Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

commit to user 68 Karyawan dan Organizational Citizenship Behavior OCB Studi Pada Pegawai DPPKA Kota Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalah tersebut, maka rumusan masalah yang diajukkan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja dan OCB? 2. Apakah Leader-Member Exchange berpengaruh positif pada kinerja dan OCB? 3. Apakah Leader-Member Exchange memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja dan OCB? 4. Apakah OCB berpengaruh positif pada kinerja?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang diajukkan di atas, maka tujuan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja dan OCB. 2. Untuk menguji pengaruh Leader-Member Exchange pada kinerja dan OCB. 3. Untuk menguji peran mediasi Leader-Member Exchange dalam pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja dan OCB. commit to user 69 4. Untuk menguji pengaruh OCB pada kinerja.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi

Sebagai sumber masukan atau informasi tambahan bagi DPPKA Kota Surakarta dalam rangka menjalankan aktivitas organisasi berkaitan dengan LMX, kepemimpinan transformasional, kinerja dan OCB.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai salah satu sumber informasi untuk pengembangan penelitian- penelitian berikutnya yang berkaitan dengan LMX, kepemimpinan transformasional, kinerja dan OCB. 3. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk melatih kemampuan analitis penulis melalui penerapan teori yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, terutama dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia mengenai LMX, kepemimpinan transformasional, kinerja dan OCB. commit to user 70

