PENGARUH MEDIA INTERAKTIF ANIMASI 3 DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB-B YRTRW SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

SKRIPSI

Oleh:

PUJI HASTUTI K5107032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB-B YRTRW SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh : PUJI HASTUTI NIM K 5107032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 21 Maret 2011

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Maryadi, M. Ag NIP. 19520601 198103 1 003

Pembimbing II

Priyono,S.Pd, M. Si NIP. 19710902 200501 1 001


(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 28 Maret 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes (...)

Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd (...)

Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag (...)

Anggota II : Priyono,S.Pd, M. Si (...) Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

Puji Hastuti. PENGARUH MEDIA INTERAKTIF ANIMASI 3

DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI

BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB-B YRTRW

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA siswa tunarungu kelas D6 di SLB_B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.

Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah media interaktif animasi 3 dimensi; dan variabel terikat adalah prestasi belajar IPA.

Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan one group pre test

post test design, dimana sekelompok subyek diberikan perlakuan dalam jangka

waktu tertentu, dan pengaruh dari perlakuan tersebut diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest). Populasi adalah semua siswa kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta yang berjumlah 7 siswa dijadikan subyek penelitian. Dikarenakan jumlah populasi yang kecil tersebut, maka teknik sampel tidak digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik tes. Teknik tes tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak pada pelajaran IPA materi sistem tata surya kelas 6.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data stastistik non parametrik, Tes Rangking Bertanda Wilcoxon dengan bantuan program komputer SPSS 15. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diketahui nilai Z hitung 0,014 pada taraf signifikansi () 5%. Hasil tersebut menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

vi

Puji Hastuti. THE EFFECT OF INTERACTIVE 3 DIMENSION

ANIMATION MEDIA IN LEARNING ON SCIENCE LEARNING

ACHIEVEMENT OF THE SIXTH GRADE DEAF STUDENT IN SLB-B

YRTRW SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta:

Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University Surakarta, March 2011.

The aims of this research to know the effect of interactive 3 dimension animation media in learning on science learning achievement of the sixth grade deaf students in SLB-B YRTRW Surakarta academic year 2010/2011.

In this research, the independent variable was interactive 3 dimension animation media; and the dependent variable was science learning achievement.

According to the aims of the research, the method used was the experimental method with one group pre post test design,. It used one group pre test post test design, where a group of subject is given treatment in certain time span and the effect of the treatment is measured from the different between first measuring (pre test) and last measuring (post test). The population was all the sixth grade deaf students in SLB-B YRTRW Surakarta, which amounts to 7 students that to be subject research. Because of the population was small, so the sample technique was not used in this research. The technique of collecting data used the technique test. The technique test was used to know the progress of the students in understanding solar system position in the sixth grade science lesson.

This research used the data analysis technique of non parametric statistical analysis, Signed Rank Test Wilcoxon with SPSS 15 computer program. According to the result of analysis, it can be found that the probability of Z value is 0,014 at significance level () of 5%. This analysis result meaning that Ho is rejected and Ha is accepted. Thus , from the analysis result it can be concluded that there is significant effect of the interactive 3 dimension animation media in learning on science learning achievement of the sixth grade deaf students in SLB-B YRTRW Suarakarta academic year 2010/ 2011.


(7)

commit to user

vii

“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan terus-menerus

beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”


(8)

commit to user

viii

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

 Bapak dan Ibu, atas kasih sayang, kepercayaan dan didikan tulus yang kalian berikan.

 Kakak-kakak dan adikku tersayang (Mas Gagi, Mas Ryan, Mbak Eny, dan Dika), atas doa dan semua yang telah kalian berikan untuk saya.

 Pemberi inspirasi dan motivasi untuk saya, kang Hery.

 Sahabat-sahabat terbaikku, Nurul,

Anjar, Mita, Ma’ruf atas dorongan dan

semangatnya.

 Teman-teman PLB angkatan 07, terima kasih untuk persahabatan kita.


(9)

commit to user

ix

Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian ijin penyusunan skripsi.

3. Drs. A Salim Choiri, M.Kes selaku ketua Program Studi Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian ijin penyusunan skripsi.

4. Drs. Maryadi, M.Ag selaku Pembimbing I yang telah sabar memberi bimbingan, kritik, saran, dan nasehat sampai selesainya skripsi ini.

5. Priyono, S.Pd, M. Si, selaku Pembimbing II atas perhatian, ketulusan nasihat, saran dan perbaikan-perbaikan yang bersifat membangun hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Drs. Sudakiem, M.Pd selaku Pembimbing Akademis terimakasih atas perhatian, bimbingan dan nasehat yang diberikan selama ini.

7. Misdi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SLB-B YRTRW Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian guna memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.


(10)

commit to user

x

telah memberikan ijin untuk melaksanakantryout.

9. Dra. Sri Sumarsih, selaku guru kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

10. Rangkoyo, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA kelas D6 di SLB.B YAAT Surakarta yang telah memberikan izin untuktryout.

11. Ibu dan Bapak tercinta beserta keluargaatas kasih sayang, do’a dan dukungan

materi untukku.

12. Teman-teman PLB’07, terima kasih untuk persahabatan kita.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu peneliti harapkan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Pendidikan Luar Biasa.


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ASTRAK INGGRIS ... vi

HALAMAN MOTTO... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka……… 8

1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu………. 8

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar………. 18

3. Tinjauan Tentang IPA………... 22

4. Tinjauan Tentang Media Interaktif……….... 28

5. Tinjauan Tentang Animasi 3Dimensi……… 38


(12)

commit to user

xii

D. Perumusan Hipotesis ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian………. 50

B. Metodei Penelitian……….………. 51

C. Penetapan Populasi dan Sampel……….. 54

D. Teknik Pengumpulan Data……….. 55 E. Rancangan Penelitian………... 64

F. Teknik Analisa Data……….... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Data... 66

B. Pengujian hipotesis……… 73

C. Rangkuman Pembuktian Hipotesis……… 74

D. Pembahasan Hasil penelitian………. 76

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian……… 79

B. Implikasi Hasil Penelitian... 79

C. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA... 81


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jenis Kegiatan dan Waktu Penelitian ……… 51 Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Prestasi Belajar IPA ... 60 Tabel 3. Bagan Rancangan Penelitian denganOne Group Pretest

Posttest……… 64

Tabel 4. Data Siswa Kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta Tahun

Ajaran 2010/2011 ………. 67

Tabel 5. Data Nilai Prestasi Belajar IPA Sebelum Perlakuan(Pretest).... 69 Tabel 6. Data Nilai Prestasi Belajar IPA Setelah Perlakuan(Posttest)... 70 Tabel 7. Data Nilai Pretest PosttestPrestasi Belajar IPA ... 71 Tabel 8. Ringkasan Hasil Deskriptif Data NilaiPretestdanPosttest

Prestasi Belajar IPA ... 72 Tabel 9. Perhitungan Analisis Data Prestasi Belajar IPA sebelum dan

sesudah perlakuan... 73

Tabel 11. Hasil Tes Statistik ………. 74


(14)

commit to user

xiv

Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir ... 48 Gambar 2. Grafik Histogram Prestasi Belajar IPA

Sebelum Perlakuan (Pretest) ………... 70 Gambar 3. Grafik Histogram Prestasi Belajar IPA

Sesudah Perlakuan (Posttest) ………... 71 Gambar 4. Grafik Histogram Prestasi Belajar IPAPretest Posttest... 72


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 86

Lampiran 2. Data Siswa Subyek Try Out dan Subyek Penelitian………... 87

Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 88

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 89

Lampiran 5. Soal Instrument Try Out………. 99

Lampiran 6. Kunci Jawaban Try Out……….. 105

Lampiran 7. Data Nilai Try Out…….………. 106

Lampiran 8. Skor Try Out Prestasi Belajar IPA ……….. 107

Lampiran 9. Tabel Kerja Uji Validitas ………. 108

Lampiran 10. Perhitungan Uji Validitas………...109

Lampiran 11. Rangkuman Hasil Analisis Validitas ……….. 111

Lampiran12. Tabel Persiapan Perhitungan Reliabilitas ……….. 112

Lampiran 13.Perhitungan Reliabilitas ……….… 113

Lampiran 14. SoalPretest - PosttestPrestasi Belajar IPA ………... 115

Lampiran 15. Kunci Jawaban SoalPretest - Posttest……….. 119

Lampiran 16. Data Nilai Pretest………... 120

Lampiran 17. Data Nilai Posttest………. 120

Lampiran 18. Hasil Anasilis Data dengan Wilcoxon Signed Rank Test ………... 121

Lampiran 19.Perijinan ………. 122


(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang No.20 tahun 2003 yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa “Warga Negara yang memiliki

kelainan fisik emosional, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan

khusus”. Dari Undang – Undang tersebut memberi isyarat bahwa semua anak yang

mengalami hambatan perkembangan tak terkecuali anak tunarungu berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas sesuai dengan hambatan perkembangan yang dialaminya tanpa adanya diskriminasi.

Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan / kehilangan kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehinggga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks. Salah satunya adalah mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Menurut Murni Winarsih (2007: 23) tunarungu adalah seseorang yang kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar baik sebagian maupun seluruhnya sehingga ia tidak dapat menggunakan fungsi pendengarannya dalam kehidupan. Murni Winarsih (2007:36) menambahkan “Ketunarunguan, yang berarti tidak memiliki kemampuan mendengar, tentunya akan membawa dampak juga pada kemampuan untuk memperoleh pendidikan bagi penderitanya”. Sementara pendidikan memiliki peran penting dalam kemampuan berfikir seseorang.

Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996:12) menyatakan “Anak tunarungu akan berprestasi lebih rendah (menunjukkan daya ingat yang lebih rendah) daripada anak normal untuk materi yang dapat di verbalisasikan (di bahasakan) anak mendengar seperti daya ingatan untuk angka, gambar dan sebagainya. Untuk materi


(17)

commit to user

yang kurang diverbalisasikan oleh anak mendengar, prestasi mereka akan seimbang”. Mereka juga menambahkan “Anak tuna rungu sering dikatakan kurang daya abstraksinya jika dibandingkan dengan anak mendengar“. Hal ini menyebabkan anak

sulit berimajinasi, bahkan dengan menggunakan gambar sekalipun. Dampak dari ketunarunguan seperti lemahnya daya ingat dan daya abstraksi ini membuat anak mengalami kesulitan dalam proses pembentukan konsep secara utuh, menjadikan siswa mendapat kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit berimajinasi, sulit memahami dan akhirnya menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang ada di sekolah termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA anak tuna rungu rendah.

Para pakar umumnya mengakui bahwa pendengaran dan penglihatan merupakan indera manusia yang amat penting, disamping indera lainnya. Begitu besar fungsi kedua indera tersebut dalam membantu setiap aktivitas manusia sehingga banyak orang yang menyandingkan kedua jenis indera tersebut sebagai “dwi tunggal”. Karena itu, jika seseorang telah kehilangan salah satu dari dua indera

tersebut, sama artinya ia telah kehilangan sesuatu yang sangat penting dan berharga dalam hidupnya.

Anak yang kehilangan salah satu khususnya kehilangan pendengaran, tidak bedanya ia seperti kehilangan sebagian kehidupan yang dimilikinya. Untuk menggantinya dapat dialihkan pada indera penglihatan sebagai kompensasinya. Seperti yang disampaikan dalam bukunya oleh Moh. Effendi (2006:85) bahwa

“Kondisi ketunarunguan seseorang dapat mendorong untuk mengoptimalkan fungsi

penglihatan sebagai indera utama sebelum indera yang lain. Disamping sebagai sarana pemerolehan visual, indera penglihatan sekaligus berperan sebagai ganti dari

persepsi auditif .“ Kompensasi dari ketunarunguan anak ini seharusnya menjadi

bahan pertimbangan bagi guru dalam penggunaan media pembelajaran dalam menyampaikan materi agar lebih terkonsep pada anak, tak terkecuali untuk mata pelajaran IPA yang lebih membutuhkan konsep daripada sekedar teori.


(18)

commit to user

Pengertian dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis. Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar 2004 (http:file:///E:/bahan skripsi/Newfolder-pengertian-pendidikan-ipa-dan.html)

merumuskan “pengertian IPA atau Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di Sekolah Dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar”. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan dengan media pembelajaran yang nyata atau minimal hampir nyata agar pembelajaran IPA tidak sekedar hafalan saja melainkan lebih terkonsep sebagai pengeatahuan yang utuh.

Untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang maksimal dalam pembelajaran ketersedian buku pelajaran pokok atau bahan ajar, alat peraga, media pembelajaran dan sumber belajar, sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan mutu pendidikan perlu diupayakan. Dikarenakan media mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hasil belajar yang dicapai kemungkinan besar akan kurang maksimal jika kurang dalam menggunakan media yang diperlukan. Hal ini selaras dengan Gene.L.Wilkinson dalam Rio Yonatan (2010 : 2) bahwa “media merupakan alat mengajar dan belajar. Peralatan ini harus tersedia ketika dan dimana ia dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru yang harus menggunakannya”. Oleh karena itu, agar materi pelajaran yang akan disampaikan mudah diterima oleh siswa, guru membutuhkan suatu media dalam proses belajar mengajar. Mengingat begitu pentingnya media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, guru harus cerdik dalam memilih media yang tepat bagi anak tuna rungu sesuai dengan keterbatasan dan potensi yang ada pada diri anak tunarungu.


(19)

commit to user

Berdasarkan hasil observasi kelas dan kajian dokumentasi RPP serta nilai ulangan IPA siswa di SLB YRTRW Surakarta kelas D6, guru dalam menyampaikan materi khususnya materi pelajaran IPA lebih sering menggunakan metode ceramah dan gambar diam. Berdasarkan karakteristik anak tuna rungu, materi yang disampaikan melalui metode ceramah kurang diterima oleh anak karena keterbatasan kemampuan auditif mereka. Bukan saja pada anak tunarungu, penyampaian materi secara verbal juga menghambat proses belajar siswa pada umumnya. Seperti yang

disampaikan oleh Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:2) “Diantara yang faktor

-faktor yang dianggap turut menghambat proses belajar siswa dikelas berasal dari verbalisme, kekacauan makna, kegemaran berangan-angan, atau persepsi yang tidak

tepat”. Dalam visi IPA yang dikemukakan oleh Conny R. Semiawan (2008:104) menambahkan”…bahwa sains tidak bisa diajarkan semata dengan ceramah….”

Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa penyampaian materi yang didominasi dengan verbalisme dapat menghambat proses belajar siswa. Selain itu, Penggunaan gambar diam yang telah tersedia dalam buku teks membuat siswa cenderung pasif dan kurang interaktif karena media gambar tidak mampu memberikan respon timbal balik, kurang terlihat nyata dan kurang menarik bagi siswa. Termasuk pada penyampaian mata pelajaran IPA materi tata surya yang merupakan materi nyata yang berhubungan dengan alam disekitar namun abstrak karena tidak bisa dilihat secara langsung sehingga guru tidak mungkin membawa media aslinya.

Sesuai dengan karakteristik anak tunarungu, penggunaan metode ceramah dan media gambar diam untuk materi tata surya kurang memberikan hasil maksimal pada prestasi belajar IPA anak tuna rungu. Oleh karena itu diperlukan suatu media yang interaktif yang dapat memaksimalkan prestasi belajar siswa tunarungu dalam mata pelajaran IPA sesuai dengan keterbatasan mereka pada kemampuan auditif.

Media interaktif animasi 3 dimensi merupakan salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak tuna rungu. Media ini bersifat high teknologi karena memanfaatkan program komputer macromedia flash. Media interatif animasi 3 dimensi bersifat visual dan interaktif sehingga siswa tidak hanya dapat melihat


(20)

commit to user

gambar, tetapi juga memberikan interaksi timbal balik kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam mempelajari materi pelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Sri Anitah

(2008:64) “Ini [media interaktif animasi 3 dimensi] merupakan suatu sistem

penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video, disajikan dengan control computer sehingga pebelajar tidak hanya dapat melihat dan mendengar gambar dan suara, tetapi juga memberi respon aktif”. Siswa boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari menu. Tampilan gambar dalam media ini terlihat nyata karena menggunakan efek 3 dimensi yang tinggi, dimana anak seperti melihat wujud asli dari objek yang diinginkan. Melalui media ini mereka lebih memahami materi sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA.

