam mengikuti arah dan masalah yang terakhir adalah terbatasnya kosakata anak, dimana masalah ini menjadikan anak sulit untuk menerima apa yang disampaikan oleh orang lain. Freiberg 1997: 75 menyatakan bahwa “disorder language is usally more difficult to remedy than delayed language. Disorder language may be due to a receptive problem difficulty understanding voice sounds, an expressive problem difficulty producting the voice sounds that follow the arbitrary rules for that language, or to both”. Dari pernyataan di atas terdapat karakteristik anak yang mempunyai masalah dalam segi berbahasa, anak tunarungu dengan cacat bahasa yang dialami biasanya sulit untuk diobati daripada terlambat menguasai bahasa. Cacat bahasa mungkin disebabkan masalah keterterimaan kesulitan memahami suara, masalah ekspresi, kesulitan mengeluarkan suara yang diikuti kesewenang- wenangan commit to user 17 sikap untuk berbahasa. Hal inilah yang menjadikan apa yang diucapkan anak sulit dipahami. Dari karakteristik yang sudah dipaparkan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan karakteristik anak tunarungu antara lain: 1 Karakteristik dalam segi fisik 2 Karakteristik dalam segi intelegensi 3 Karakteristik dalam segi emosi 4 Karakteristik dalam segi sosial 5 Karakteristik dalam segi bahasa d. Penyebab Anak Tunarungu Secara umum penyebab anak tunarungu dapat terjadi sebelum lahir prenatal, ketika lahir natal dan sesudah lahir post natal. Beberapa ahli mengungkap penyebab ketunarunguan dengan berbagai sudut pandang berbeda. Trybus dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996: 32-33 mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak-anak di Amerika Serikat yaitu: 1 Keturunan 2 Campak Jerman dari pihak ibu 3 Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran 4 Radang selaput otak meningitis 5 Otitis media radang pada bagian telinga bagian tengah 6 Penyakit anak-anak, radang dan luka-luka. Murni Winarsih 2007: 28-29 mengelompokkan penyebab ketunarunguan sebagai berikut: 1 Factor internal diri anak: factor dalam diri anak terdapat beberapa hal yang menyebabkan ketunarunguan: a Factor keturunan dari salah satu atau kedua orang tua yang mengalami ketunarunguan commit to user 18 b Penyakit campak jerman Rubella yang diderita ibu yang sedang mengandung c Keracunan darah atau toxaminia yang diderita ibu yang sedang mengandung. 2 Factor Eksternal Diri Anak a Anak mengalami infeksi saat dilahirkan. b Meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang labyrinth telinga dalam melalui system sel-sel udara pada telinga tengah. c Radang telinga bagian tengah otitis media pada anak. Jan Stiles dan Kim Clark 1996: 96 menyatakan penyebab kelainan pendengaran sebagai berikut: Hearing impairments can be caused by: 1 The aging process 2 Birth defects 3 Certain drugs 4 ear wax 5 head trauma or head injuries 6 heredity 7 middle ear infections 8 prolonged or repeted exposure to loud noises 9 tumors 10 viral infections Dari penyebab kelainan pendengaran di atas dapat diketahui penyebab kelainan pendengaran antara lain: proses penuaan, cacat lahir, obat-obatan tertentu, cairan yang keluar dari telinga, trauma kepala, keturunan, infeksi telinga tengah, di tempat yang berisik berulang-ulang, tumor dan infeksi virus. commit to user 19 Moores dalam Mohammad Efendi, 2006: 64 mengidentifikasi beberapa penyebab ketunarunguan masa kanak-kanak yang terjadi di Amerika, berdasarkan penelitiannya, i a menemukan bahwa “factor keturunan, penyakit maternal rubella, lahir sebelum waktunya prematur, radang selaput otak, serta ketidaksesuaian