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Leader-Member Exchange LMX Graen dalam Vibriwati 2005 mendefinisikan LMX sebagai kualitas hubungan pertukaran interpersonal antara pekerja dan supervisornya. Dasar pemikiran teori LMX adalah bahwa di dalam unit kerja, supervisor mengembangkan tipe hubungan yang berbeda dengan bawahannya Erdogan et al., dalam Vibriwati, 2005. Konsekuensinya, atasan dengan sepuluh bawahan akan memiliki sepuluh hubungan LMX yang berbeda Bauer dan Green, dalam Vibriwati 2005. Kualitas hubungan menentukan jumlah usaha fisik maupun mental, sumber daya material, informasi dan dukungan sosial yang dipertukarkan antara supervisor dan bawahannya Erdogen et al., dalam Vibriwati 2005. Hubungan akan berkembang di dalam pertukaran kualitas tinggi yang diwujudkan dengan tingkat saling percaya dan hormat yang tinggi, dan kualitas rendah didasarkan pada kontrak kerja formal. Dansereau et al. dalam Scandura, dalam Vibriwati, 2005 mempresentasikan sebuah model deskriptif bagaimana kelompok kerja dibedakan menjadi in-group dan out-group didasarkan pada kualitas hubungan pemimpin-anggota yang muncul antara supervisor dan anggotanya di dalam kelompok kerja Anggota in-group dikarakteristikkan oleh kepercayaan, interaksi, dukungan dan reward commit to user 71 formalinformal yang tinggi. Anggota out-group dikarakteristikkan oleh kepercayaan, interaksi, dukungan dan reward formalinformal yang rendah Dienesch dan Liden dalam Vibriwati, 2005. Hubungan LMX kualitas tinggi in-group merupakan bukti keberhasilan pengembangan kepercayaan yang terus menerus antara pemimpin dan anggota. Kualitas LMX yang dibangun tersebut akan mempengaruhi persepsi anggota pada keadilan di dalam organisasi. Anggota in-group memandang tempat kerja lebih adil daripada anggota out-group. Teori LMX mengkonseptualisasikan kepemimpinan sebagai sebuah proses yang dipusatkan pada interaksi antara pemimpin dan anggotanya. Yukl dalam Vibriwati 2005 menyatakan bahwa LMX menggambarkan bagaimana seorang pemimpin dan anggota secara individual mengembangkan sebuah hubungan seperti mereka saling mempengaruhi dan merundingkan peran bawahan dalam organisasi. Ketika hubungan berkembang, ruang gerak yang diberikan supervisor pada bawahan akan meningkat. Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan adalah sebuah arus antar hubungan yang berkembang yang padanya para pemimpin secara terus menerus membangkitkan tanggapan-tanggapan motivasional dari para pengikut dan memodifikasi perilaku mereka pada saat mereka menghadapi tanggapan atau perlawanan dalam sebuah proses arus dan arus balik yang tidak pernah berhenti Burns dalam Yukl, 1994:297. commit to user 72 Konsep kepemimpinan transformasional menurut Yukl 1994:297 didefinisikan sebagai pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan dan yang memiliki karisma. Kepemimpinan yang mentransformasi dapat dipandang baik sebagai sebuah proses mempengaruhi pada tingkat mikro antara para individu dan sebagai sebuah proses pada tingkat makro dalam memobilisasi kekuasaan untuk mengubah sistem sosial dan memperbaiki lembaga-lembaga. Arti seorang pemimpin yang mempunyai perilaku kepemimpinan transformasional adalah seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan organisasinya melalui keberhasilan dalam mentransformasikan karyawan untuk menjadi seorang individu yang baik, menjadi kelompok atau sebuah tim yang kompak dalam ruang lingkup organisasi dan kehidupan sosial yang saling menghargai, termasuk menghargai kemampuan dan ketrampilan karyawan serta mendukung mereka untuk selalu berinovasi dan berpikir kreatif Maxon, 2005. Keberadaan seorang pemimpin transformasional mempunyai arti yang sangat penting dalam suatu organisasi. Eksistensi dari pemimpin tersebut juga berperan sebagai seorang yang membangun sebuah kepercayaan dari karyawan kepada manajemen. Bass dalam Yukl, 1994:298 menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional tidak hanya merupakan pertukaran imbalan-imbalan untuk mendapatkan kepatuhan contingent reward, active management by exception, passive management by exception tetapi lebih kepada ikatan emosi antara pemimpin dan pengikut, para pemimpin commit to user 73 transformasional dapat mentransformasi pengikut dengan bertindak sebagai seorang guru atau mentor. Prinsip-prinsip dasar dalam kepemimpinan transformasional yang akan menciptakan sebuah ikatan emosional dari pemimpin dan pengikut menurut Bass dalam Muchairi et al., 2002 dibagi menjadi empat prinsip dasar. Adapun keempat prisip tersebut adalah : 1. Karisma Idealized Influence Seorang pemimpin transformasional mendapatkan karisma dari penilaian pengikut, pemimpin yang berkarisma akan mempunyai banyak pengaruh dan dapat menggerakkan bawahannya. Seorang pemimpin yang dipandang memiliki karisma oleh pengikutnya adalah pemimpin yang mampu mengambil keputusan yang tepat dalam kondisi yang sulit serta mampu mempertanggungjawabkan segala akibat yang mungkin akan terjadi, mampu menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pengikutnya untuk tidak disalahgunakan sehingga tercipta loyalitas kepada pemimpin untuk kemudian bersama-sama meraih tujuan organisasi. 2. Menginspirasikan motivasi In inspirational motivation Pemimpin yang inspirasional dapat mendeskripsikan tujuan bersama dan mampu menentukan mengenai apa yang dirasa penting serta apa yang dirasa benar tanpa menghalalkan segala cara, tetap berjalan di koridor yang beretika dan dalam pencapaian tujuan bersama, pemimpin menggunakan strategi yang dapat dibenarkan secara moral. Contoh tindakan pemimpin yang menginspirasikan motivasi diantaranya adalah commit to user 74 selalu berkata optimis dalam menghadapi masalah, memberikan tantangan kepada pengikut dengan menerapkan standar yang tinggi. 3. Menstimulasi Pengetahuan In intellectual stimulation Pemimpin transformasional dituntut untuk membuat pengikutnya memandang dan menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dengan perspektif dan metode-metode baru. Pemimpin berusaha untuk mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada untuk menciptakan suatu kondisi yang kondusif serta proporsional agar pengikutnya mampu mengembangkan daya kreatifitas serta mampu melakukan inovasi dalam setiap penyelesaian masalah yang ada sehingga pemimpin dituntut untuk berbagi wewenang agar tercipta situasi yang diinginkan bagi tercapainya tujuan bersama. 