Bertumpu dari permasalahan di atas, maka penulis mengadakan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Media Interaktif Animasi 3 Dimensi Dalam

Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar IPA Anak Tunarungu Kelas D6 di

SLB - B YRTRW Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:.

1. Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan kemampuan mendengar, mereka mempunyai daya ingatan dan daya abstraksi yang rendah sehingga kemampuan menerima materi yang disampaikan secara verbal dan abstrak kurang maksimal seperti anak normal .

2. Media interaktif animasi 3 dimensi belum secara efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan.

3. Tingkat prestasi belajar anak tunarungu rata-rata masih rendah disebabkan karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimum

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dapat dikaji secara mendalam, maka perlu pembatasan masalah. Hal ini penting agar masalah dikaji mejadi jelas dan dapat mengarahkan perhatian dengan tepat. Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah pada


(21)

commit to user

masalah pengaruh penggunan media interaktif animasi 3 dimensi terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

1. Anak tunarungu yang dimaksud adalah anak tuna rungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011 yang terdiri dari berbagai derajat ketunarunguan yang berbeda-beda.

2. Media yang digunakan dalam menyampaikan materi adalah media interaktif animasi 3 dimensi.

3. Dalam penelitian ini prestasi belajar yang dimaksud yaitu prestasi belajar IPA kompetensi dasar mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya berdasar hasil tes yang dibuat oleh peneliti.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan “Apakah ada

pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011.

F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi terhadap peningkatan prestasi belajar IPA ini, diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Dapat menambah pengetahuan bagi guru khususnya mengenai media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran serta memberi inspirasi untuk membuat media pembelajaran yang lebih menarik lagi.


(22)

commit to user

b. Dapat memberikan alternatif pemilihan media serta cara menggunakannya sesuai dengan kondisi peserta didik.

2. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran.

b. Sebagai motivasi bagi sekolah untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik setiap peserta didiknya sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran di sekolah dan memberikan layanan yang optimal bagi peserta didiknya.

3. Bagi Siswa

Dengan penelitian ini memberikan manfaat bagi siswa yaitu siswa mendapat pelayanan pendidikan yang efektif, aktif dan menyenangkan sesuai dengan konsep PAIKEM dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu memperoleh pengetahuan tentang peningkatan prestasi belajar IPA melalui media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran anak tuna rungu serta mendapat pengalaman secara langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.

5. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan informasi untuk para peneliti berikutnya yang ingin mengkaji tentang media pembelajaran khususnya media interaktif animasi 3 dimensi.


(23)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis akan mengemukakan teori beberapa ahli tentang definisi beberapa istilah yang erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu a. Pengertian Tunarungu

Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak mendengar pada umumnya. Namun pada saat keterampilan berkomunikasi, barulah diketahui bahwa mereka tunarungu. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hakekat tunarungu, di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian tunarungu.

Menurut Andreas Dwidjosumarto dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996:27) mengemukakan bahwa “ Tunarungu dapat diartikan sebagai

suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran”.

Selain itu Mufti Salim dalam Sutjihati Somantri (1996:74) mengatakan bahwa,“Anak tuna rungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan

kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk

mencapai kehidupan lahir batin yang layak. “

Sementara itu, Murni Winarsih (2007:23) menyimpulkan pengertian tunarungu, yaitu :

Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh


(24)

commit to user

tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari – hari, yang berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting.

The IDEA 04 dalam Ronald L. Taylor, Lydia R. Smiley dan Stephen B. Richards (2009:258) memberikan batasan tentang ketulian dan gangguan pendengaran, sebagai berikut :

Under IDEA 04, deafness means a hearing impairment that is so severe the child is impaired in processing linguistic information through hearing, with

or without amplification, and that adversely affects a child’s educational

performance. Hearing impairment means an impairment in hearing, whether

permanent or fluctuating, that adversely affects a child’s educational

performance but that is not included under the definition of the deafness.

Yang artinya kurang lebih adalah sebagai berikut :

Menurut pendapat dari IDEA 04, ketulian maksudnya adalah sebuah gangguan pendengaran yang berat pada anak sehingga mengganggu proses informasi bahasa yang memalui pendengaran, dengan atau tanpa alat dengar, dan menyebabkan gangguan pada penyelenggaraan pendidikan anak. Gangguan pendengaran maksudnya adalah sebuah gangguan pada pendengaran, baik itu menetap atau tidak menetap, yang menyebabkan gangguan pada penyelenggaraan pendidikan anak, tetapi tidak termasuk dalam pengertian ketulian.

Memperhatikan batasan-batasan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tunarungu adalah mereka yang kehilangan fungsi indera pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam penyelenggaraan pendidikannya.

b. Klasifikasi dan Jenis Ketunarunguan

Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk keperluan layanan pendidikan khusus. Namun jika dicermati, pengklasifikasian ketunarunguan antara satu ahli dengan yang lain tidak jauh berbeda. Biasanya didasarkan pada keahlian yang dimiliki atau untuk kepentingan tujuan tertentu.


(25)

commit to user

Jamila K.A Muhammad (2008:59) berpendapat bahwa, ”Terdapat berbagai faktor

yang berkaitan dengan klasifikasi masalah pendengaran, yaitu tahap kehilangan pendengaran, usia ketika kehilangan pendengaran dan jenis-jenis masalah

kehilangan pendengaran”. Puesche, seperti di kutip oleh Boothroyd dalam

Mulyono Abdurrahman (2003:64) mengemukakan bahwa, ”Klasifikasi anak

tunarungu berdasarkan pada (1) tingkat ketunarunguan dan (2) tempat kerusakan

dalam telinga”. Untuk lebih jelas, di bawah ini akan di uraikan mengenai

klasifikasi dan jenis ketunarunguan ditinjau dari berbagai kepentingan. 1) Berdasarkan Tingkat Kehilangan Pendengaran/ Tingkat Ketunarunguan

Jamila K.A Muhammad (2008:59) menjelaskan lebih lanjut mengenai klasifikasi tuna rungu berdasarkan tahap kehilangan pendengaran sebagai berikut :

a) Masalah pendengaran

(1). Ringan (mild), dengan tingkat kehilangan pendengaran antara 27 hingga 40 dB.

(2). Sedang (moderate), dengan tingkat kehingan pendengaran antara 41 hingga 70 dB.

(3) Menengah Serius ( moderate-severe), dengan tahap kehilangan pendengaran anatara 56 hingga 70 dB.

b) Tuli

(1). Serius (severe), dengan tingkat hilangnya pendengaran antara 71 hingga 90 dB.

(2). Sangat serius (profound), dengan tingkat kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB.

Sementara itu, Puesche et al, seperti dikutip oleh Boothroyd dalam Mulyono Abdurrahman (2003:64) menjelaskan tentang tingkat ketunarungauan sebagai berikut :

a) Kehilangan pendengaran ringan berarti bahwa suara-suara dengan kekuatan sampai dengan 25-40 dB dan di atasnya tidak dapat didengar.


(26)

commit to user

b) Kehilangan pendengaran sedang berarti bahwa suara-suara dengan kekuatan 45-70 dB tidak dapat didengar.

c) Kehilangan pendengaran berat berati tidak dapat mendengar suara-suara sampai kekuatan 71-90 dB.

d) Bagi orang yang kehilangan pendengaran sangat berat, suara-suara harus mempunyai kekuatan 90 dB tau lebih agar dapat didengar.

Sedangkan Andreas Dwidjosumarto dalam Sutjihati Somantri (1996: 74) mengelompokkan tunarungu menjadi:

a) Tingkat I : kehilangan kemampuan mendengar 35 sampai 54 dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus.

b) Tingkat II : kehilangan kemampuan mendengar 55 sampai 69 dB, penderitanya kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus. Dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara, dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.

c) Tingkat III : kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB. d) Tingkat IV : kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.

Menurut Empu Driyanto Tofiq Boesoirre Tatangs dalam Edja Sadjaah dan Dardjo Sukarjo (1995 : 46-47) mengklasifikasikan anak tunarungu sebagai berikut :

a) Cacat dengar ringan (Mild Hearing Loss) yaitu derajat cacat dengan hitungan dalam dB antara 26dB–40dB.

b) Kelompok cacat dengar dengan derajat antara 41dB- 55 dB.

c) Cacat dengar sedang berat (moderate severe hearing loss),yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat antara 56 dB- 70 dB.

d) Cacat dengar berat (severe hearing loss), yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat anatara 71 dB–90 dB.

e) Cacat dengar terberat (profound hearing loss), yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat di atas 91 dB.


