commit to user 62
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pada  era  globalisasi  dan  pasar  bebas  pada  saat  ini  organisasi  harus senantiasa  melakukan  perbaikan  terus  menerus  di  berbagai  bidang  dalam
rangka  menciptakan  organisasi  yang  efektif  dan  membentuk  keunggulan kompetitif  agar  mampu  berkembang  dan  tetap  berjaya  di  tengah  ketatnya
persaingan.  Keefektifan  organisasi  dalam  mencapai  visi,  misi  dan  tujuan organisasi  tak  terlepas  dari  peranan  pemimpin.  Kepemimpinan  adalah  tulang
punggung  pengembangan  organisasi,  karena  tanpa  adanya  kepemimpinan yang  baik,  maka  akan  sulit  untuk  mencapai  tujuan  organisasi,  bahkan  untuk
dapat  beradaptasi  dengan  perubahan-perubahan  yang  sedang  terjadi  di  dalam maupun di luar organisasi.
Mulai  tahun  1999,  pemerintah  Indonesia  menerapkan  sistem pemerintahan  otonomi  Daerah  dimana  dependensi  daerah  terhadap  pusat
dikurangi  dengan  menetapkan  UU  No.  22  Tahun  1999.  Penyelenggaraan otonomi  daerah  yang  luas,  nyata  dan  bertanggung  jawab  maka  diperlukan
pengelolaan  keuangan  dan  kemampuan  untuk  menggali  sumber-sumber pendapatan  keuangan  sendiri  dengan  didukung  oleh  dana  perimbangan  baik
dari pusat maupun propinsi yang merupakan prasyarat bagi suatu pemerintah daerah.  Pegawai  negeri  adalah  bagian  dari  aparat  pemerintah  yang
mempunyai  peranan  menentukan  terhadap  jalannya  roda  pemerintahan,  baik
commit to user 63
yang  berada  di  tingkat  pusat  maupun  di  daerah.  Dalam  rangka  membantu pimpinan  melancarkan  jalannya  penyelenggaraan  di  bidang  pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, maka dibutuhkan adanya  aparatur  pemerintah  yang  mampu  melaksanakan  profesinya  dengan
sikap profesionalisme. Pegawai  negeri  sebagai  unsur  utama  aparatur  pemerintah  bertugas
melaksanakan  tugas-tugas  pemerintah  dan  pembangunan  untuk  mencapai tujuan  nasional.  Kelancaran  penyelenggaraan  pemerintah  dan  pembangunan
nasional sangat tergantung pada kualitas atau kinerja pegawai negeri. Sesuai  dengan  struktur  organisasi,  fungsi  dan  tata  kerja  Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset DPPKA Kota Surakarta yang ditetapkan  dengan  Peraturan  Daerah  No.  24  Tahun  2008  yaitu  tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dalam peraturan daerah tersebut memuat tugas pokok DPPKA yaitu menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset. Terdapat  dua  perspektif  dalam  kepemimpinan  di  dalam  organisasi.
Yang  pertama  adalah  leader  focus  yang  menjelaskan  individu,  kelompok dengan  mengidentifikasi  dan  menguji  perilaku  pemimpin  secara  langsung
Bass  dalam  Wang    Law,  2005,  perspektif  yang  kedua  yaitu  yang mengedepankan relationship-based, memusatkan bagaimana hubungan timbal
balik  antara  pemimpin  dan  karyawan.  Leader-Member  Exchange  LMX adalah  pendekatan  yang  mengedepankan  pada  relationship-based.  Graen
commit to user 64
dalam  Vibriwati  2005  mendefinisikan  LMX  sebagai  kualitas  hubungan pertukaran interpersonal antara pekerja dan supervisornya.
