commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan Pendidikan Nasional dalam UU No. 20 Sisdiknas tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan
menyatakan sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah melalui lembaga pendidikan memiliki kewajiban memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, begitupula anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan layaknya anak normal pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus sudah pasti memerlukan pendidikan khusus. Pendidikan khusus seperti yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 32,
adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Layanan khusus untuk anak yang memerlukan pendidikan khusus disesuaikan dengan jenis kelainan yang disandang.
Sekolah Luar biasa bagian B diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan pendengaran. Secara sekilas tidak ada gangguan fisik pada
anak tunarungu-wicara, tetapi setelah kita mencoba untuk mengajak berkomunikasi dengan anak tunarungu maka barulah diketahui bahwa anak tidak mampu
berkomunikasi dengan baik layaknya anak normal pada umumnya.
commit to user 2
Adanya gangguan pada pendengarannya menyebabkan anak tunarungu mengalami masalah dalam penguasaan bahasanya, Sardjono 2000: 45 menjelaskan
ciri-ciri anak tunarungu dalam segi penguasaan bahasanya antara lain: miskin dalam kosa kata, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung arti
kiasan, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung irama dan gaya bahasa.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa anak tunarungu miskin dalam kosakata yang menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan bahasanya.
karena kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu.
Kurangnya penguasaan kosakata anak dapat dilihat dari nilai harian Bahasa Indonesia pada semester 1 yang masih rendah, hal ini terjadi pada beberapa siswa
kelas DII B SLB-B YRTRW yang berjumlah 6 orang yaitu siswa A, siswa B, siswa C, siswa D, siswa E dan siswa F. Siswa A nilai harian rata-rata 50, siswa B nilai
harian rata-rata 55, siswa C nilai harian rata-rata 62, siswa D nilai harian rata-rata 62, siswa E nilai harian rata-rata70, dan siswa F nilai harian rata-rata dalah 78. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa penguasaan kosakata pada siswa masih rendah dilihat dari hasil rata-rata nilai harian Bahasa Indonesia pada semester 1. Rendahnya
penguasaan kosakata mempengaruhi bahasa seseorang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam
mengadakan hubungan dengan sesamanya. Hal ini berarti bila sekelompok manusia memiliki bahasa yang sama, maka mereka dapat saling bertukar pikiran mengenai
segala sesuatu yang dialami secara konkrit maupun abstrak. Sutjihati Somantri 1996: 76 menjelaskan fungsi bahasa antara lain: bahasa
sebagai wahana untuk mengadakan kontakhubungan, untuk mengungkapkan perasaan kebutuhan dan keinginan, untuk mengatur dan menguasai tingkah laku
orang lain, untuk pemberian informasi dan untuk memperoleh pengetahuan. Tanpa mengenal bahasa yang dikenal suatu masyarakat maka kita sukar mengambil bagian
commit to user 3
dalam kehidupan sosial. Hal inilah yang kemudian dialami oleh anak tunarungu, ia sulit mengambil bagian dalam kehidupan sosialnya.
Ada banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan perolehan bahasa anak tunarungu. Faktor-faktor tersebut adalah factor internal atau factor dalam diri anak
dan faktor eksternal atau faktor di luar diri anak. Faktor eksternal ini biasa disebut factor lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Lingkungan sekolah yang mempunyai pengaruh strategis bagi perkembangan perolehan bahasa anak tunarungu adalah semua komponen sekolah
yang terdiri kepala sekolah, guru, sarana prasarana dan lingkungan sosial sekolah. Untuk itu peningkatan kemampuan berbahasa melalui penguasaan kosakata
bagi anak tunarungu dengan adanya pembelajaran di lingkungan sekolah dengan memanfaatkan sarana prasarana sekolah yang tersedia merupakan bagian penting,
baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan anak tunarungu dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Bagi anak normal sering
diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan
penting yang menarik dan edukatif. sama halnya dengan anak tunarungu, pembentukan kosakata merupakan kegiatan yang penting tetapi anak tunarungu
mengalami kesulitan untuk memahami kosakata, untuk itu diperlukan suatu media yang mampu meningkatkan penguasaan kosakata yang dimiliki anak tunarungu,
dalam hal ini penulis menggunakan media DVD dunia hewan dalam pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak karakteristik anak tunarungu-wicara,
gambarnya konkrit sesuai dengan kehidupan nyata sehingga anak tunarungu tertarik untuk memperhatikan materi pembelajaran. Dengan adanya ketertarikan anak
mengikuti pelajaran, maka penyajian materi pembelajaran dengan menggunakan DVD dunia hewan dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara.
commit to user 4
B. Rumusan Masalah