Analisis Structural Equation Model SEM

commit to user 99 empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Nunally dan Bernstein, 1994 dalam Ferdinand, 2005: 193 memberikan pedoman yang baik untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas. Mereka menyatakan bahwa dalam penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0,5 – 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Adapun rumus reliabilitas konstruk sebagai berikut: Construct Reliability j e S + S S = 2 2 Loading Std. Loading Std. Di mana: Std. Loading = diperoleh langsung dari standarrized loading untuk tiap-tiap indikator perhitungan komputer AMOS. εj = adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.

2. Analisis Structural Equation Model SEM

Analisis stuctural equation model bertujuan untuk mengestimasi beberapa persamaan regresi terpisah akan tetapi masing masing mempunyai hubungan simultan atau bersaman. Dalam analisis ini dimungkinkan terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel ini dimungkinkan menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lainnya. Pada prinsipnya, model struktural bertujuan untuk menguji hubungan sebab akibat antar variabel sehingga jika salah satu variabel diubah, maka terjadi perubahan pada variabel yang lain. Dalam studi ini, commit to user 100 data diolah dengan menggunakan Analysis of Moment Structure atau AMOS versi 16. Analisis SEM memungkinkan perhitungan estimasi seperangkat persamaan regresi yang simultan, berganda dan saling berhubungan. Karakteristik penggunaan model ini: 1 untuk mengestimasi hubungan dependen ganda yang saling berkaitan, 2 kemampuannya untuk memunculkan konsep yang tidak teramati dalam hubungan serta dalam menentukan kesalahan pengukuran dalam proses estimasi, dan 3 kemampuannya untuk mengakomodasi seperangkat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen serta mengungkap variabel laten Ghozali, 2005.

a. Evaluasi Asumsi SEM 1 Ukuran Sampel.

Disarankan lebih dari 100 atau minimal 5 kali jumlah observasi. Namun apabila jumlah sampel yang terlalu banyak dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel seluruhnya, maka penelitian akan menggunakan rekomendasi untuk menggunakan maksimun likelihood yaitu penarikan sampel antara 100-200 sampel Ferdinand, 2006. 2 Normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Normalitas univariate dilihat dengan nilai critical ratio cr pada commit to user 101 skewness dan kurtosis dengan nilai batas di bawah + 2,58. Normalitas multivariate dilihat pada assessment of normality baris bawah kanan, dan mempunyai nilai batas + 2,58. Apabila data terdistribusi normal baik secara univariate individu dan multivariate secara bersama-sama maka pengujian data outlier tidak perlu dilakukan Santoso, 2007: 81. 3 Outliers. Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lain. Nilai kritis sebenarnya adalah nilai chi- square pada degree of freedom sebesar jumlah sampel pada taraf signifikansi sebesar 0,001. Asumsi terpenuhi jika tidak terdapat observasi yang mempunyai nilai Z-score di atas + 3 atau 4. Sebuah data termasuk outlier jika mempunyai nilai p1 dan p2 yang kurang dari 0,05 pada pengujian outlier mahalanobis distance Santoso, 2007: 75. 4 Multicollinearity dan Singularity . Multikolinearitas dilihat pada determinant matriks kovarians. Nilai yang terlalu kecil menandakan adanya multikolinearitas atau singularitas. Dalam program komputer SEM telah menyediakan fasilitas “warning” setiap kali terdapat indikasi multikolinieritas atau singularitas.

b. Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit

1 Likelihood ratio chi-square statistic χ2. Merupakan ukuran fundamental dari overall fit. Nilai chi square yang tiggi terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa korelasi yang diobservasi commit to user 102 dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi. Sebaliknya, nilai chi square yang rendah terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi tidak berbeda secara signifikan. Oleh sebab itu maka nilai yang diharapkan adalah kecil, atau lebih kecil dari pada chi square tabel. Dalam model maximum likelihood atau jumlah sampel dibawah 200 pengujian goodness of fit kesesuaian dapat dilakukan hanya dengan melakukan pengujian chi-square statistic saja dengan ketentuan apabila nilai chi-square kecil atau nilai probabilitas 0,05 maka model sudah dapat dikatakan fit. Hal tersebut berdasarkan pendapat Hair et al., 1995; Tabachnick dan Fidell, 1996 dalam Ferdinand, 2005: 55 yang menyatakan bahwa Chi-square bersifat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan, karena itu bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel, maka statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lainnya. Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio Chi-square statistic. Chi- square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karena itu bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel, maka statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lainnya Hair et. al., 1995; Tabachnick Fidell, 1996. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi- commit to user 103 squarenya rendah. Semakin kecil nilai c 2 semakin baik model itu karena dalam uji beda chisquare, c 2 =0, berarti benar-benar tidak ada perbedaan, H o diterima dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p0.05 atau p0.10 Hulland et. al, 1996. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai c 2 yang tidak signifikan, yang menguji hipotesa nol bahwa estimated population covarinace. Tidak sama dengan sampel covariance. Nilai c 2 dapat juga dibandingkan dengan degrees of freedomnya untuk mendapatkan nilai c 2 -relatif, dan digunakan untuk membuat kesimpulan bahwa nilai c 2- relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi. Dalam pengujian ini nilai c 2 yang rendah yang menghasilkan sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0.05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians data dan matriks kovarians yang diestimasi the actual and predicted input matrices are not statistically different, Hair et. al., 1995. Seperti dikemukakan di atas, chi-square bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yarg telalu kecil 50 maupun terhadap sampel yang terlalu besar 500. Oleh karena itu penggunaan chi-square hanya sesuai bila ukuran sampel adalah antara 100 dan 200 sampel. Bila ukuran sampel ada diluar commit to user 104 rentang itu, uji signifikansi akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji yang lainnya. 2 Probabilitas p-value. Diharapkan nilai probabilitas lebih dari 0,05 5. 3 RMSEA - The Root Mean Square Error of Approximation RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar Baumgartner Homburg, 1996. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi Hair et. al. 1995. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya modei yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom Browne Cudeck, 1993. Lebih lanjut, Browne Cudeck menulis: “we are also of the opinion that a value of about 0.08 or less for the RMSEA would indicate a reasonable error of approximation and would not want to employ a mode, with a RMSEA greater than 0.1” Browne Cudeck, 1993. 4 GFI - Goodness of Fit Index Indeks kesesuaian fit index ini akan menghitung proposi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan Bentler, 1983; Tanaka Huba. 1989. commit to user 105 GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 poor fit sampai dengan 1.0 perfect fit. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit. 5 AGFI – Adjusted Goodness-of-Fit Index Tanaka Huba 1989 menyatakan bahwa GFI adalah analog dari R 2 dalam regresi bergada. Fit Index ini dapat di adjust terhadap degrees of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model Arbuckle, 1999. Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut: AGFI =1 – 1-GFI d d b dimana d b = å = G g p 1 = jumlah-sampel-moments d = degrees-of-freedom Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90 Hair et. al., 1995; Hulland et. al., 1996. Perlu diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0.95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik good overall model fit baik sedangkan besaran nilai antara 0.90-0.95 menunjukkan tingkatan cukup-adequate fit Hulland et. al., 1996. commit to user 106 6 CMINDF CMINDF: The minimum sample discrepancy function CMIN dibagi dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMINDF, yang urnumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mergukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMINDF tidak lain adalah statistik chisquare, c 2 dibagi DFnya sehingga disebut c 2 relatif. Nilai c 2 relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara models dan data Arbuckle, 1997. 7 Tucker Lewis Index TLI. Nilai yang diharapkan adalah sama atau lebih besar dari 0,95. 8 Comparative Fit Index CFI. Nilai yang diharapkan adalah sama atau lebih besar dari 0,95. Berikut syarat pengujian kelayakan sebuah model goodness of fit yang dirangkum dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Goodness-Of-Fit Indicies Goodness-of-fit Indicies Cut-off Value x 2 - Chi Square Probabilitas CMINdf GFI AGFI TLI CFI RMSEA Diharapkan kecil 0,05 2,00 atau 3,00 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,95 ≥ 0,95 ≤ 0,08 Sumber: Ferdinand, 2005 commit to user 107 BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja dan OCB dengan Leader-Member Exchange sebagai variabel mediasi. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan DPPKA Kota Surakarta yang berjumlah 160 orang dan terbagi dalam 11 unit kerja. Metode yang digunakan adalah Sensus yaitu penentuan sampel dengan memberlakukan semua populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak jumlah populasinya yaitu 160 orang karyawan. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16S-D yang menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk daerah baru dengan nama Kota Surakarta. Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Karanganyar belum diserahkan. Pelaksanaan penyerahaan 9 kelurahan dari commit to user 108 Kabupaten Karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis pemerintah Haminte Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan P. D. K, Pamong Praja, dan jawatan Perekonomian. Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi oleh Jawatan Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan Pajak. Berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Februari 1970 No.259X.10Kp.70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakarta termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti menjadi Bagian Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No.162KepKdh.IVKp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian sering disingkat DIPENDA. Dinas Pendapatan Daerah dipimpin commit to user 109 oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak PusatPropinsi yang diserahkan kepada Daerah dan Seksi DoleansiP3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi dipimpin oleh kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai pelaksana Walikota dibidang perencanaan, penyelenggaraan, dan kegiatan dibidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut: a. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1992. b. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 11 Tahun 1971. c. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 54 Tahun 1953. d. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah commit to user 110 No. 12 Tahun 1971. Disamping itu DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah, yaitu sebagai berikut: a. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1959. b. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1960. c. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1970. d. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1957. Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 71241-101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah KabupatenKotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No. 473-442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA Manual Pendapatan Daerah. Sistem ini diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II. commit to user 111 Dengan berjalannya waktu penataan pemerintahaan Kota Surakarta kembali mengalami perbaikan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah DIPENDA berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam bidang-bidang yang dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bagian dipimpin oleh Kepala Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. 2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta. DPPKA Surakarta mempunyai commit to user 112 tugas pokok seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat 2 yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Fungsi DPPKA antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas; b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan; c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi; d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi; e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain; f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain; g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi; h. Pengelolaan aset barang daerah; i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah; j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah; k. Penyelenggaraan sosialisasi; l. Pembinaan jabatan fungsional; m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. commit to user 113 3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi adalah sebagai berikut: a. mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan, b. mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan, c. mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, d. menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Adapun susunan organisasi DPPKA Surakarta menurut Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: a. Kepala. b. Sekretariat, membawahi: 1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan; 2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi: 1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan; 2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data. d. Bidang Penetapan, membawahi: 1. Seksi Perhitungan; commit to user 114 2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan. e. Bidang Penagihan, membawahi: 1. Seksi Penagihan dan Keberatan; 2. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain. f. Bidang Anggaran, membawahi: 1. Seksi Anggaran I; 2. Seksi Anggaran II. g. Bidang Perbendaharaan, membawahi: 1. Seksi Perbendaharaan I; 2. Seksi Perbendaharaan II. h. Bidang Akuntansi, membawahi: 1. Seksi Akuntansi I; 2. Seksi Akuntansi II. i. Bidang Asset, membawahi: 1. Seksi Perencanaan Aset; 2. Seksi Pengelolaan Aset. j. Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. k. Kelompok Jabatan Fungsional Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala commit to user 115 Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. 99 Gambar 4.1 55 commit to user i 4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural a. Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan daerah. Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai berikut: 1. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas sesuai dengan Program Pembangunan Daerah, 2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas, 3. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas. b. Sekretariat Sekretariat yang posisinya dibawahi langsung oleh Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan, kepegawaian, dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat juga bertugas untuk melaksanakan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas, mengadakan monitoring dan pengendalian serta evaluasi dan pelaporan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat membawahi subbagian-subbagian sebagai berikut: 1 Sub bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sebagai bahan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas. Selain itu commit to user ii ii juga bertugas sebagai pelaksanamelaksanakan monitoring dan pengendalian, analisa dan evaluasi dan serta menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas. 2 Subbagian Keuangan Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan. 3 Subbagian Umum dan Kepegawaian Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang cukup banyak yaitu melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, penggandaan, administrasi perijinan, perjalanan dinas, rumah tangga, pengelolaan barang inventaris, pengaturan penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan masyarakat, sistem jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan administrasi kepegawaian. c. Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai tugas yang penting yaitu menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi dan pengolahan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Pendaftaran, Pandataan, dan Dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan commit to user iii iii Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah WPD dan Wajib Pajak Retribusi Daerah WRD. 2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah. d. Bidang Penetapan Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang penghitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan Retribusi serta penghitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1 Seksi Perhitungan Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi. 2 Seksi Penerbitan Surat Ketetapan Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan Surat Ketetapan Pajak SKP, Surat Ketetapan Retribusi SKR, dan surat-surat ketetapan pajak lainnya. e. Bidang Penagihan commit to user iv iv Bidang Penagihan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang penagihan dan keberatan serta pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1 Seksi Penagihan dan Keberatan Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya. 2 Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. f. Bidang Anggaran Bidang Anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran penerimaan pajak, retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluan instansi serta mengatur pengeluaran-pengeluaran dana yang telah dianggarkan atau direncanakan. Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja, yaitu sebagai berikut: 1. Seksi Anggaran I; 2. Seksi Anggaran II. g. Bidang Perbendaharaan commit to user v v Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang dana dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok seksi, yaitu: 1. Seksi Perbendaharaan I; 2. Seksi Perbendaharaan II. h. Bidang Akuntansi Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala bentuk kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas. Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1. Seksi Akuntansi I; 2. Seksi Akuntansi II. i. Bidang Aset Bidang Aset bertugas untuk mencatat dan mengelola semua aset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1. Seksi Perencanaan Aset Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah. 2. Seksi Pengelolaan Aset Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah dibuat oleh Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola aset- aset tersebut. j. Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD commit to user vi vi UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah Kota Surakarta. k. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan. 5. Tata Kerja DPPKA Dalam melaksanakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsip prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi baik dalam lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing masing. Kepala Sekretariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung jawab memberikan bimbinganpembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya menurut hierarkis jabatan masing- masing. Kepala Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Para Kepala Seksi pada DPPKA bertanggung jawab kepada Kepala Bagian SekretariatKepala Bagian yang membidanginya. Kepala Dinas, Kepala Sekretariat, dan Kepala Seksi di lingkungan DPPKA Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala commit to user vii vii Unit Penyuluhan di lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. 6. Visi Dan Misi DPPKA Visi DPPKA Visi DPPKA adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. Misi DPPKA Misi DPPKA adalah sebagai berikut: 1. Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti. 2. Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah. 3. Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban. Deskripsi Data Responden Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh sampel dengan berbagai karakteristik. Karakteristik responden yang akan dibahas dibawah ini meliputi; umur, jenis kelamin dan pendidikan. 1. Umur Hasil penyebaran kuesioner diperoleh karakteristik responden berdasarkan umur diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No Keterangan Jumlah Persentase 1 21 – 30 tahun 25 15.625 2 31 – 40 tahun 64 40 3 41 – 50 tahun 53 33.125 4 51 – 60 tahun 18 11.25 Jumlah 160 100 Keterangan : Data primer yang diolah commit to user viii viii Pada tabel 4.1 di atas diketahui bahwa responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah berusia 31-40 tahun yaitu sebesar 40 2. Jenis Kelamin Hasil penyebaran kuesioner diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Keterangan Jumlah Persentase 1 Laki-laki 83 51.875 2 Perempuan 77 48.125 Jumlah 160 100 Keterangan : Data primer yang diolah Pada tabel 4.2 di atas diketahui bahwa responden laki-laki sebesar 51,875 dan responden perempuan sebesar 48.125. 3. Pendidikan Hasil penyebaran kuesioner diperoleh karakteristik responden berdasarkan pendidikan diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No Keterangan Jumlah Persentase 1 SLTA 35 21.875 2 S1 93 58.125 3 S2 32 20 Jumlah 160 100 Keterangan : Data primer yang diolah Pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah lulusan S1 yaitu sebesar 58,125, diikuti lulusan SLTA sebesar 21,875 dan yang paling sedikit adalah lulusan S2 yaitu sebesar 20. 4. Tanggapan Responden commit to user ix ix Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti tampak pada jawaban responden. Dalam analisis ini duraikan mengenai kecenderungan pendapat dan tanggapan dari pegawai kantor DPPKA Surakarta. Peneliti akan memaparkan dua kerenderungan, yaitu kecenderungan positif dan kecenderungan negatif. a. Tanggapan Responden Terhadap Kepemimpinan Transformasional 1. tanggapan positif terbanyak pada item pertanyaan no. 3, yaitu: “Atasan selalu mencari peluang baru untuk organisasi”. Item tersebut mendapat tanggapan positif sebanyak 95 responden 60, yang terdiri atas 76 responden menjawab setuju dan 20 responden menjawab sangat setuju. 2. tanggapan negatif terbanyak pada item pertanyaan no. 14, yaitu: ” Atasan menuntut melakukan pekerjaan sebaik mungkin”. Item tersebut mendapat tanggapan negatif sebanyak 86 responden 53,8, terdiri dari 4 responden menjawab sangat tidak setuju, 18 responden menjawab tidak setuju dan 64 responden yang menjawab kurang setuju. Tabel 4.4 Tanggapan Responden Terhadap Kepemimpinan Transformasional No Indikator Jumlah Jawaban Responden STS TS KS Jml S SS Jml jml jml jml jml jml 1 Atasan mengetahui arah tujuan yang akan dicapai. 24 15 45 28.1