Kepemimpinan  transformasional  juga  berkaitan  dengan  sebuah proses atau hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan.  Kepemimpinan
menyangkut  sebuah  proses  pengaruh  sosial  yang  dalam  hal  ini  pengaruh sengaja  dijalankan  oleh  seseorang  terhadap  orang  lain  untuk  menstruktur
aktivitas-aktivitas  serta  hubungan-hubungan  di  dalam  sebuah  kelompok  atau organisasi.  Kepemimpinan  sebagai  salah  satu  penentu  arah  dan  tujuan
organisasi  harus  mampu  menyikapi  adanya  perubahan  lingkungan  dan teknologi  yang cepat sebagai suatu tantangan  yang tersendiri bagi organisasi.
Dalam  Yukl  1998,  kepemimpinan  dapat  didefinisikan  secara  luas  sebagai proses  mempengaruhi,  yang  mempengaruhi  interpretasi  mengenai  peristiwa-
peristiwa bagi para karyawan, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi,  pengorganisasian  dari  aktivitas-aktivitas  kerja  untuk  mencapai
sasaran-sasaran  tersebut,  memotivasi  bawahan  untuk  mencapai  sasaran, pemeliharaan  hubungan  kerjasama  dan  teamwork  serta  perolehan  dukungan
dan kerjasama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi. Kepemimpinan  transformasional  juga  berhubungan  dengan  kinerja
bawahan  Kelman’s  dalam  Wang    Law,  2005  dan  OCB  Podsakoff  et  al., 1990.  Organizational  citizenship  behavior  OCB  merupakan  salah  perilaku
penting  dalam  penciptaan  efektifitas  organisasi,  hal  ini  seperti  yang dikemukakan  oleh  Katz  dalam  Akhirudin  dan  Qurroatul,  2005  yang
mengidentifikasikan  adanya  3  kategori  perilaku  pekerjaan  yang  penting  bagi
commit to user 65
efektifitas  organisasi,  yaitu:  pertama  individu  harus  masuk,  kedalam  dan tinggal  di  dalam  suatu  organisasi,  kedua  mereka  harus  menyesuaikan  peran
khusus dalam suatu pekerjaan, dan ketiga mereka harus terikat pada aktivitas yang  inovatif  dan  spontan  melebihi  persepsi  perannya.  Kategori  yang  ketiga
inilah yang sering disebut sebagai OCB. Podsakoff  et  al.,  1990  menyatakan  bahwa  mayoritas  penelitian
mengemukakan  dalam  pemimpin  yang  efektif  merubah  nilai  dasar, kepercayaan,  sikap  dari  bawahan  akan  dapat  meningkatkan  kinerja  melebihi
level  minimum  organisasi.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  kemungkinan bawahan memiliki kinerja sesuai dengan yang seharusnya atau melebihi level
minimum  organisasi  akan  tergantung  juga  pada  pemimpin.  Efektifitas  dari kepemimpinan transformasional dijelaskan dalam kaitan dengan pengaruhnya
terhadap cara para pengikut melihat diri mereka sendiri dan menginterprestasi peristiwa-peristiwa.  Para  pemimpin  yang  efektif  mempengaruhi  para
pengikutnya untuk mempunyai optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri, serta  komitmen  kepada  tujuan  dan  misi  organisasi.  Kepemimpinan
transformasional  mengidentifikasi  jenis-jenis  perilaku  yang  digunakan  oleh pemimpin  dan  ciri-ciri  yang  membantu  efektifitas  dari  pemimpin  tersebut.