4. Mempertimbangkan individu In individu consideration Seorang pemimpin harus mampu memperlakukan karyawannya secara spesifik individu yang satu berbeda dengan yang lain tetapi juga adil dalam memfasilitasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya pemimpin harus melakukan pendekatan dan jaringan komunikasi interpersonal dengan bawahannya untuk dapat mengerti apa keinginan ataupun masalah yang dihadapi oleh masing-masing bawahan sehingga pemimpin tersebut mampu mengaplikasikan solusi yang berbeda bagi tiap bawahannya dengan menggunakan fasilitas yang sesuai dengan ide ataupun masalah dari bawahannya tersebut. commit to user 75 Perilaku kepemimpinan transformasional memungkinkan bagi seorang pemimpin untuk menciptakan visi dan lingkungan yang dapat memotivasi bawahannya agar mampu berprestasi di atas standar minimum yang ditetapkan oleh organisasi. Pada dasarnya inti dari kepemimpinan transformasional adalah berbagi wewenang dengan bawahan untuk memberdayakan mereka agar bekerja secara efektif dengan cara membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru, pengembangan kemampuan, ketrampilan, rasa percaya diri serta melembagakan perubahan-perubahan organisasi. Bahkan ada beberapa perilaku dasar yang berkaitan dengan perilaku kepemimpinan transformasional. Perilaku dasar yang berkaitan dengan perilaku kepemimpinan transformasional tersebut menurut Podsakoff et al 1990 adalah: a. Mengidentifikasi dan mengartikulasikan visi Perilaku atau tindakan yang menjadi bagian dari seorang pemimpin yang bertujuan untuk melakukan identifikasi peluang-peluang baru bagi divisi suatu organisasi atau organisasi itu sendiri yang bertujuan untuk mengembangkan, menyampaikan dan menginspirasi visi tentang masa depannya kepada orang lain. b. Memberikan sebuah model yang tepat Perilaku yang menjadi bagian dari pemimpin di dalam memberikan sebuah contoh kepada bawahannya untuk bisa bekerja secara konsisten sesuai dengan nilai-nilai yang diberikan oleh pemimpin tersebut. commit to user 76 c. Mendukung tujuan-tujuan kelompok Perilaku yang menjadi bagian dari pemimpin yang mendorong kerjasama di antara bawahannya dan membuat mereka bekerja sama secara kelompok untuk meraih sebuah tujuan. d. Harapan terhadap tingkat kinerja yang tinggi Perilaku yang menunjukkan harapan pemimpin terhadap kinerja bawahannya yang unggul, berkualitas serta mempunyai tingkat kinerja yang tinggi. e. Memberikan dukungan pribadi Perilaku atau tindakan yang menjadi bagian dari pemimpin yang mengindikasikan bahwa dia menghormati para bawahannya, dan hal ini berkaitan dengan perasaan dan kebutuhan pribadi mereka. f. Dorongan intelektual Perilaku yang menjadi bagian dari pemimpin dengan memberikan tantangan bagi bawahannya untuk bisa mengkaji ulang beberapa asumsi mereka tentang pekerjaan mereka, dan berpikir kembali bagaimana hal tersebut bisa dikerjakan kembali dengan lebih baik. Seorang pemimpin yang berperilaku transformasional memiliki beberapa kompentensi utama yang membedakan peran mereka dengan pemimpin yang lain. Kompentensi yang dimiliki ini dapat berfungsi sebagai tolok ukur kemampuan seorang pemimpin dalam organisasi untuk mengubah setiap komponen dalam organisasi tersebut agar berperan sesuai dengan commit to user 77 kapasitas masing-masing untuk mendukung eksistensi organisasi serta mampu mengubah setiap individu untuk mempunyai kehidupan sosial yang lebih baik terhadap lingkungan internal organisasi. Maxon 2005 mengemukakan bahwa kompetensi tersebut adalah : a. Visionari Kemampuan untuk menciptakan atau memimpin dalam proses kreativitas, artikulasi visi yang jelas dan kemampuan untuk merumuskan strategi yang realistis serta memiliki kredibilitas tetapi strategi tersebut mampu memberikan ruang bagi karyawan untuk selalu berkompetisi sehingga tercipta suatu rivalitas yang sehat. b. Inspirasional Kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar selalu fokus terhadap visi dan misi organisasi. c. Kredibilitas Seorang pemimpin harus terlihat kompeten seorang yang ahli di bidangnya, efisien, efektif dan memiliki reputasi yang baik dalam organisasi yang dipimpinnya. d. Kerjasama Membantu dalam kerja tim, mendukung bawahan serta mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dengan anggota. commit to user 78 e. Kemampuan untuk memimpin Tindakan atau perilakunya menjadi teladan untuk karyawannya, mampu belajar dari kesalahan yang dibuatnya serta mampu menumbuhkan semangat bagi bawahan. f. Memberi pengakuan ruang kreativitas bagi bawahan Pemimpin harus mengakui atau menghargai setiap kontribusi dari individu ataupun kelompok bagi kemajuan organisasi. Pemimpin transformasional memberikan penghargaan secara alami, mereka merayakan kesuksesan tetapi juga mengakui ketika mengalami kegagalan dan bagi mereka dalam mengalami kegagalan mereka lebih baik belajar dari kegagalan tersebut dari pada saling menyalahkan. g. Kejujuran Seorang pemimpin berperan sebagai simbol kejujuran bagi karyawan dan pemegang saham. Seorang pemimpin juga diharuskan mampu mengarahkan organisasi dalam era kejujuran dan keterbukaan. Pertimbangan utama dalam hal ini adalah kepercayaan karyawan untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi dan mereka percaya bahwa tindakan tersebut tidak akan sia-sia karena mereka memiliki seorang pemimpin yang mempunyai integritas. h. Perubahan manajemen Kemampuan ini meliputi pemahaman seorang pemimpin tentang akibat dari perubahan manajemen terhadap karyawan dan seorang pemimpin commit to user 79 diharuskan mengetahui bagaimana cara untuk menolong mereka untuk melewati masa transisi karena perubahan tersebut. i. Kemampuan berfikir dan pengalaman yang dimiliki Mempunyai kemampuan berfikir yang revolusioner, tidak berfikir pragmatif dan konvensional serta memiliki pengalaman, kemampuan dalam memimpin sebuah organisasi. Kinerja Karyawan