43.1 57

35.6 34 21.3 56.9 2 Atasan memberikan rencana yang menarik untuk masa depan kelompok. 2 1.3 14 8.8 59 36.9 47 67 41.9 18 11.3 53.2 3 Atasan selalu mencari peluang baru untuk organisasi. 2 1.3 25 15.6 37 23.1 40 76 47.5 20 12.5 60 4 Atasan mampu memberi inspirasi kepada bawahan. 1 0.6 7 4.4 63 39.4

44.4 71

44.4 18 11.3 55.7 5 Atasan mampu menjadikan orang lain untuk berkomitmen dengan tujuannya. 20 12.5 51 31.9

44.4 75

46.9 14 8.8 55.7 6 Atasan memimpin dengan melakukan tindakan, tidak hanya dengan memberitahu secara lisan. 15 9.4 55 34.4

43.8 75

46.9 15 9.4 56.3 7 Atasan memberikan contoh yang baik untuk diikuti. 2 1.3 30 18.8 44 27.5

47.6 64

40 20 12.5 52.5 8 Atasan mampu mendorong kerjasama dalam kelompok kerja. 14 8.8 51 31.9

40.7 80

50 15 9.4 59.4 commit to user x x 9 Atasan mendorong bawahan bekerja dalam tim. 11 6.9 64 40

46.9 64

40 21 13.1 53.1 10 Atasan membuat bawahan bekerja sama untuk suatu tujuan. 10 6.3 72 45 51.3 53 33.1 25 15.6 48.7 11 Atasan mengembangkan sikap semangat kerja tim diantara karyawan. 23 14.4 56 35

49.4 68

42.5 13 8.1 50.6 12 Atasan menunjukkan pengharapan kepada kinerja bawahan. 2 1.3 13 8.1 63 39.4

48.8 63

39.4 19 11.9 51.3 13 Atasan meminta bawahan memberikan kinerja yang baik. 4 2.5 8 5 70 43.8

51.3 65

40.6 13 8.1 48.7 14 Atasan menuntut bawahan melakukan pekerjaan sebaik mungkin 4 2.5 18 11.3 64 40

53.8 55

34.4 19 11.9 46.3 15 Atasan bertindak tanpa menghiraukan perasaan bawahan 15 9.4 63 39.4

48.8 64

40 18 11.3 51.3 16 Atasan menghormati perasaan bawahan 14 8.8 61 38.1 46.9 63 39.4 22 13.8 53.2 17 Atasan memperhatikan kebutuhan bawahan 2 1.3 19 11.9 57 35.6

48.8 67

41.9 15 9.4 51.3 18 Atasan dapat mengarahkan bawahan dengan ide-ide baru. 20 12.5 63 39.4

51.9 57

35.6 20 12.5 48.1 19 Atasan menanyakan pertanyaan yang membuat bawahan harus berfikir dengan sungguh-sungguh sebelum menjawab. 15 9.4 66 41.3 50.7 58 36.3 21 13.1 49.4 20 Atasan dapat mendorong untuk mengkaji ulang hal-hal yang dilakukan bawahan. 15 9.4 62 38.8 48.2 65 40.6 18 11.3 51.9 b. Tanggapan Responden Terhadap LMX 1. tanggapan positif terbanyak pada item pertanyaan no. 12, yaitu: “tidak keberatan bekerja sekuat tenaga untuk pemimpin”. Item tersebut mendapat tanggapan positif sebanyak 79 responden 49,4, yang terdiri atas 70 responden menjawab setuju dan 9 responden menjawab sangat setuju. 2. tanggapan negatif terbanyak pada item pertanyaan no. 5, yaitu: ”Atasan seseorang yang bisa dijadikan teman.”. Item tersebut mendapat tanggapan negatif sebanyak 113 responden 70,7, terdiri dari 22 responden menjawab tidak setuju dan 91 responden yang menjawab kurang setuju. Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap LMX No Indikator Jumlah Jawaban Responden STS TS KS Jml S SS Jml jml jml jml jml jml commit to user xi xi 1 Bawahan menyukai atasannya 1 0.6 17 10.6 85 53.3