antara darah anak dengan ibu yang mengandungnya, toxemia, pemakaian antibiotic overdeses, infeksi, otitis media kronis dan infeksi pada alat-alat pernafasan menjadi penyebab utama terjadinya ketunarunguan”. Mohammad-Hossein Azizi 2010: 116 menyatakan “the history of occupational NIHL ONIHL probably dates back to many centuries ago, even though as Alberti stated, it only became a major occupational aural disorder after discovery of gunpowder and has increased significantly after the industrial Revolution”. Dari penjelasan di atas dapat diketahui sejarah penyakit telinga karena pekerjaan yang berhubungan dengan suara yang terlalu keras sudah terjadi beberapa beberapa abad yang lalu, meskipun sesuai yang alberti katakan, ini hanya menjadi kelainan masalah pendengaran utamanya karena pekerjaan setelah ditemukannya bubuk mesiu dan meningkat secara signifikan setelah revolusi industri. Dari pendapat beberapa ahli terkait penyebab ketunarunguan maka penulis menyimpulkan penyebab ketunarunguan antara lain 1 Keturunan 2 Campak Jerman dari pihak ibu 3 Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran cacat lahir, premature 4 Radang selaput otak meningitis 5 Otitis media radang pada bagian telinga bagian tengah 6 Penyakit anak- anak, radang dan luka-luka 7 proses penuaan 8 obat-obatan tertentu, pemakaian antibiotic overdeses 9 cairan yang keluar dari telinga 10 trauma kepala, keturunan commit to user 20 11 di tempat yang berisik berulang-ulang 12 tumor dan infeksi virus 13 penyakit maternal rubella 14 toxemia 15 serta ketidaksesuaian antara darah anak dengan ibu yang mengandungnya. e. Prevalensi Heward dan Orlansky dalam Mulyono Abdurrahman, 1994: 70 memperkirakan “5 dari semua anak usia sekolah mengalami gangguan pendengaran. Akan tetapi banyak diantara anak yang mengalami gangguan pendengaran ini yang tidak cukup berat untuk diberikan pelayanan pendidikan khusus”. Hoeman dan Briga dalam Mulyono Abdurrahman, 1994: 70 memperkirakan bahwa “ hanya 0,2 1 diantara 500 dari populasi anak sekolah memiliki pendengaran yang rusak atau sangat berat. Davis 2011: 916-917 dari hasil penelitian yang telah dilakukan memperkirakan bahwa: The presence of acoustically abstructing wax was recorder in 2,3; it occurred in conjunction with a ≥25 dBHL impairment in 1 of the population. These results do not substantially affect the the implication for rehabilitation, as 1 is a relatively small proportion of the 16 with such impairment. Among this 1 were individuals who also had significant sensorineural hearing impairments. The average effect of acoustically obstructing wax, after accounting for age, was 5.9 dBs.e. 1,5 dB over the four frequency average in the Better ear. Dari pernyataan Davis, kita dapat mengetahui presentasi dari gangguan suara akibat cairan telinga ini terjadi lebih besar atau sama dengan 25 dBHL dalam 1 populasi, hasil ini tidak menimbulkan efek yang substansi untuk rehabilitasi. 15 adalah proporsi yang relative kecil dari 16 kelainan. Hampir 1 individu juga mempunyai kelainan sensori pendengaran yang signifikan. commit to user 21 Dari pernyataan beberapa ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa prevalensi anak tunarungu terhitung sangat sedikit 1 diantara 500 populasi anak sekolah . dari presentasi inipun masih dibagi sesuai dengan jenis kecacatannya, jadi untuk masing- masing kecacatan memiliki presentas yang berbeda, salah satunya adalah adanya gangguan suara akibat cairan telinga sebanyak 1 dari jumlah kelainan dengar dan 1 juga mempunyai kelainan sensori pendengaran yang signifikan.