a. Definisi Kinerja

Kinerja perusahaan erat kaitannya dengan kinerja karyawan. Jika kinerja karyawan baik tentunya akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang telah dicapai setiap karyawan. Sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perusahaan. Kinerja Mathis dan Jackson, 2002 pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain : kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif. Menurut Simamora 1998:327 kinerja karyawan adalah tingkatan dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Relevansi menyiratkan bahwa terdapat : commit to user 80 1 Kaitan yang jelas antara standar kinerja untuk suatu pekerjaan tertentu dan tujuan organisasi. 2 Kaitan yang jelas antara elemen-elemen kerja yang kritis yang didefinisikan melalui suatu analisis pekerjaan dan dimensi-dimensi yang akan dinilai pada formulir penilaian kinerja. Menurut Robbins 2002:101 kinerja merupakan sejumlah faktor struktural menunjukkan suatu hubungan ke kinerja, diantara faktor yang menonjol adalah peran, norma akuitas status, ukuran kelompok, suasana demografinya, tugas kelompok dan kekohesifan. Ada suatu hubungan positif antara persepsi peran dan evaluasi kinerja seorang karyawan. Derajat kesinambungan yang ada antara seorang karyawan dan atasannya dalam persepsi mengenai pekerjaan itu mempengaruhi derajat sejauh mana karyawan itu akan dinilai sebagai pekerja yang efektif oleh atasannya. Sejauh persepsi peran karyawan itu memenuhi pengharapan peran sang atasan, karyawan itu akan menerima evaluasi kinerja yang tinggi. Berdasarkan beberapa definisi kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi.