64.3 50

31.3 7 4.4 35.7 2 Atasan mempertahankan pekerjaan bawahannya, walaupun tanpa pengetahuan yang cukup tentang isu yang dipermasalahkan. 20 12.5 91 56.9 69.4 45 28.1 4 2.5 30.6 3 Bawaan bekerja untuk atasan diluar apa yang menjadi spesifikasi tugas pekerjaan. 1 0.6 13 8.1 88 55

63.7 50

31.3 8 5 36.3 4 Bawahan terkesan dengan pengetahuan atasan tentang pekerjaan. 15 9.4 85 53.1 62.5 55 34.4 5 3.1 37.5 5 Atasan adalah seseorang yang bisa dijadikan teman. 22 13.8 91 56.9 70.7 41 25.6 6 3.8 29.4 6 Atasan akan mempertahankan bawahan, jika seorang bawahannya mendapatkan serangan dari yang lain. 18 11.3 80 50

61.3 54

33.8 8 5 38.8 7 bawahan akan berusaha ekstra diluar yang diperlukan untuk mencapai tujuan kerja atasan 19 11.9 67 41.9

53.8 69

43.1 5 3.1 46.2 8 Bawahan salut dengan pengetahuan atasan dan kompetensinya terhadap pekerjaan. 17 10.6 95 59.4 70 45 28.1 3 1.9 30 9 Dimata bawahan, atasan seseorang yang sangat menyenangkan. 13 8.1 82 51.3

59.4 59

36.9 6 3.8 40.7 10 Atasan akan mempertahankan bawahan dari orang lain dalam organisasi, jika saya berbuat kekeliruan. 21 13.1 82 51.3 64.4 46 28.8 11 6.9 35.7 11 Bawahan kagum atas profesionalisme keahlian atasan. 14 8.8 73 45.6 54.4 62 38.8 11 6.9 45.7 12 bawahan tidak keberatan bekerja sekuat tenaga untuk atasannya. 12 7.5 69 43.1 50.6 70 43.8 9 5.6 49.4 c. Tanggapan Responden Terhadap Kinerja 1. tanggapan positif terbanyak pada item pertanyaan no. 3, yaitu: “bawahan adalah karyawan yang bekerja baiksempurna didalam unit pekerjaan”. Item tersebut mendapat tanggapan positif sebanyak 75 responden 46,9, yang terdiri atas 62 responden menjawab setuju dan 13 responden menjawab sangat setuju. 2. tanggapan negatif terbanyak pada item pertanyaan no. 2, yaitu: ”karyawan selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu”. Item tersebut mendapat tanggapan negatif sebanyak 97 responden 60,6, terdiri dari 1 responden yang menjawab sangat tidak setuju, 17 responden menjawab tidak setuju dan 79 responden yang menjawab kurang setuju. Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja commit to user xii xii No Indikator Jumlah Jawaban Responden STS TS KS Jml S SS Jml jml jml jml jml jml 1 Bawahan membuat suatu kontribusi penting kepada keseluruhan pencapaian dari unit kerja aktif. 2 1.3 17 10.6 72 45

56.9 46

28.8 23

14.4 43.2

2 Bawahan selalu memenuhimenyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan oleh atasan sesuai pada waktunya. 1 0.6 17 10.6 79 49.4 60.6 46 28.8 17 10.6 39.4 3 Bawahan adalah satu karyawan yng bekerja baiksempurna didalam unit pekerjaan. 4 2.5 11 6.9 70 43.8

53.2 62

38.8 13 8.1 46.9 4 Pencapaian hasil pada bawahan ini telah sesuai kebutuhan pada atasan. 4 2.5 22 13.8 60 37.5