2. Tinjauan Tentang Hakikat Kosakata

a. Pengertian Kosakata Dalam komunikasi melalui bahasa, baik lisan maupun tulisan, kosakata merupakan unsur yang sangat penting. Makna suatu wacana sebagai bentuk penggunaan bahasa, sebagian besar ditentukan oleh kosakata yang digunakan dalam pengungkapannya. Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan melaui bahasa banyak ditentukan oleh ketepatan pemahaman terhadap kosakata yang digunakan. Kosakata Inggris: vocabulary adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya karenanya banyak ujian standar, Seperti SAT, yang memberikan pertanyaan yang menguji kosakata. http:www.id.wikipedia.orgwiki kosakata. Kosa kata merupakan salah satu komponen yang penting dalam belajar bahasa. Semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki pembelajar, semakin mudah dia menyampaikan pikirannya baik dalam tulisan maupun lisan. Untuk memperkaya kosa kata, siswa sebaiknya mempunyai buku khusus untuk mencatat kata-kata baru. Cara- commit to user 22 cara berikut bisa dipakai oleh siswa dalam mencatat kata-kata baru. http:www.ialf.edubipajuly1999belajarkosakata. Menurut W. J. S Poerwadarminta dalam Eni Nuryati, 2005: 18 ”Kosakata adalah perbendaharaan kata ”. Eni Nuryati 2005: 18 menyatakan”Dengan banyaknya perbendaharaan kosakata yang dimiliki akan memudahkan dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain ”. Setiap orang perlu memperluas kosakatanya, perlu mengetahui sebanyak-banyaknya perbendaharaan kata dan bahasanya. Kosakata dalam bahasa Indonesia sangat luas cakupannya. Soedjito dalam Eni Nuryati, 2005: 19 menggolongkan kosakata bahasa Indonesia sebagai berikut: 1 kata-kata abstrak dan kata-kata konkret; 2 kata umum dan kata khusus; 3 kata popular dan kata kajian; 4 kata baku dan kata non baku; 5 kata asli dan kata serapan. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh panca indera dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan atau dicium. Kata umum adalah kata yang luas ruang lingkupnya. Kata populer adalah kata yang dikenal dan dipakai oleh ilmuwan atau kaum terpelajar dalam karya- karya ilmiah. Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah atau ragam bahasa yang telah ditentukan. Kata asli adalah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri. Sedang kata serapan adalah kata yang berasal diserap dari bahasa daerah atau asing Eni Nuryati, 2005: 19. Henry Guntur dalam Eni Nuryati, 2005: 19 menyatakan bahwa ”kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain ”. Sri Sukesi Adiwimarta et al dalam Suyatmi, 2004: 32 menyatakan bahwa ”kosakata atau perbendaharaan kata yang dalam bahasa Inggris disebut lexicon, berasal dari bahasa Yunani Lexicon yang berarti kata. Kosakata merupakan seperangkat leksem yang termasuk didalamnya kata tunggal, kata majemuk dan idiom ”. Vallete dalam Suyatmi, 2004: 32 menyatakan bahwa ”kosakata sebagai kata atau kelompok kata yang memiliki makna tertentu ”. commit to user 23 Kosakata seseorang adalah keseluruhan kata yang berada dalam ingatan seseorang yang segera akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca. Reaksi bahasa adalah mengenal bentuk bahasa itu dengan segala konsekuensinya, yaitu memahami maknanya, melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan amanat kata itu. http:www.pusatbahasaalazhar.wordpres.com Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah himpunan kata dimana kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam berbahasa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang semakin banyak ide atau gagasan yang dapat diungkapkan. Untuk itu anak tunarungu perlu meningkatkan kosakata yang dimilikinya dengan mengetahui sebanyak-banyaknya perbendaharaan kata dari bahasa yang dipelajarinya. b. Pengertian Penguasaan Kosakata Menguasai kosakata bagi anak tunarungu sangatlah penting, tidak sekedar menuliskan kata tapi juga