b. Pengukuran kinerja

Gibson 1996, standar ukuran kinerja antara lain : 1 Kualitas hasil pekerjaan, meliputi : ketepatan waktu, ketelitian kerja, dan kerapian kerja. commit to user 81 2 Kuantitas hasil pekerjaan, meliputi : jumlah pekerjaan dan jumlah waktu yang dibutuhkan. 3 pengertian terhadap pekerjaan, meliputi : pemahaman terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja. 4 Inisiatif, meliputi : penyesuaian diri dan komunikasi. 5 Kerja sama, meliputi : kemampuan bekerjasama.

c. Penilaian kinerja

Ukuran kinerja bervariasi tergantung pada kinerja siapa yang akan diukur, apakah kinerja pribadi, kelompok, kinerja unit atau kinerja organisasi. Dessler 2003:2 mengungkapkan ada dua alasan untuk menilai kinerja yaitu : 1 Penilaian memberikan informasi tentang dapat diukurnya promosi dan penetapan gaji. 2 penilaian memberi satu peluang bagi anda dan bawahan anda untuk meninjau perilaku yang berhubungan dengan kerja bawahan. Robbins 2002:258 menyatakan bahwa penilaian kinerja memiliki sejumlah tujuan dalam organisasi antara lain : 1 Manajemen menggunakan penilaian untuk mengambil keputusan personalia secara umum. 2 Penilaian memberikan penjelasan tentang pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan. 3 Penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai kriteria untuk program seleksi dan pengembangan yang disahkan. commit to user 82 4 Penilaian kinerja juga untuk memenuhi tujuan umpan balik yang ada terhadap para karyawan tentanng bagaimana organisasi memandang kinerja mereka. Menurut Robbins 2002 dalam penilaian kerja terdapat beberapa pilihan dalam menentukan mengenai yang sebaiknya melakukan penilaian tersebut antara lain : 1 Atasan langsung Sebagian besar dari semua evaluasi kinerja tingkat bawahan dan menengah dari organisasi dijalankan oleh atasan langsung karyawan tersebut. 2 Rekan sekerja Evaluasi rekan sekerja merupakan salah satu sumber paling handal dari data penelitian. Alasannya adalah rekan sekerja dekat dengan tindakan, dimana interaksi sehari-hari memberi mereka pandangan menyeluruh terhadap kinerja karyawan dalam pekerjaannya. 3 Pengevaluasian diri sendiri Penilaian diri sendiri ini merupakan alat pengembangan diri yang memaksa karyawan untuk memikirkan kekuatan dan kelemahan mereka dan menetapkan tujuan untuk pengembangan. Kelemahannya karyawan mungkin tidak menilai diri mereka sendiri sebagaimana para atasan menilai mereka. commit to user 83 4 Bawahan langsung Evaluasi bawahan dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci mengenai perilaku seorang manajer, karena lazimnya penilai mempunyai kontak yang sering dengan yang dinilai. Masalah yang mungkin terjadi adalah rasa takut yang akan dibahas oleh atasan yang dievaluasi jelek. Sebab itu, anonimitas responden sangat menentukan agar evaluasi tepat. 5 Pendekatan menyeluruh Pendekatan ini memberikan umpan balik kinerja dari lingkaran penuh kontak sehari-hari yang mungkin dimiliki seorang karyawan, yang berkisar dari personil surat menyurat sampai ke pelanggan atasasan, rekan sekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penilaian Kinerja Menurut Henry Simamora 1997:417, faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja adalah : 1. Karakteristik situasi 2. Deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan standar kinerja pekerjaan 3. Tujuan-tujuan penilaian kinerja 4. Sikap para karyawan dan manajemen terhadap evaluasi Kriteria yang dipilih manajemen dalam melakukan evaluasi pada saat penilaian kinerja akan berdampak besar terhadap apa yang dikerjakan commit to user 84 oleh karyawan tersebut. Menurut Robbins 2002:101 ada tiga evaluasi yang paling umum yaitu : 1 Hasil kerja perorangan Jika mengutamakan hasil akhir, lebih dari sekedar alat, maka pihak manajemen harus mengevaluasi hasil kerja dari seorang pekerja. 2 Perilaku Dalam kebanyakan kasus, tidak mudah untuk mengidentifikasi hasil tertentu sebagai hasil langsung dari kegiatan seseorang. 3 Sifat ini merupakan bagian yang paling lemah dari kriteria sesuatu yang masih digunakan secara luas oleh organisasi, yaitu sifat perorangan traits.