(27)

commit to user

Djoko S. Sindhusakti (1997:8), memberikan pengklasifikasian anak tuna rungu berdasarkan derajat ketulian yang dialami oleh anak adalah sebagai berikut :

Derajat ketulian Threshold rata frekuensi 500-2000 lebih

Normal -20 dB

Ringan 25-40 dB

Sedang 41-55 dB

Berat 56-70 dB

Sangat berat 71-90 dB

Total 90 dB ke atas.

2) Berdasarkan Letak Gangguan Pendengaran (Anatomi fisiologis)

Pengelompokan tunarungu berdasarkan anatomi fisiologi oleh Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 32) dikelompokkan menjadi: a) Tunarungu hantaran adalah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau

tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah

b) Tunarungu syaraf adalah tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam

c) Tunarungu campuran adalah kelainan pendengaran yang disebabkan kerusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran.

Senada dengan pendapat di atas, menurut Ronald L. Taylor, Lydia R. Smiley dan Stephen B. Richard (2009:256-257) dalam bukunya mengklasifikasikan tipe tunarungu sebagai berikut :

a) Sensorineural hearing loss : is caused by a problem directly related to

auditory nerve transmission; it is a problem associated with the inner ear or auditory nerve that may result in deafness.

b)A conductive hearing loss : is caused by a problem directly associated with

the transmission of sound weaves from the outer ear throught the middle ear that prevents at least some sound weaves from reaching the choclea in the middle ear.


(28)

commit to user

c) A mixed hearing loss : result when an individual experience both a

conductive loss and sensorineural loss.

Yang artinya kurang lebih adalah sebagai berikut :

a) Tunarungu syaraf : adalah yang disebabkan oleh kerusakan yang langsung berhubungan dengan syaraf penghantar suara, kerusakan ini berhubungan langsung dengan telinga dalam atau syaraf yang menyebabkan tuli.

b) Tunarungu hantaran : adalah kerusakan yang langsung berhubungan dengan susunan penghantar suara dari telinga luar ke telinga tengah yang menghalangi setidaknya beberapa susunan suara dari jangkauan koklea di telinga tengah.

c) Tunarungu campuran : sebagai akibat dari seseorang yang mengalami tunarungu hantaran dan syaraf.

Berdasar pengklasifikasian tunarungu ditinjau dari berbagai kepentingan di atas, maka dapat disimpulkan klasifikasi dan jenis tunarungu antara lain :

1) Ditinjau dari anatomi fisiologi meliputi : Tuna rungu syaraf, tuna rungu hantaran/ konduksi dan tuna rungu campuan.

2) Ditinjau dari tingkat ketulian meliputi : Tunarungu ringan, tunarungu sedang, tunarungu berat, tunarungu sangat berat atau tunarungu total(deaf).

c. Penyebab Ketunarunguan

Banyak informasi tentang sebab – sebab terjadinya kerusakan organ pendengaran yang nengakibatkan seseorang mengalami kelainan pendengaran (tunarungu). Banyak para ahli menyebutkan, kondisi ketunarunguan yang dialami anak, dihubungkan dengan kurun waktu terjadinya, yaitu sebelum (prenatal), saat anak lahir (neonatal), atau sesudah anak lahir (postnatal). Secara terinci berikut akan di jelaskan apa saja yang dapat menyebabkan ketunarunguan.

Moh Effendi (2006:64) menyatakan secara terinci determinan ketunarunguan yang terjadi sebelum, saat dan sesudah anak dilahirkan, yaitu:


(29)

commit to user

1) Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal) : Hereditas / keturunan, Maternal

rubella, Pemakaian antibiotika over dosis,Toxoemia

2) Ketunarunguan saat lahir (neonatal) : Lahir premature, Rhesus factors,Tang verlossing

3) Ketunarunguan setelah lahir (post natal ) : Penyakit meningitis cerebralis, Infeksi,Otitis media kronis.

Sementara itu Murni Winarsih mengelompokkan penyebab ketunarunguan sebagai berikut :

1) Faktor internal diri anak: faktor keturunan, penyakit campak Jerman (rubella), keracunan darah (Toxaminia)

2) Faktor eksternal diri anak : anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan,

meningitis(radang selaput otak),otitis media( radang telinga bagian tengah.)

Jamila K.A Muhammad (2008:57) mengungkapkan faktor-faktor penyebab masalah pendengaran ini bersumber dari berbagai faktor sebelum lahir, saat lahir dan setelah lahir sebagai berikut :

1) Sebelum masa kelahiran a) Penyakit turunan oleh gen b) Bukan penyakit turunan

(1) Sakit selama hamil seperti virus rubella, demam glandular, selesma. (2) Semasa hamil ibu mengidap penyakit karena pola makan kurang sehat. (3) Selama hamil ibu mengkonsumsi obat/ bahan kimia seperti kuanin,

streptomycin.

(4) Toksemiapada masa akhir kehamilan.

(5) Sering hamil. 2) Saat melahirkan

a) Masa melahirkan terlalu lama, sehingga menyebabkan tekanan yang kuat pada bagian telinga.

b) Lahir prematur


(30)

commit to user d) Penyakithemolisiskarena faktorRhesus

3) Setelah kelahiran

a) Anak mengidap penyakit karena bakteri dan virus seperti gondok dan campak.

b) Kecelakaan pada bagian telinga

c) Pengkonsumsi antibiotik seperti streptomycin d) Menangkap bunyi terlalu keras dalam waktu lama.

Dari beberapa pendapat mengenai penyebab ketunarungan diatas, dapat disimpulkan penyebab dari ketunarunguan adalah:

1) Sebelum kelahiran : Faktor keturunan, Trauma ibu pada saat mengandung, Kekurangan gizi pada saat ibu mengadung, Lingkungan sekitar yang kurang baik, Infeksi dan keracunan baik pada saat ibu masih mengandung dan sebagainya.

2) Saat kelahiran : Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, Lahir premature,Rhesus factors,Tang verlossing

3) Setelah kelahiran : Radang selaput otak (meningitis), Otitis media (radang pada bagian telinga tengah), Penyakit anak-anak dan luka-luka.

d. Karakteristik Anak Tunarungu

Jika dibandingkan dengan ketunaan yang lain ketunarunguan tidak tampak jelas, karena sepintas fisik mereka tidak mengalami kelainan. Tetapi sebagai dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Untuk memahami tentang anak tunarungu, berikut akan diuraikan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial.

Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 34-39) melihat karakterisik anak tunarungu dari beberapa segi:

1) Karakteristik dalam segi intelegensi

Anak tunarungu ada yang memiliki intelegensi tinggi, rata-rata dan rendah sama seperti halnya anak normal. Akan tetapi intelegensi mereka tidak mendapatkan


(31)

commit to user

kesempatan untuk berkembang, karena pendengaran mereka terganggu sehingga sedikit sekali informasi yang diperoleh anak tunarungu. Dengan demikian perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan anak normal lainnya.

2) Karakteristik bahasa dan bicara

Kemampuan bahasa dan bicara anak tunarungu jauh berbeda dengan kemampuan bahasa dan bicara anak normal. Hal itu disebabkan karena anak tunarungu tidak dapat mendengar bahasa, kemampuan bahasanya tidak akan berkembang jika tidak dididik dan dilatih secara khusus. Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Akibat ketidakmampuannya untuk mendengar dibanding dengan anak normal sebayanya, maka perkembangan bahasa anak tunarungu tertinggal jauh.

3) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial

Tunarungu menyebabkan seseorang terasing dari aturan sosial dan pergaulan dalam kehidupan masyarakat mereka, maka anak tunarungu mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian menuju kedewasaan. Hal tersebut menimbulkan efek negatif bagi anak tunarungu, seperti:

a) Egosentrisme melebihi anak normal

Karena anak tunarungu mengalami hambatan dalam pendengarannya maka mereka lebih menggunakan penglihatannya dalam pengamatan, maka anak tunarungu mempunyai sifat ingin tahu yang besar yang seolah-olah mereka selalu ingin melihat, hal itu dapat meningkatkan sifat egosentrisme mereka, bahkan mereka ingin memilikinya, dan bisa terjadi ia langsung merebutnya dari tangan orang lain.

b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang luas

Anak tunarungu sering merasa menguasai keadaan yang diakibatkan oleh pendengaran yang mengalami ganguan, maka ia sering merasa takut dan khawatir.