bisa memahami arti kosakata itu. Penguasaan kosakata tampak jika anak sudah bisa mennggunakan atau menyusun kata itu dalam kalimat yang bermakna. Eni Nuryati 2005: 20 menyatakan bahwa ”penguasaan kosakata sangat membantu seseorang dalam memahami gagasan atau ide dari ujaran orang lain. Hal ini disebabkan kata adalah penyalur gagasan”. Sedangkan Suyatmi 2004: 33 menyatakan ”penguasaan kosakata itu merupakan hal yang sangat penting dalam tindak berbahasa”. Burhan Nurgiyantoro dalam Suyatmi, 2004: 35 menyatakan bahwa ” memahami kosakata terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedangkan kemampuan kemampuan mempergunakan kosakata nampak dalam kegiatan menulis dan berbicara ”. Sri Hastuti PH dalam Suyatmi, 2004: 4 menyatakan bahwa ”untuk dapat menghasilkan tulisan termasuk tulisan deskripsi yang baik diperlukan persyaratan commit to user 24 mutlak yang harus dikuasai diantaranya memiliki sejumlah kata yang diperlukan atau penguasaan kosakata memadai ”. wawasan yang luas tentang kosakata merupakan modal dasar dalam menulis, karena pada hakikatnya menulis merupakan upaya menuangkan kosakata yang dipahamidikuasai dari bahasa lisan ke dalam tulisan. Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangat menunjang ketrampilan menulis. Tanpa kosakata yang cukup, sulit diharapkan seseorang akan terampil menulis. Suyatmi, 2004: 4. Jadi semakin banyak kosakata yang dikuasai oleh anak tunarungu maka semakin cepat anak memahami kata-kata yang disampaikan oleh orang lain baik kata- kata lisan maupun tulisan. c. Cara Memperluas Kosakata Penguasaan kosakata dapat diperoleh melalui beberapa tahapan, dalam tahapan itu mengandung bermacam- macam cara bagaimana seseorang memperluas kosakata. Menurut Gorys keraf dalam Eni Nuryati, 2005: 20 perluasan kosakata dapat ditempuh dengan jalan : 1 proses belajar, yaitu suatu usaha mmperluas kosakata melalui KBM yang dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan dan pendidikan yang harus berperan aktif untuk memperkenalkan berbagai istilah baru yang muncul kepada siswanya; 2 melalui konteks, yaitu suatu usaha memperluas kosakata dengan jalan mengamati konteks suatu wacana secara seksama baik lisan maupun tertulis; 3 melalui kamus, yaitu suatu usaha memperluas kosakata dengan cara menggunakan buku referensi yang khusus disusun untuk membantu setiap orang menetapkan kata marta yang paling tepat sesuai dengan maksudnya; dan 4 dengan menganalisa kata, yaitu suatu usaha memperluas kosakata dengan cara menggunakan katamenentukan mana akar katanya, mana imbuhannya, serta apa makna yang terkandung dalam masing-masing unsurnya. Cara memperluas kosakata seseorang antara lain dapat dikemukakan: melalui proses belajar, melalui konteks, melalui kamus, kamus sinonim dan tesaurus, dan dengan menganalisis kata. http:www.pusatbahasaalazhar.wordpres.com. commit to user 25 Cara mengaktifkan kosakata dengan cara yaitu: 1 Sering mempergunakan kata tertentu: cara yang pertama mengaktifkan kosakata dengan kemauan seseorang adalah dengan sengaja lebih sering mempergunakan sebuah bentuk yang baru didengar atau dibaca. 2 Mempertajam pengertian kata : Kesanggupan untuk membedakan nuansa arti dan nilai rasa yang dikandung oleh kata-kata tersebut, memungkinkan kita untuk menempatkan kata-kata itu di dalam konteks yang tepat dan sesuai. 3 Menertibkan pemakaian kata yang khas : Metode yang ketiga adalah menertibkan diri sendiri untuk mencari kata-kata yang khas, bila menulis atau membicarakan sesuatu yang khusus. http:www.pusatbahasaalazhar.wordpres.com. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata seseorang dapat diperoleh melalui berbagai proses. Menguasai kosakata tidak sekedar mempunyai perbendaharaan kata banyak tapi juga memahami makna kosakata tersebut. Inilah yang penting bagi anak tunarungu, mampu memaknai kosa kata dan mampu menggunakannya dalam kalimat bermakna.