d. Manfaat penilaian kinerja

Penilaian kinerja karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai berikut Mangkupawira: 1 Perbaikan kinerja Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer dan spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja. 2 Penyesuaian kompensasi Penilaian kinerja karyawan membantu pengambilan keputusan menentukan siapa yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran. commit to user 85 3 Keputusan penempatan Promosi, transfer dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan. 4 Kebutuhan pelatihan dan pengembangan Kinerja yang buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan pelatihan kembali. 5 Perencanaan dan pengembangan karir Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karir spesifik karyawan. 6 Defisiensi proses penempatan staf Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan dalam prosedur penempatan staf di departemen staf di departemen SDM. 7 Ketidak akuratan informasi Kinerja yang buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam menginformasikan analisis pekerjaan. 8 Kesalahan rancangan pekerjaan Penilaian kinerja yang akurat yang secara aktual menghitung kaitannya dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah sesuatua yang bersifat diskriminasi. 9 Kesempatan kerja yang sama 10 Tantangan-tantangan eksternal 11 Umpan balik pada Sumber Daya Manusia commit to user 86

e. Metode penilaian kinerja

Menurut Gary Dessler 2002 metode penilaian kinerja dibagi menjadi : 1 Metode skala penilaian grafik yaitu skala yang mendaftarkan sejumlah ciri dan kisaran kinerja untuk masing-masingnya. Karyawan kemudian dinilai dengan mengidentifikasi skor yang paling baik menggambarkan tingkat kinerja untuk masing-masing ciri. 2 Metode peningkatan alternasi yaitu membuat peringkat karyawan dari yang terbaik ke yang terjelek berdasarkan ciri tertentu. 3 Metode perbandingan berpasangan yaitu memeringkatkan karyawan dengan membuat peta dari semua pasangan karyawan yang mungkin untuk setiap ciri dan menunjukan mana karyawan yang lebih baik dari pasangannya. 4 Metode distribusi paksa adalah sama dengan pemeringkatan pada sebuah kurva persentase yang sudah ditentukan dari peserta penilaian ditempatkan berbagai kategori kinerja. 5 Metode insiden krisis yaitu membuang satu catatan tentang contoh- contoh yang luar biasa baik atau tidak diinginkan dari perilaku yang berhubungan dengan kerja seorang karyawan dan meninjaunya bersama pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. 6 Formulir naratif yaitu beberapa karyawan menggunakan formulir naratif untuk mengevaluasi personil. commit to user 87 7 Skala penilaian berjangkarkan perilaku yaitu suatu metode penilaian yang bertujuan mengkombinasikan manfaat dari insiden kritis dan penilaian berdasarkan kuantitas pada contoh-contoh naratif spesifik dari kinerja yang baik dan kinerja yang jelek. 8 Metode manajemenen berdasarkan sasaran MBO yaitu meliputi penerapan tujuan khusus yang dapat diukur bersama dengan masing- masing karyawan dan selanjutnya secara berkala meninjau keinginan yang dicapai. Organizational Citizenship Behavior OCB