(32)

commit to user

Sikap ketergantungan anak tunarungu menunjukkan bahwa ia putus asa dan ingin mencari bantuan.

d) Perhatian sukar dialihkan

Keterbatasan bahasa menyebabkan keterbatasan berpikir seseorang, pikiran anak tunarungu terpaku pada hal yang konkrit, seluruh perhatiannya tertuju pad sesuatu dan sulit untuk melepaskannya karena ia tidak mempunyai kemampuan lain. Sehingga jalan pikiran anak tunarungu sulit untuk berpindah ke hal lain yang belum nyata.

e) Pada umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tidak banyak masalah

Kemiskinan dalam bahasa mengakibatkan anak tunarungu dengan mudah meyampaiakan perasaan dan apa yang ada dalam pikirannya tanpa memandang segi-segi yang akan menghalanginya.

f) Mudah marah dan mudah tersinggung

Anak tunarungu sering mengalami kesulitan dalam menyampaikan perasaan dan apa yang dipikirkan serta kesulitan memahami apa yang disampaikan orang lain, maka hal tersebut diwujudkan dengan kemarahan.

Sedangkan menurut Kurikulum Pendidikan Luar Biasa tentang pedoman bimbingan di sekolah Dep Dik Bud Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (1994 : 51 ) dalam Rossalia Emma Diatermina (2009:26) karakteristik anak tunarungu adalah sebagai berikut :

1) Dalam segi sosial

a) Gangguan dalam segi bicara dan bahasa b) Perbendaharaan bahasa terbatas

c) Konsep diri negatif yang dapat berakibat rendah diri d) Cenderung lebih suka berkelompok dengan tuanrungu e) Penyesuaian terhambat

f) Kepekaan dalam bidang musik dan irama terganggu 2) Dalam segi pendidikan

a) Gangguan bahasa, sehingga kesulitan mengikuti pendidikan b) Kurang peka terhadap informasi


(33)

commit to user

Dari pendapat –pendapat di atas tentang karakteristik anak tunarungu, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunarungu meliputi segi intelegensi, segi bahasa dan bicara, segi emosi, segi sosial dan segi pendidikan.

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, pada akhirnya selalu diketahui hasilnya. Begitu pula dengan kegiatan belajar. Hasil belajar yang ingin dicapai tersebut disebut dengan prestasi belajar. Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil jika dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.. Prestasi belajar ini merupakan bukti konkret mengenai kemampuan seorang siswa yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyerap atau mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi belajar biasanya menunjuk pada hasil belajar yang diwujudkan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan pendapat mereka mengenai prestasi belajar.

Prestasi belajar menurut Nina Nuroniah (2008: 15) bahwa “Prestasi belajar merupakan hasil dari perubahan tingkah laku pada kegiatan belajar siswa yang dinyatakan dengan angka.”. Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) “Prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi belajar di sini merupakan tingkat keberhasilan tertinggi yang telah dicapai”. Sementara itu, Nana Syaidah Sukmadinata (2003:103-104) berpendapat bahwa “Prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial yang dimiliki seseorang”. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun kemampuan motorik”.

Menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:30), “prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh seseorang dalam usahanya, dalam rangka mengaktualisasikan diri lewat belajar”. Sedangkan menurut Winkel (2004) dalam


(34)

commit to user

Indra Yunan Yunianto di www.indrayy.co.cc/2009/10/prestasi-belajar.com

“prestasi belajar sebagai bukti usaha yang dapat dicapai”.

Dalam blog yang berbeda di http://ridwan202.wordpress.com, Winkel

(1996:162) mengatakan bahwa, “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan

belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya

sesuai dengan bobot yang dicapainya”.

Dari beberapa pendapat pakar pendidikan mengenai pengertian prestasi belajar di atas , penulis menarik kesimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang diperoleh seorang siswa setelah melakukan kegiatan/ aktifitas belajar, sehingga memperoleh perubahan tingkah laku baik pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman yang dinyatakan dengan angka/ simbol sesuai dengan kemampuan yang dicapainya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam mencapai prestasi belajar, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terbentuknya prestasi belajar, sepanjang proses belajar itu berlangsung. S.Nasution (2005: 9-13) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain :

1) Faktor dari dalam diri siswa meliputi : a) Faktor fisiologis

Faktor ini berhubungan dengan fisik atau jasmani dari siswa. b) Faktor psikologis

Faktor ini berkaitan dengan kejiwaan siswa yang merupakan factor yang cukup kuat pengaruhnya terhadap proses belajar siswa. Faktor-faktor ini meliputi :

(1) Intelegensi (2) Motivasi belajar (3) Minat belajar


(35)

commit to user (4) Ambisi dalam belajar

(5) Ingatan

(6) Kepercayaan diri (7) Kedisiplinan diri (8) Bakat

2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu : a) Faktor lingkungan yang terdiri dari

Lingkungan alami, yaitu keadaan di lingkungan siswa yang sedang belajar b) Lingkungan sosial, yaitu seperti suasana rumah atau tempat tinggal

c) Faktor instrumental, yang terdiri dari : (1) Kurikulum

(2) Program pengajaran (3) Sarana dan prasarana (4) Guru atau pendidik

Sementara itu, menurut Kartini - Kartono dalam Nuur Annisa Pri Astuti (2003:6-7 ) menjelaskan prestasi belajar dipengaruhi oleh :

1) Faktor intern anak

a) Faktor kesehatan badan dan jasmani b) Faktor kesehatan dari jiwanya 2) Faktor ekstern anak

a) Faktor keadaan keluarga b) Faktor lingkungan masyarakat c) Faktor sarana dan alat

Menurut Nana Sudjana (2009:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi


(36)

commit to user

kegiatan tersebut adalah faktor psikologi, antara lain: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2) Faktor Eksternal ( dari luar individu yang belajar)

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu :

1) Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri meliputi fisik, psikis, IQ, bakat, minat, kreatifitas maupun motivasi.

2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang meliputi lingkungan (keluarga, sekolah) dan sarana prasarana.

c. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar mempunyai banyak fungsi. Salah satunya adalah sebagai bukti konkret mengenai kemampuan belajar yang dilakukan oleh seseorang. Selain itu, di bawah ini akan diuraikan mengenai fungsi prestasi belajar. Fungsi prestasi belajar yang dikemukakan oleh Zaenal Arifin (1990:3) antara lain :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak.

2) Prestasi belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik.

Senada dengan pendapat di atas, menurut Indra Yunan Yunianto dalam blognya di www.indrayy.co.cc/2009/10/prestasi-belajar.com


(37)

commit to user

2) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

3) Sebagai indikator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan

4) Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajarinya.

5) Sebagai salah satu faktor penentu kelanjutan studi

6) Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.

Berdasarkan dua pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai indikator dari kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak, indikator intern dan ekstern dari lembaga/ institusi pendidikan, indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajarinya, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, faktor penentu kelanjutan studi, serta lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.

3.Tinjauan Tentang IPA a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kata IPA merupakan singkatan dari kata “ Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata–

kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata – kata Bahasa Inggris“ Natural Science” yang secara singkat sering disebut“ Science”.Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau yang berkaitan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam).

Pembelajaran IPA memiliki tiga aspek yaitu Biologi, Fisika, dan Kimia yang dirangkum dalam satu mata pelajaran . IPA yang umumnya memiliki peran peting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan


(38)

commit to user

berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi.

Pengertian IPA dapat ditinjau dari istilah dan dari sisi dimensi IPA. Dari istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada dia alam, peristiwa dan gejala-gejala yang muncul di alam. Sedangkan dari dimensi IPA maka ilmu dapa diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat obyektif. Jadi dari sisi istilah menurut Hendro dan Kaligis (1993:3) IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat obyektif tentang alam sekitar beserta isinya.

Webster’s, New Collegiate Dictionary dalam Srini M.Iskandar (2001:2)

menyatakan “natural science is knowledge concerned with the physical world and

its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang

alam dan gejala gejalanya.