Sehingga  pemimpin  yang  transformasional  juga  mempunyai  kemampuan untuk memberikan inspirasi dan motivasi para pengikut untuk mencapai hasil
yang melebihi level minimum organisasi. Kualitas  hubungan  pertukaran  interpersonal  antara  bawahan  dan
atasannya  berhubungan  dengan  kualitas  atau  kinerja  bawahannya.  Hal  ini
commit to user 66
sejalan dengan Liden  Maslyn dalam Wang  Law 2005 yang menyatakan bahwa  LMX  berhubungan  positif  dengan  kinerja  bawahan.  Yukl  dalam
Vibriwati  2005  menyatakan  bahwa  LMX  menggambarkan  bagaimana seorang  pemimpin  dan  anggota  secara  individual  mengembangkan  sebuah
hubungan,  seperti  saling  mempengaruhi  dan  merundingkan  peran  bawahan dalam  organisasi.  Ketika  hubungan  berkembang,  ruang  gerak  yang  diberikan
supervisor pada bawahan akan meningkat. LMX juga berhubungan dengan OCB  Hackett  Farh dalam Wang
Law  2005,  Hubungan  LMX  kualitas  tinggi  in-group  merupakan  bukti keberhasilan  pengembangan  kepercayaan  yang  terus  menerus  antara
pemimpin  dan  anggota.  Kualitas  LMX  yang  dibangun  tersebut  akan mempengaruhi persepsi anggota pada keadilan di dalam organisasi. Hubungan
positif  antara  LMX  dan  OCB  dilihat  karena  OCB  membantu  pemenuhan harapan suatu timbal balik karyawan dengan atasan.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Graen    Uhl-Bien  dalam  Wang Law  2005  menyatakan  bahwa  adanya  peran  mediasi  variabel  LMX  dalam
hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja bawahan dan OCB.
Makin  besarnya  tuntutan  bagi  pemerintah  daerah  untuk  dapat  lebih berorientasi  kinerja,  karena  diberlakukannya  otonomi  daerah  dimana
dependensi daerah terhadap pusat dikurangi dan melihat perkembangan yang menuntut  untuk  dapat  mengelola  sumber  daya  manusia  secara  optimal  yang
berorientasi pada OCB. Oleh karena itu pemimpin dituntut untuk tidak hanya
commit to user 67
bekerja  seperti  apa  yang  ada  dalam  perspektif  bekerja,  Perlu  bagi  pemimpin instansi  atau  pihak  yang  bertanggungjawab  untuk  mengenal  dan  memahami
pentingnya pengaruh kepemimpinan transformasional, agar karyawan merasa nyaman terhadap pekerjaannya dan karyawan merasa mempunyai keselarasan
antara kebutuhan dari aturan kerja sehingga muncul rasa komitmen terhadap organisasi. Setiap proses hubungan atasan-bawahan dibutuhkan LMX.
Salah  satu  kebijakan  pemerintah  daerah  kota  Surakarta  terhadap pelaksanaan  pajak  daerah  dilaksanakan  secara  proposional  berdasar
fungsinya, yaitu fungsi mengatur reguler dan fungsi penerimaan budgeter oleh  sebab  itu  diperlukan  sumber  daya  manusia  yang  handal,  kreatif  dan
inovatif untuk dapat menjalankan dan mengelola sektor pajak daerah dengan baik.  Dengan  fungsi  ini  maka  Dinas  Pendapatan  Dinas  Pendapatan,
Pengelolaan  Keuangan  dan  Aset  DPPKA  Kota  Surakarta  dapat  melakukan monitoring,  pengawasan,  serta  evaluasi,  maka  perlu  melakukan  berbagai
upaya konsisten dalam mengambil tindakan antisipatif guna mengembangkan potensi  pajak  sebagai  sumber  pendapatan  daerah.  Untuk  itu  diperlukan
dukungan  dari  para  Pegawai    Dinas  Pendapatan,  Pengelolaan  Keuangan  dan Aset DPPKA Kota Surakarta itu sendiri. Sehingga dibutuhkan rasa memiliki
dan  bertanggung  jawab  atas  kemajuan  organisasi  secara  bersama-sama. Berdasarkan  latar  belakang  keterkaitan  variabel-variabel  tersebut  maka
penelitian  ini  mengambil  judul:  Peran  Mediasi  Leader-Member  Exchange LMX  dalam  Pengaruh  Kepemimpinan  Transformasional  Pada  Kinerja
commit to user 68
Karyawan  dan  Organizational  Citizenship  Behavior  OCB  Studi  Pada Pegawai DPPKA Kota Surakarta.
B.  Perumusan Masalah