a. Definisi Organizational Citizenship Behavior OCB

Perilaku citizenship OCB sering disebut pula the extra-role yang artinya adalah perilaku kerja yang bekerja tidak hanya pada apa yang menjadi tugasnya in-role tetapi juga bekerja yang tidak secara kontrak mendapatkan kompensasi pada sistem penghargaan. Pada in-role biasanya dihubungkan dengan reward dan sanksi, sedangkan pada extra-role biasanya terbebas dari reward dan perilaku yang dilakukan oleh individu tidak diorganisir dalam reward yang akan mereka terima. Tidak ada insentif tambahan yang diberikan ketika individu berperilaku extra-role. OCB juga mengacu pada perilaku informal yag terkait perilaku suka rela untuk membantu karyawan lain yang bekerja seperti perilaku mengikutsertakan karyawan lain untuk menyelesaikan proyek, commit to user 88 menyediakan saran yang membangun dan menawarkan umpan balik positif atas pekerjaan. Organ dalam Haunt, 2002 menyatakan bahwa Organizational Citizenship Behavior OCB sebagai perilaku yang sekehendak hati, tidak secara langsung atau eksplisit diketahui dari sistem penghargaan formal, dan secara keseluruhan mendorong fungsi yang efektif dalam organisasi. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa OCB adalah perilaku yang dilakukan oleh seorang karyawan dengan sukarela. Perilaku ini bukan sebagai akibat dari adanya sistem penghargaan yang diberikan perusahaan secara formal kepada karyawan, yang berarti karyawan melakukan OCB bukan untuk mendapatkan penghargaan dari perusahaan. Perilaku ini sangat penting untuk mencapai efektivitas organisasi.

b. Dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior OCB.