Carin (2009:1) dalam Anwar Kholil (http://anwar kholil.hakikatpembelajaran-ipa.htm) mendefinisikan science sebagai “The activity

of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden

order, yaitu suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan

penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.

Konsep Maskoeri Jasin (2003:36) menjelaskan “ Ilmu Pengetahuan Alam

atau Ilmu Alamiah (Natural Science), yang membahas tentang alam semesta

dengan semua isinya.”

IPA merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari di Sekolah Dasar. Menurut Widi Rahayu (2003:1-7) IPA memiliki beberapa definisi yaitu :

1) IPA adalah sekumpulan pengetahuan yang telah disusun

2) IPA adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi.


(39)

commit to user

3) IPA adalah suatu pengetahuan tentang fakta dan hukum-hukum yang didasarkan atas pengamatan dan disusun dalam suatu sistem yang teratur.

4) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang di dalam terlintas pada gejala alam.

Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas mengenai pengertian IPA, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta, konsep dan hukum tentang alam semesta dan peristiwa-peristiwa / gejala-gejala yang terjadi di alam berdasarkan pengamatan secara sistematis.

b. Tujuan Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang membahas manusia dan alam sekitar serta gejala-gejalanya. Melalui pengajaran IPA diperlukan banyak informasi tentang pengalaman manusia dari zaman dahulu sampai sekarang. Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains menurut Sumaji, Suhakso,dkk (1998:35) adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.

Mengacu pada Kurikulum KTSP SD/ MI 2009, mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.


(40)

commit to user

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Yager dalam Parwoto (2007:215) juga menemukan 4 tujuan pendidikan sains yaitu :

1) sains untuk mempertemukan kebutuhan personal 2) sains untuk pemecahan masalah-masalah sosial 3) sains untuk kesadaran karir, dan

4) sains untuk persiapan studi selanjutnya

Dari dua pendapat di atas, dapat di simpulkan tujuan dari pengajaran IPA di SD adalah agar siswa memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep– konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, untuk kesadaran karir, serta sebagai bekal persiapan studi berikutnya.

c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Sesuai dengan kurikulum 2004 mata pelajaran IPA di Sekolah Luar Biasa berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah atau Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB).

Izzatin Kamala (2008:1) dalam blognya di http://juhji.pengertian-pendidikan-IPA-perkembangannya.html. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(41)

commit to user

Dapat disimpulkan fungsi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan pemahaman tentang semesta alam.

d. Ruang Lingkup Pengajaran IPA(Sains)

Parwoto (2007:216) menjelaskan bahwa “pendidikan sains di sekolah sangat

baik untuk mengekspresikan perhatian siswa dengan memasukkan subject matter

ke dalam tiga bidang : 1) ilmu hayat (living science) yang meliputi biologi, ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan, ekologi. 2) ilmu eksakta (non living science) meliputi ilmu kimia dan ilmu fisika, dan 3) ilmu bumi (earth science)”.

Parwoto dalam bukunya juga mengemukakan topik– topik yang harus diprogramkan bagi siswa berkebutuhan khusus tingkat pendidikan dasar meliputi : 1) kesehatan dan keselamatan, 2) binatang, 3) iklim/ cuaca, 4) panca indera, 5) barang-barang yang ada di lingkungannya, 6) air, 7) barang-barang bergerak, 8) bumi yang kita injak, 9) planet dan 10) berbagai jenis makanan.”

Sementara itu Abdullah Aly dan Eny Rahma (1998:34-75) menyebutkan ruang lingkup pengajaran IPA adalah :

1) Alam Semesta dan Tata Surya a) Teori terbentuknya alam semesta

b) Teori terbentuknya galaksi dan tata surya c) Sistem tata surya

2) Bumi

a) Hipotesis kejadian bumi b) Susunan lapisan bumi

c) Atmosfer, Hidrosfer, dan Lithosfer d) Cuaca

3) Asal Mula Kehidupan di Bumi


(42)

commit to user b) Sejarah perkembangan makhluk hidup

c) Perbedaan makhluk hidup dengan benda mati d) Polusi atau pencemaran.

Tak berbeda jauh dengan pendapat di atas, menurut Kurikulum KTSP SD/ MI 2009 ruang lingkup kajian IPA di SD meliputi aspek-aspek berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan ruang lingkup pengajaran IPA di SD meliputi: Bumi dan alam semesta (termasuk tata surya), asal mula kehidupan di bumi (makhluk hidup dan proses kehidupannya), benda dan sifat-sifatnya, serta energi dan perubahannya.

e. Prinsip Pengajaran IPA di Sekolah Dasar

Mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tak dapat dipisahkan. Suatu pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. John S. Richardson dalam Hendro Darmodjo dan Kaligis (1992:12) menyarankan digunakannya tujuh prinsip dalam proses belajar mengajar agar pengajaran IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu adalah : (1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, (2) prinsip belajar berkesinambungan, (3) prinsip motivasi, (4) prinsip multi saluran, (5) prinsip penemuan, (6) prinsip totalitas, (7) prinsip perbedaan individual.

Srini M.Iskandar (2001:30) menyebutkan “salah satu tugas kita sebagai guru

IPA di Sekolah Dasar adalah menyediakan benda sebanyak-banyaknya yang dapat diotak-atik oleh anak-anak”.


(43)

commit to user

Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip pengajaran IPA di Sekolah Dasar yang harus ada adalah prinsip keterlibatan siswa secara aktif dan penyediaan media yang dapat membuat siswa aktif.

4. Tinjauan Tentang Media Interaktif a. Pengertian Media Interaktif

Hakekat proses belajar mengajar adalah komunikasi, yaitu penyampaian informasi dari sumber kepada penerima informasi dengan media tertentu. Komunikasi antara guru dan siswa tersebut dapat terjadi dengan adanya media pembelajaran tertentu. Kata media berasal dari bahasa latin ‘medius’ yang secara

harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berikut akan lebih dijelaskan mengenai media dalam pembelajaran.

Pengertian media menurut Robertus Angkowo dan A. Kosasih (2007:11)

adalah “segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan

dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada

diri siswa”.

Nasrul Rofiah Hidayati (2009: 25) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa “media di dalam pembelajaran merupakan suatu alat bantu dalam pengajaran yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan berbagai fungsi sebagai alat perangsang belajar.” Sedangkan menurut Oemar Malik dalam

Lilis Purwanti (2010:17) “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan ( bahan pembelajaran), sehinggga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si pebelajar dalam kegiatan


(44)

commit to user

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Newby dalam Dewi Salma

Prawiradilaga (2007: 64), “media pembelajaran adalah media yang dapat

menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang.

Interaktifitas bukanlah medium, interaktivitas adalah rancangan dibalik suatu program multimedia. Interaktifitas disini diterjemahkan sebagai tingkat interaksi dengan media pembelajaran yang digunakan, yakni multimedia(media interaktif). Karena kelebihan yang dirniliki multimedia, memungkinkan bagi siapapun untuk eksplore dengan memanfaatkan detail-detail di dalam multimedia dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Interaktifitas mengijinkan seseorang untuk mengakses berbagai macam bentuk media atau jalur di dalam suatu program multimedia sehingga program tersebut dapat lebih berarti dan lebih memberikan kepuasan bagi pengguna.

Sementara itu, media interaktif menurut Sri Anitah (2008 : 64) adalah

”media yang meminta pebelajar mempraktekkan ketrampilan dan menerima

balikan”. Media interaktif berbentuk media ganda (teks, audio, grafis, gambar

diam dan gambar hidup) yang dikombinasikan dalam satu sistem sehingga mudah digunakan. Media interaktif berbasis komputer menciptakan lingkungan belajar multimedia dengan ciri-ciri baik video maupun pembelajaran berbasis komputer. Ini merupakan suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video, yang disajikan dengan kontrol dari komputer sehingga pebelajar tidak hanya melihat dan mendengar gambar,melainkan dapat memberikan respon aktif. Selain itu, Daryanto (2010:51) dalam bukunya juga menjelaskan pengertian

“multimedia interaktif [media interaktif] adalah suatu multimedia yang dilengkapi

dengan alat pengontrol yang dapat di operasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya”.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pengertian media interaktif adalah segala alat bantu dalam pembelajaran untuk menyalurkan informasi yang diperlukan dalam belajar serta dapat merangsang keaktifan


(45)

commit to user

pebelajar yang berbentuk media ganda seperti teks, audio, grafis, gambar diam dan gambar hidup (animasi).

b. Kelebihan Media Interaktif

Media berbasis komputer interaktif ini mempunyai beberapa kelebihan, menurut Sri Anitah (2008:65) kelebihan media interaktif adalah :

1) Berbentuk media ganda seperti teks, audio, grafis, gambar diam, dan gambar hidup yang dikombinasikan menjadi satu.