53.8 58

36.3 16 10 46.3 d. Tanggapan Responden Terhadap OCB 1. tanggapan positif terbanyak pada item pertanyaan no. 3, yaitu: “bawahan spontan menerima, menjawab, dan memberi informasi yang dibutuhkan pihak lain.”. Item tersebut mendapat tanggapan positif sebanyak 75 responden 46,9, yang terdiri atas 70 responden menjawab setuju dan 5 responden menjawab sangat setuju. 2. tanggapan negatif terbanyak pada item pertanyaan no. 1, yaitu: ”bekerja sungguh, mengikuti peraturan, dan prosedur”. Item tersebut mendapat tanggapan negatif sebanyak 99 responden 61,9, terdiri dari 2 responden yang menjawab sangat tidak setuju, 25 responden menjawab tidak setuju dan 72 responden yang menjawab kurang setuju. Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap OCB No Indikator Jumlah Jawaban Responden STS TS KS Jml S SS Jml jml jml jml jml jml 1 bawahan bekerja sungguh- sungguh mengikuti peraturan dan prosedur. 2 1.3 25 15.6 72 45 61.9 49 30.6 12 7.5 38.1 commit to user xiii xiii 2 Bawahan dalam menyampaikan laporan kerja lebih cepat dari waktu yang ditetapkan. 3 1.9 22 13.8 67 41.9 57.6 62 38.8 6 3.8 42.6 3 Bawahan menerima, menjawab, dan memberi informasi yang dibutuhkan pihak lain. 1 0.6 20 12.5 64 40 53.1 70 43.8 5 3.1 46.9 4 Bawahan selalu bersedia membantu orientasi karyawan baru walaupun hal tersebut tidak termasuk tugasnya. 2 1.3 22 13.8 65 40.6

55.7 59

36.9 12 7.5 44.4 5 bawahan selalu siap membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya. 4 2.5 19 11.9 63 39.4

53.8 59

36.9 15 9.4 46.3 6 Bawahan selalu berusaha meluangkan waktu untuk membantu pekerjaan orang lain. 1 0.6 26 16.3 62 38.8