Organ dalam Robbin 2002 membagi OCB kedalam lima dimensi, yaitu : 1. Altruism yaitu membantu rekan kerja dalam tugas. 2. Courtesy yaitu menggantikan orang lain dalam organisasi, tentang perubahan yang mempengaruhi kerja mereka. 3. Countsciencetiousness yaitu melaksanakan tugas melebihi kerja mereka. 4. Sportmanship yaitu menahan diri dari keluhan tentang hal-hal yang tidak berarti. 5. Civic virtue yaitu partisipasi dalam organisasi kewargaan. commit to user 89 Penelitian Terdahulu Wang dan Law 2005 Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Law 2005 yang mengambil sampel karyawan di beberapa organisasi di China menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan dan positif pada kinerja karyawan dan OCB. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Leader-Member Exchange LMX berpengaruh signifikan dan positif pada kinerja karyawan dan OCB. Wang dan Law 2005 juga menemukan adanya peran mediasi LMX dalam pengaruh kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan dan positif pada kinerja karyawan dan OCB. Howell Hall-Merenda, dalam Wang Law 2005 Studi yang dilakukan Howell Hall-Merenda, dalam Wang Law 2005 yang mengambil sampel 109 manajer bank menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja bawahan, namun Leader Member Exchange LMX tidak berpengaruh pada kinerja bawahan. Truckenbrodt, Yolanda 2000 Studi yang dilakukan Truckenbrodt, Yolanda 2000 yang dilakukan pada perusahaan yang bergerak di bidang Information Technology Solution yang mengambil sampel sebanyak 204 karyawan menunjukan bahwa kualitas hubungan atasan-bawahan atau Leader Member Exchange LMX berhubungan signifikan dan positif dengan Organizational Citizenship Behavior OCB. Kerangka Pemikiran commit to user 90 Kerangka pemikiran digunakan untuk menunjukkan arah bagi suatu penelitian agar penelitian dapat berjalan pada lingkup yang telah ditentukan. Kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut : Sumber : Wang, Hui Law, Kanneth 2005 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini menguji pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB dan kinerja dengan memasukkan variabel LMX sebagai variabel pemediasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional, adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan dan yang memiliki karisma. Variabel dependen adalah OCB dan kinerja. OCB adalah merupakan perilaku yang ditunjukkan pekerja atau karyawan untuk meningkatkan keefektifan organisasi dengan melakukan di atas dan melebihi deskripsi kerja formal. Sedangkan Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi. Pencapaian OCB dan kinerja dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional. Kualitas LMX juga memegang peran Kepemimpinan Transformasional Leader-Member Exchange Kinerja OCB commit to user 91 mediasi dalam pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB dan kinerja. Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan sementara yang diungkapkan secara deklaratif Salamah, 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Law 2005 menyatakan kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan dan positif pada kinerja karyawan dan OCB. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1a : Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja H 1b : Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada OCB Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Law 2005 menyatakan Leader-Member Exchange berpengaruh positif pada kinerja dan OCB. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 2a : Leader-Member Exchange berpengaruh positif pada kinerja H 2b : Leader-Member Exchange berpengaruh positif pada OCB Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Law 2005 menyatakan Leader-Member Exchange memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja dan OCB. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 3a : Leader-Member Exchange memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja H 3b : Leader-Member Exchange memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB commit to user 92 Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Law 2005 menyatakan bahwa OCB juga berkaitan dengan kinerja, OCB berpengaruh positif pada Kinerja. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 4 : OCB berpengaruh positif pada kinerja BAB III commit to user 93 METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survai. Penelitian dengan metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan meminta tanggapan dari responden, baik langsung maupun tidak langsung. Kuesioner digunakan sebagi alat bantu dalam penelitian survei Suliyanto, 2006:68. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan seluruh populasi sebagai sampel metode sensus sampling jenuh, sehingga dapat dikatakan penelitian ini adalah penelitian populasi tidak menggunakan sampel.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diduga Djarwanto dan Subagyo, 1998:107. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan DPPKA Kota Surakarta yang berjumlah 160 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi Djarwanto dan Subagyo, 1998: 108. Hair, et.al dalam Ghozali dan Fuad, 2005:36, mengemukakan bahwa ukuran sampel yang disarankan untuk penggunaan commit to user 94 estimasi Maximum Likelihood sebesar 100-200. Jogiyanto 2004:74, memberikan penjelasan mengenai sampel yang baik yaitu sampel harus akurat tidak bias dan nilai presisinya tinggi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 160 orang responden. Adapun sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yaitu sebesar 160 orang responden.

C. Definisi Operasional Variabel

Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR SEBAGAI VARIABEL MODERATOR PADA PD. BPR KALSEL

0 10 52

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Leader-Member Exchange terhadap Kepuasan Kerja.

1 10 36

Hubungan antara team member exchange dengan dimensi organizational citizenship behavior.

5 13 145

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (STUDI PADA STAF ADMINISTRASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA).

1 3 117

PERAN MEDIASI ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR. PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI.

0 0 18

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX) TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI.

0 1 1

ANALISIS PENGARUH LEADER-MEMBER EXCHANGE (LMX) PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN KUALITAS PARTISIPASI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada Karyawan PT Indo Acidatama Tbk Karanganyar).

0 0 17

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX) DAN MOTIVASI TERHADAP ORGANISATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA PT. BANK CENTRAL ASIA KANTOR CABANG UTAMA YOGYAKARTA

1 2 12

Kepemimpinan Transformasional dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Dampaknya Pada Kinerja Organisasi

1 1 19

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (STUDI PADA STAF ADMINISTRASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA)

0 1 32