2) Partisipasi pebelajar. Unsur “R” dalam model ASSURE dicapai dengan

interaksi melalui materi video, karena memerlukan kegiatan pebelajar.

3) Individualisasi. Individualisasi dimungkinkan karena program bercabang memungkinkan pebelajar menempuh remidi seperti halnya pengayaan.

4) Fleksibilitas, yaitu pebelajar boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari menu, memilih bidang mana yang menarik, yang dapat memberikan jawaban secara logis atau mengajukan tantangan yang besar.

5) Simulasi. Video interaktif dapat digunakan untuk pengalaman simulasi dalam beberapa bidang khususnya keterampilan interpersonal.

Serasi dengan kelebihan yang disebutkan di atas, Sharon E. Smaldino dan James D. Russel (2005:148) dalam bukunya menyebutkan manfaat dari media interaktif adalah :

Advantages ( of interactive media ) :

1) Multiple media. Text, audio, graphics, still pictures and motion pictures can all

be combined in one easy-to-use system.

2) Learner participation. The R or the ASSURE model is achieved with

interactive video materials because they required that learners engage in activities. These materials helps to maintain students attentions, and they allow greater participation than does video viewing alone.

3) Individualization, is provided for because branching allows instruction on


(46)

commit to user

4) Flexibility. The learner may choose what to study from the menu, selecting

those areas that seem interesting, that seem most logically to answer a question, or that present the greatest challenge.

5) Simulations. Interactive media may be used to provide simulation experiences.

Apabila diterjemahkan secara bebas, artinya adalah sebagai berikut : Manfaat ( media interaktif ) :

1) Berbentuk media ganda. Teks, audio, grafis, gambar diam, dan gambar hidup yang dikombinasikan menjadi satu sistem.

2) Partisipasi pebelajar. Unsur “R” dalam model ASSURE dicapai dengan materi

video interaktif, karena memerlukan kegiatan pebelajar. Materi ini membantu meningkatkan perhatian siswa, dan memungkinkan partisipasi yang lebih daripada video satu arah.

3) Individualisasi. Individualisasi dimungkinkan karena program bercabang memungkinkan pebelajar menempuh remidi seperti halnya pengayaan.

4) Fleksibilitas, yaitu pebelajar boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari menu, memilih bidang mana yang menarik, yang dapat memberikan jawaban secara logis atau mengajukan tantangan yang besar.

5) Simulasi. media interaktif dapat digunakan untuk pengalaman simulasi.

Dari dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan dari media interaktif adalah :

1) Media interaktif berbentuk media ganda teks, audio, grafik, gambar diam dan gambar hidup.

2) Melibatkan partisipasi aktif pebelajar. 3) Bersifat individual dan fleksibel.

4) Dapat digunakan sebagai pengalaman simulasi.

c. Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat digolongkan menjadi berbagai jenis. Penggolongan atau pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mengenal


(47)

commit to user

karakteristik yang dimiliki oleh masing – masing media. Seseorang bertujuan untuk menggolongkan sejumlah media yang tersedia untuk memberikan contoh mengenai sudut pandang seseorang. Karena karakteristik suatu media akan berbeda bila tujuan penggolongannya juga berbeda. Uraian di bawah ini akan menjelaskan jenis–jenis media dilihat dari berbagai sudut pandang.

Media pengajaran untuk tujuan praktis menurut Basuki Wibowo dan Farida Mukti (2001:37) yaitu antara lain :

1) Media Audio : audio dan audio semi gerak 2) Media Visual : visual diam dan visual gerak

3) Media Audio Visual : audio visual diam dan audio visual gerak

4) Media Serba Aneka : boards dan displays, tiga dimensi, teknik dramatisasi, sumber masyarakat, komputer dan simulator.

Menurut Heinich, Molenda, dan Russel dalam Robertus Angkowo dan A.Kosasih (2007:12) menyatakan “jenis media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran antara lain : media non proyeksi, media proyeksi, media audio, media gerak, media komputer, komputer multi media [media interaktif animasi 3 dimensi], hipermedia, dan media jarak jauh”.

Azhar Arsyad (2005:65) dalam bukunya menyebutkan jenis media antara lain :

1) Media audio

Media audioberfungsi menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan. Jenis dari media audio yaitu radio, piringan audio, tape recorder, phonograph, telepon, laboratorium bahasa,public address systemdan rekaman tulisan jauh. 2) Media visual

Media visual dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Media visual diam antara lain : foto, ilustrasi,flash card, gambar pilihan dan potongan gambar, film rangkai, transparansi, proyektor dan tachitoscopes


(48)

commit to user

b) Media visual gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu.

3) Media audio visual

Media ini menjadi lebih efektif penggunaannya bila dibandigkan dengan media pesan visual saja. Kemampuannya akan meningkat lagi bila media pesan visual ini dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media yang terakhir ini tidak saja dapat menyampaikan pesan-pesan yang rumit, tapi juga realistis. Salah satu contoh media audio visual adalah film.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan jenis-jenis media pembelajaran antara lain :

1) Media audio (audio dan audio semi gerak) 2) Media visual (visual diam dan visual gerak)

3) Media audio visual (audio visual diam dan audio visual gerak)

4) Multimedia interaktif ( komputer, media interaktif, hypermedia, media jarak jauh)

d. Fungsi Media Pembelajaran

Sebuah media akan mempunyai fungsi dan manfaat apabila digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Fungsi media menurut R. Angkowo dan A. Kosasih (2007:27) dalam proses pembelajaran adalah :

1) Sebagai alat bantu pembelajaran yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain oleh guru.

2) Media dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu bersifat verbal (dalam bentuk kata tertulis dan kata lisan belaka).

3) Memanfaatkan media secara tepat dan bervariasi akan dapat mengurangi sikap pasif siswa.

4) Media berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya.


(49)

commit to user

5) Media dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas pengetahuan, serta memberikan fleksibilitas dalam pencapaian pesan.

6) Media mampu membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

7) Membangkitkan motivasi dan ransangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

8) Media berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah dan sebagai sarana pengembangan diri.

Sementara menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:14-15) peran dan fungsi media yaitu antara lain :

1) Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.

2) Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.

3) Dapat memberikan penjelasan di kelas untuk sebuah objek yang sangat besar yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas.

4) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan diagram atau model. 5) Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.

Daryanto (2010 : 9) menyebutkan fungsi media dilihat dari kelebihan media, yaitu :

1) Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian.

2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam peubahan (manipulasi) sesuai keperluaan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta diulang-ulang penyajiannya.

3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak.

Fungsi media sangat banyak, dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan fungsi penggunaan media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:


(50)

commit to user

1) Sebagai alat bantu pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain oleh guru

2) Media dapat mengurangi sikap pasif siswa dan membangkitkan motivasi dan minat baru siswa serta dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

3) Media dapat menampilkan kembali suatu objek atau kejadian sesuai keperluan. 4) Dapat memberikan penjelasan di kelas untuk sebuah objek yang sangat besar,

sangat kecil dan kompleks yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas.

e. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 4-5) manfaat media pembelajaran sebagai alat batu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga memungkinkan pebelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pebelajar tidak bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

4) Pebelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mengdengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktifitas lain yang dilakukan, seperti : mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Selain itu Sudjana dan Rivai dalam dalam Azhar Arsyad (2005:24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.


(1)

commit to user Tabel 11. Kesimpulan Hasil Penelitian

Hipotesis Asymp.Sig. (2-tailed)

Taraf signifikansi()

Kesimpulan

Hipotesis nihil :

Tidak ada pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB–B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Hipotesis alternatif :

Ada pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB–B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

0.014 0.05 Hipotesis nihil

ditolak

Hipotesis alternatif diterima.