3. Tinjauan Tentang Media DVD Dunia Hewan

a. Pengertian Media Pendidikan Dalam prose belajar diperlukan suatu media pendidikan yang menunjang keberlangsungan kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan . Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Arif S. Sadiman 1996: 60 “ Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan ”. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Association of Education and communication TechnologyAECT dalam Arif S. Sadiman, 1996: 60 membatasi commit to user 26 ”Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan informasi”. Gagne dalam Arif S. Sadiman, 1996: 6 menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar ”. Briggs dalam Arif S. Sadiman, 1996: 6 berpendapat bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar ”. Arif S. Sadiman 1996: 7 “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi ”. Mc Luhan dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 11 “Media mencakup semua alat komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada dihadapannya ”. Menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 12 ”Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan yang dapat berupa orang atau benda kepada penerima pesan”. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan AECT dalam Dinbakir http:dinbakir.wordpress.com. Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan media pendidikan adalah suatu alat pendidikan yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk menyalurkan pesan pengirim pesan ke penerima pesan sehingga memberi rangsangan pada siswa untuk belajar. b. Klasifikasi Media Pendidikan Setijadi 1986: 38 mengklasifikasikan media sebagai berikut: 1 Audio seperti telepon, radio, konferensi jarak jauh commit to user 27 2 Bahan cetak seperti selebaran,gambar ungkap, papan tulis, diagram, grafik, peta, 3 Audio cetak seperti buku pegangan siswa dan pita atau piringan audio, blanko, diagram, bahan acuan. 4 Visual, proyeksi diam seperti film bingkai, transparansi, hologram 5 Audio-visual, proyeksi diam seperti film rangkai suara, film bingkai bersuara. 6 Visual-gerak seperti film tanpa suara 7 Audio-visual, gerak seperti film gambar gerak 8 Objek fisik seperti benda nyata, peragaan atau model benda sesungguhnya. 9 Sumber-sumber manusia dan lingkungan seperti situasi permainan perdu, studi kasus, studi wisata. 10 Computer seperti computer dan berbagai peragaan. Basuki Wibawa dan Farida Mukti 2001: 11 membedakan media visual menjadi dua yaitu: 1 Media Audio: berfungsi untuk menyalurkan pesan audiodari sumber ke penerima pesan. 2 Media Visual a Media visual diam : foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparansi, proyektor dan tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe b Media visual gerak : gambar-gambar proyeksi, bergerak seperti film bisu dan sebagainya. 3 Media audio visual Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dapat dibedakan menjadi dua : a Media audio visual diam : slow scan TV, time shared TV, TV diam, film rangkai bersuara, film bingkai bersuara, halaman bersuara dan buku berusara, film bingkai bersuara, halaman bersuara dan buku bersuara. commit to user 28 b Media audio visual gerak : film bersuara, pita video, film TV, TV, holografi, video tapes dan gambar bersuara. Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas, Penulis menyimpulkan dan menegaskan DVD Dunia Hewan adalah sebuah media audio visual yang dapat menampilkan suara dan gambar bergerak sekaligus menjelaskan kepada anak materi pelajaran kepada anak tunarungu-wicara secara konkrit sesuai dengan kehidupan nyata. c. Pengertian DVD Dunia Hewan DVD adalah salah satu jenis cakram padat penyimpan data yang secara perlahan digeser dengan format format Blu ray. Mungkin ada yang belum tahu kepanjangan DVD, DVD adalah Digital Versatile Disc atau Digital Video Disc. http:pernikkomputer.blogspot.com. DVD adalah sejenis cakram optik yang dapat digunakan untuk menyimpan data, termasuk film dengan kualitas video dan audio yang lebih baik dari kualitas VCD. DVD pada awalnya adalah singkatan dari digital video disc, namun beberapa pihak ingin agar kepanjangannya diganti menjadi digital versatile disc cakram serba guna digital agar jelas bahwa format ini bukan hanya untuk video saja. Karena konsensus antara kedua pihak ini tidak dapat dicapai, sekarang nama resminya adalah DVD saja, dan huruf-huruf tersebut secara resmi bukan singkatan dari apapun. http:www.id.wikipedia.orgwiki. DVD berasal dari kata Digital Versatile Disc. Sesuai dengan namanya DVD merupakan sebuah media penyimpanan digital yang isinya sangat variatif. Bentuknya sangat mirip dengan CD. Bedanya DVD dapat memainkan film, audio lebih baik dan dengan data lebih banyak dan proses yang lebih cepat dibandingkan CD. DVD juga mampu menyimpan data lain seperti Foto atau data informasi dari komputer. http:www.ubb.ac.id. DVD atau “digital versatile discs,” adalah perangkat penyimpanan yang menggunakan teknologi optik atau laser untuk menyimpan video atau data lain. commit to user 29 DVD adalah sama sebagai ukuran dan bentuk CD compact disk, tetapi mereka dapat menyimpan lebih dari enam kali lebih banyak data. http:supriyonobantul.wordpress.com. Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan DVD Digital Versatile Disc adalah media penyimpanan data, berupa media audio visual gambar bergerak termasuk film dengan kualitas video dan audio yang lebih baik dari kualitas VCD. d. Aturan Praktis Penggunaan Media Visual Menurut Setijadi 1986: 51 untuk pembelajaran aturan praktis penggunaan visual antara lain: 1 Pengulangan antara audio dan visual yang berlebihan harus dihindari a Jika kata-kata diperagakan secara visual, penonton harus diberi waktu cukup untuk membacanya sebelum narrator memberikan komentar atau membacakan pesan itu dengan cara lain. b Jika kata yang tertulis hanya tersaji sekilas, narrator harus mengulangi kata itu dengan tepat. 2 Penampilan Visual tidak boleh mengganggu a Gambar-gambar dan tulisan yang diproyeksikan harus dapat dibaca, untuk itu harus jelas dan terang. b Visual tidak boleh meragukan dan setajam mungkin c Objek-objek yang masih asingbelum dikenal hendaklah ditampilkan sedini mungkin. d Visual tidak boleh terlalu ramai dan kacau, supaya pesan yang dimaksudkan dapat tertangkap jelas oleh penonton. 3 Visual haruslah disukai penonton. Karena kita ingin siswa mengubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan, kita tidak akan memperlihatkan sesuatu yang tidak berkenan bagi mereka. Sebaliknya kita ingin mereka tertarik pada hal itu. commit to user 30 Media yang digunakan dalam pembelajaran memenuhi kriteria sebagai berikut: 1 sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, artinya media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 2 tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. 3 Praktik, luwes dan bertahan. 4 guru terampil menggunakannya. 5 pengelompokan sasaran media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama dengan efektifnya jika digunakan untuk kelompok kecil. 6 mutu teknis 7 kondisi siswa dari segi subjek belajar http:dinbakir.wordpress.com. Dalam penggunaan media ada beberapa yang harus diperhatikan, dari pendapat ahli yang sudah dikemukakan di atas penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1 Menghindari pengulangan antara audio dan visual yang berlebihan 2 Penampilan visual tidak boleh mengganggu 3 Visual haruslah disukai penonton 4 Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.artinya media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 5 Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. 6 Praktis, luwes dan bertahan. 7 Guru terampil menggunakannya. 8 Pengelompokan sasaran media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama dengan efektifnya jika digunakan untuk kelompok kecil. 9 Mutu teknis 10 Kondisi siswa dari segi subjek belajar. commit to user 31 e. Kemampuan dan Kualitas DVD 1 Kemampuan DVD a DVD mampu memainkan video digital dengan kualitas yang sangat tinggi selama 2 jam penuh. Bahkan untuk satu keping dual-layer, double-sided mampu memainkan video digital dengan kualitas yang sama selama 8jam penuh. Semua ini setara dengan 30 jam video dalam kulitas VHS. b DVD juga mendukung film yang menggunakan layar widescreen yang berasio 4:3 dan 16:9. c DVD mampu menyimpan semua filmnya dalam 9 angle kamera yang berbeda. d DVD mampu menyimpan 32 judul lagu karaoke. e DVD mampu menyimpa 8 track Digital audio untuk berbagai bahasa, yang masing-maing memiliki delapan channel. f DVD mampu memberikan on-screen menu dan interactif fitur seperti behind the scene, games, interview dan masih banyak lagi. g DVD dapat memuat DVD dengan berbagai bahasa, mulai dari percakapan, subtittle, nama lagu, dan sebagainya. h Rewind dan Foward yang lebih instant. Atau bahkan memilih lewat chapter dan waktu time code. i DVD lebih tahan lama dari CD, sebab data dalam DVD tidak semudah rusak data dalam CD. Selain itu DVD juga lebih tahan terhadap panas. http:www.ubb.ac.id. 2 Kualitas DVD DVD yang sebenarnya adalah menggunakan format MPEG-2. Baik gambar maupun suara yang dihasilkan oleh format ini jauh lebih baik dari CD ataupun VHS. commit to user 32 Kualitas Audio yang dimiliki oleh DVD juga berkualitas tinggi. Jauh lebih baik dari CD Audio, karena audio pada DVD menggunakan ukuran dan sampling rate yang lebih besar dari CD Audio. http:www.ubb.ac.id. Format MPEG-2 menggunakan system kompresi loosy Compression yang menghapus informasi- informasi tidak penting, seperti beberapa area pada gambar yang tidak mengalami perubahan sama sekali atau menghapuskan beberapa informasi yang tidak akan ditangkap oleh mata manusia. Kualitas audio yang dimiliki oleh DVD juga berkualitas tinggi, jauh lebih baik dari CD Audio, karena audio pada DVD menggunakan ukuran dan sampling rate yang lebih besar dari CD Audio, pada DVD video, file audio tidak menjadi satu dengan file gambar. Dan kualitas audio yang dimiliki oleh audio pada DVD video sama dengan kualitas yang ada pada ruang teater, yaitu multi channel surround sound menggunakan Dolby Digital, atau DTS. Dalam hal kompresi, Dolby Digital atau DTS dapat memiliki kualitas yang sama bahkan lebih baik CD Audio. http:www.cdproteksi.comkualitasdvd video.html. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan: a Kualitas Audio yang dimiliki oleh DVD juga berkualitas tinggi. jauh lebih baik dari CD Audio. b Format MPEG-2 menggunakan system kompresi loosy Compression yang menghapus informasi-informasi tidak penting. Ada banyak kemampuan DVD tapi disamping mempunyai kelebihan DVD juga mempunyai kekurangan yaitu system enkripsi CSS, yang membuat backup DVD menjadi sulit, dan juga menyulitkan untuk memainkannya diplatform Linux secara legal, karena dibutuhkan lisensi untuk mendeskripsinya. http:www.cdproteksi.com. commit to user 33

B. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran pada dasarnnya merupakan cara penalaran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban atas masalah yang telah dirumuskan, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 01. Skema Kerangka Berfikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan Kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitian ini adalah: “Penggunaan DVD Dunia Hewan dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 20102011 ”. Penguasaan kosakata pada anak tunarungu rendah Penggunaan DVD hunia hewan dalam pembelajaran Penguasaan kosakata pada anak tunarungu meningkat commit to user 34 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang akan digunakan peneliti guna mengetahui keberhasilan penggunaan DVD dunia hewan dalam pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 20102011 adalah penelitian tindakan kelas PTK. Suharsimi Arikunto 2006: 91 menjelaskan penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut : Penelitian-kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan-sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas- adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh umum dengan ”ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model visualisaasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc taggart dalam Zainal Aqib, 2009: 23 dengan skema sebagai berikut : commit to user 35 Gambar 02. Desain penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart Selain model Kemmis dan Taggart ada juga model yang dikembangkan oleh Kurt lewin. Fokus permasalahan pada rencana penelitian ini adalah adanya penguasaan kosakata pada anak tunarungu di SLB-B YRTRW Surakarta yang masing sangat rendah. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata pada anak tunarungu. Dalam rangka Persiapan Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan II Persiapan Laporan Akhir Perencanaan aksi Evaluasirefleksi Perencanaan aksi Evaluasirefleksi commit to user 36 merencanakan penelitian ini, peneliti akan memilih dua variabel yang terdiri dari satu variabel terikat x dan satu variabel bebas y. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan DVD dunia hewan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang. Sedangkan variabel terikat yang akan diteliti adalah penguasaan kosakata pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 20102011.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Melalui Latihan Bina Wicara Pada Anak Tuna Rungu Wicara Di Slb B Yrtrw Surakarta Tahun Ajaran 2008 2009

1 4 1

PENGARUH MEDIA INTERAKTIF ANIMASI 3 DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

2 9 95

PENGARUH PENGGUNAAN KOMPUTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

1 3 74

PENDAHULUAN Pemanfaatan Lipstick Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Melafalkan Konsonen /s/ Pada Anak Tunarungu Wicara Kelas III B si SDLB YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 5 6

DAFTAR PUSTAKA Pemanfaatan Lipstick Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Melafalkan Konsonen /s/ Pada Anak Tunarungu Wicara Kelas III B si SDLB YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 7 4

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK TUNARUNGU KELAS VIII DI SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 1 17

EFEKTIFITAS METODE PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM (PECS) TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU KELAS 1 DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

1 5 18

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PEMBAGIAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS II B SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 20

Efektivitas mind mapping dalam meningkatkan penguasaan kosakata pada anak tunarungu kelas v b slb b yrtrw Surakarta tahun 2015/2016 JURNAL. JURNAL

0 0 15

Penggunaan media komputer untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga

0 0 121