Berdasarkan hasil analisis data di atas maka Ha yang berbunyi ada pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB–B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Dari analisis deskriptif dapat diketahui nilai mean rata-rata sebelum perlakuan atau pretest (19,71) meningkat menjadi (23) sesudah pemberian perlakuan atau posttest, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media interaktif animasi 3 dimensi berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB–B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.


(2)

commit to user

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dari penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan pendengaran. Dampak dari ketunarunguannya, mereka kehilangan salah satu media yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Bicara dan bahasa merupakan media utama untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Dan tidak kalah pentingnya bahwa bahasa merupakan alat untuk berfikir terutama daya berfikirnya secara abstrak serta merupakan kunci untuk mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan alam.

Anak tunarungu yang tidak disertai kecacatan lain mempunyai potensi intelektual yang tidak jauh beda dengan anak normal pada umumnya secara kuantitatif. Akan tetapi secara kualitatif mungkin ada perbedaan pada mereka jika dibandingkan dengan anak mendengar. Perbedaan tersebut terletak pada daya ingatan dan daya abstraksinya. Perbedaan inipun dibatasi dengan daya ingatan yang bersifat auditif. Untuk perbedaan pada daya abstraksi terjadi pada beberapa hal yang terkait dengan terbatasnya kemampuan berbahasa mereka. Perbedaan pada daya ingatan dan daya abstraksi pada anak tunarungu ini dapat diatasi dengan menyediakan materi yang bersifat visual dan lebih konkrit. Seperti yang diungkapkan oleh H.Furth dalam

Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 13) “ anak tunarungu dapat

mengerjakan tugas yang bersifat intelektual seperti menggolongkan objek/ gambar,

juga dapat mengingat suatu seri (jika diberikan secara visual)”.

Pembelajaran IPA pada materi sistem tata surya membutuhkan daya pikir, daya ingat dan daya abstraksi yang baik. Dalam kondisi pembelajaran yang monoton dan bersifat verbal, untuk anak tunarungu jika sudah merasa bosan dan kurang semangat maka dapat menghambat proses penerimaan materi IPA. Oleh sebab itu, perlu adanya perubahan yang kreatif dalam proses pembelajaran IPA, salah satunya menggunakan media interaktif animasi 3 dimensi dengan tujuan agar lebih menarik


(3)

commit to user

perhatian dan menimbulkan motivasi siswa sehingga prestasi belajar IPA mereka meningkat.

Melalui media yang bersifat visual dan interaktif, daya ingat dan daya abstraksi anak tunarungu tidak akan menjadi penghambat pada prestasi belajarnya. Media interaktif animasi 3 dimensi memberikan suasana pembelajaran yang variatif yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajar IPA karena media ini dapat memunculkan lambang verbal, visual, gerak bahkan suara secara bersamaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Anitah (2008 : 64), bahwa “media interaktif berbentuk media ganda (teks, audio, grafis, gambar diam dan gambar hidup) yang dikombinasikan dalam satu sistem sehingga mudah digunakan”. Media interaktif berbasis komputer menciptakan lingkungan belajar multimedia dengan ciri-ciri baik video maupun pembelajaran berbasis komputer. Ini merupakan suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video, yang disajikan dengan kontrol dari komputer sehingga pebelajar tidak hanya melihat dan mendengar gambar, melainkan dapat memberikan respon aktif.

Peneliti menerapkan media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunarungu dengan cara memvisualisasikan dan mengkonkritkan materi IPA tentang sistem tata surya agar siswa lebih efektif menangkap materi dan bertujuan agar siswa bersemangat dan tidak jenuh dengan pelajaran IPA di kelas. Sesuai dengan karakteristik siswa tunarungu yang rendah dalam penerimaan materi secara verbal dan abstrak. Media yang digunakan ini merupakan kreatifitas media yang dapat mempengaruhi prestasi belajar IPA siswa tunarungu. Dengan langkah – langkah penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi dapat memunculkan semangat dan motivasi siswa tunarungu, sehingga memberikan pengaruh positif pada prestasi belajar IPA mereka. Terbukti dari hasil posttest yang banyak mengalami peningkatan dibandingkan dengan penurunan.

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data penelitian menunjukkan adanya perbedaan prestasi belajar IPA siswa kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta


(4)

commit to user

tahun ajaran 2010 / 2011 dalam proses pembelajarannya antara sesudah dan sebelum penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi. Prestasi belajar IPA lebih baik daripada sebelum diberikan perlakuan (treatment). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mean dari setelah diberikan perlakuan (posttest), prestasi belajar yang diperoleh sebesar 23. Sedangkan mean dari sebelum diberi perlakuan (pretest) prestasi belajar yang diperoleh sebesar 19,71.

Dari hasil analisis data yang diperoleh terlihat bahwa penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran ini berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011. Media interaktif animasi 3 dimensi ini berpengaruh dalam proses belajar siswa karena pada media yang peneliti gunakan termasuk salah satu media yang efektif yang dapat menampilkan gambar bergerak untuk menarik perhatian siswa sehingga konsentrasi siswa dapat terfokus pada pembelajaran IPA yang ditampilkan oleh media ini. Melalui media interaktif animasi 3 dimensi, diharapkan proses belajar dalam pembelajaran IPA dapat berjalan sesuai dengn tujuan yang diharapkan.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan

hasil penelitian, diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari pada taraf signifikansi maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.

B. Implikasi Penelitian

Penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA pada siswa tunarungu, maka implikasi dari hasil penelitian sebagai berikut :

Media interaktif animasi 3 dimensi merupakan sebuah media yang dirancang dalam bentuk penyajian materi secara visual dan interaktif pada proses pembelajaran IPA yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa tunarungu khususnya dalam sub bahasan sistem tata surya. Media interaktif animasi 3 dimensi adalah sebuah media yang menyenangkan untuk diberikan kepada anak-anak usia Sekolah Dasar. Diharapkan dengan adanya media interaktif animasi 3 dimensi dapat membantu kemampuan berfikir siswa tunarungu dalam memahami materi IPA secara konkrit.

Selain itu sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh positif media interaktif animasi 3 dimensi terhadap prestasi belajar IPA, maka secara praktis media ini dapat digunakan sebagai media alternatif bagi guru dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa tunarungu.


(6)

commit to user

C. Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian dan kenyataan di lapangan, maka penulis memberikan saran–saran sebagai berikut:

1. Saran Kepada Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya dapat mensosialisasikan media interaktif animasi 3 dimensi kepada guru-guru di SLB-B YRTRW sebagai salah satu media yang dapat menunjang proses pembelajaran IPA di dalam kelas. Sehingga, semua guru dapat menciptakan suasana kelas yang aktif dan menyenangkan dengan menggunakan media interaktif animasi 3 dimensi.

2. Saran Kepada Guru

a. Guru dapat mengembangkan sendiri penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa tunarungu.

b. Untuk lebih mengefektifkan pembelajaran IPA sesuai dengan karakteristik siswa tunarungu, guru hendaknya senantiasa berupaya mengoptimalkan kemampuan berfikir siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, seperti mengoptimalkan keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media interaktif animasi 3 dimensi.

3. Saran Kepada Siswa

a. Bagi siswa hendaknya mengoptimalkan penggunaan media interaktif animasi 3 dimensi untuk meningkatkan prestasi belajar IPA.

b. Dan hendaknya siswa dapat berinteraksi dengan baik ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan menggunakan media interaktif animasi 3 dimensi, baik interaksi dengan media tersebut maupun interaksi dengan guru.

4. Saran Bagi Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan perbandingan untuk menciptakan media yang lebih efektif bagi siswa tunarungu untuk mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan yang lainnya.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS II SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 3 141

PENGARUH MEDIA ‘MAHIR MATH SD 05’ TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNARUNGU KELAS D5 SLB­B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009

0 4 62

PENGGUNAAN DVD DUNIA HEWAN DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS DII B SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 1 92

PENGARUH PENGGUNAAN KOMPUTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

1 3 74

Efektifitas Model Pembelajaran Concept Sentence dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPS pada Siswa Tunarungu Kelas VIIB di SLB B YRTRW Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 1 18

pengaruh model pembelajaran word square terhadap prestasi belajar IPA siswa tunarungu kelas IX di SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 0 17

PENGARUH PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISWA TUNARUNGU KELAS V SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA TUNARUNGU KELAS V-B SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNA RUNGU KELAS V DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 19

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNARUNGU KELAS I SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18