55.7 62

38.8 9 5.6 44.4 Uji Kualitas Instrumen Penelitian Analisis Konfirmatori FaktorCFA” First Order” Penggunaan Structural Equation Modeling SEM dalam kajian perilaku pengguna semakin popular sebagai peralatan statistik untuk menguji berbagai hubungan dalam suatu model Fornell Bookstein, 1982; Kalafatis, Pollard, East Tsogas, 1999; Salisbury, Pearson, Pearson Miller, 2001, Loicono, Watson Goodhue, 2002. Ia memiliki fungsi yang lebih baik dibandingkan dengan teknik multivariat lainnya seperti multiple regression, path analysis, dan factor analysis Maruyama McGarvey, 1980. Berbeda dengan teknik multivariat, SEM dapat menguji antara beberapa variabel bersandar secara serentak Hair, Anderson, Tatham, Black, 1998; Cheng, 2001. SEM telah digunakan dengan sukses dalam menganalisis permasalahan-permasalahan dalam kajian ilmu sosial Joreskog Sorbom, 1982. Pengujian kualitas instrumen penelitian dalam penlitian ini menggunakan bantuan Amos versi 16 dengan analisis first order confirmatory factor analysis First Order CFA. Untuk menilai kemantapan model, kita commit to user xiv xiv mesti melakukan analisis konfirmatori faktor confirmatory factor analysis = CFA pada langkah pertama analisis data Bentler, 1982; Chi Duda, 1995; Doll, Hendrickson Deng, 1998. SEM adalah suatu pendekatan analisis konfirmatori faktor yang cukup baik. SEM telah banyak diaplikasikan peneliti dalam pemanfaatan model TPB dan TAM dengan sukses. Sebagai contoh, Shim dkk 2000, Armitage Conner 2001, dan Mathieson, dkk 2001. Convergent Validity Convergent validity dapat dinilai dari model pengukuran yang dikembangkan dalam penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Menurut Ferdinand 2001 menyatakan convergent validity dibuktikan dari signikansi factor loading atau regression weight. Apabila t statistic dari factor loading atau regression weight 2 kali standar errornya, maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel yang digunakan adalah valid. Tabel di bawah menyajikan t statistic dari indikator dan dimensi yang membentuk construct. Variabel Kepemimpinan Transformasional Tabel 4.8 Regression Weight Loading Factor Mesurement Model Variabel Kepemimpinan Transformasional Konstruk Estimate S.E. C.R. X20 --- X 1.000 X19 --- X .993 .078 12.693 X18 --- X 1.099 .078 14.088 X17 --- X 1.063 .080 13.376 X16 --- X 1.017 .077 13.216 X15 --- X .992 .075 13.235 X14 --- X 1.202 .082 14.700 X13 --- X 1.003 .074 13.479 X12 --- X .930 .083 11.186 X11 --- X .972 .079 12.291 commit to user xv xv X10 --- X 1.019 .075 13.520 X9 --- X 1.000 .072 13.806 X8 --- X .952 .071 13.398 X7 --- X .996 .098 10.172 X6 --- X .920 .075 12.332 X5 --- X .929 .079 11.701 X4 --- X .921 .071 12.886 X3 --- X .901 .097 9.297 X2 --- X 1.038 .078 13.230 X1 --- X 1.061 .096 11.044 Sumber: Data primer diolah tahun 2011 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari enam instrumen kepemimpinan transformasional, semua indikator-indikator kepemimpinan transformasional menunjukkan convergent validity yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Estimasi dengan Critical Ratio yang lebih besar dari dua kali standar errornya, dengan demikian instrumen kepemimpinan transformasional mengarah pada satu construct yang disebut kepemimpinan transformasional. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel kepemimpinan transformasional yang digunakan adalah valid Variabel Leader-Member Exchange Tabel 4.9 Regression Weight Loading Factor Mesurement Model Variabel Leader-Member Exchange Konstruk Estimate S.E. C.R. m12 --- LMX 1.000 m11 --- LMX 1.112 .120 9.258 m10 --- LMX 1.164 .129 9.029 m9 --- LMX 1.049 .115 9.119 m8 --- LMX .802 .108 7.463 m7 --- LMX 1.199 .119 10.066 m6 --- LMX 1.129 .121 9.308 m5 --- LMX 1.008 .118 8.507 m4 --- LMX .961 .113 8.470 m3 --- LMX .969 .118 8.203 m2 --- LMX .912 .113 8.078 m1 --- LMX .996 .122 8.150 Sumber: Data primer diolah tahun 2011 commit to user xvi xvi Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari tiga instrumen Leader- Member Exchange, semua indikator-indikator Leader-Member Exchange menunjukkan convergent validity yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Estimasi dengan Critical Ratio yang lebih besar dari dua kali standar errornya, Dengan demikian instrumen Leader- Member Exchange mengarah pada satu construct yang disebut Leader- Member Exchange. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel Leader-Member Exchange yang digunakan adalah valid. Variabel Kinerja Tabel 4.10 Regression Weight Loading Factor Mesurement Model Variabel Kinerja Konstruk Estimate S.E. C.R. y1 --- KN 1.000 y2 --- KN .911 .072 12.700 y3 --- KN .871 .073 11.900 y4 --- KN .946 .082 11.572 Sumber: Data primer diolah tahun 2011 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari tiga instrumen kinerja, semua indikator-indikator kinerja menunjukkan convergent validity yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Estimasi dengan Critical Ratio yang lebih besar dari dua kali standar errornya, Dengan demikian instrumen kinerja mengarah pada satu construct yang disebut kinerja. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel kinerja yang digunakan adalah valid. Variabel OCB commit to user xvii xvii Tabel 4.11 Regression Weight Loading Factor Mesurement Model Variabel OCB Konstruk Estimate S.E. C.R. o1 --- OCB 1.000 o2 --- OCB .961 .091 10.575 o3 --- OCB .742 .089 8.364 o4 --- OCB 1.020 .098 10.454 o5 --- OCB 1.062 .103 10.289 o6 --- OCB .852 .098 8.698 Sumber: Data primer diolah tahun 2011 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari tiga instrumen kinerja, semua indikator-indikator kinerja menunjukkan convergent validity yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Estimasi dengan Critical Ratio yang lebih besar dari dua kali standar errornya, Dengan demikian instrumen OCB mengarah pada satu construct yang disebut OCB. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel kinerja yang digunakan adalah valid. Reliabilitas Konstruk Pendekatan yang digunakan dalam menilai sebuah model pengukuran adalah menilai besaran composite reliability dari masing- masing construct. Penggunaan ukuran reliabilitas seperti Alpha Cronbach tidak mengukur unidimensionalitas, melainkan mengasumsikan bahwa unidimensionalitas itu sudah ada pada waktu Alpha Cronbach dihitung. Dengan demikian peneliti dianjurkan untuk melakukan uji dimensionalitas terhadap semua construct multi indikator, sebelum menilai reliabilitasnya. Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70, walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran commit to user xviii xviii yang “mati”. Artinya, bila penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima Hair, 1995. Nunally dan Bernstein dalam Ferdinand 2002 memberikan pedoman yang baik untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas. Mereka menyatakan bahwa dalam penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0,5 - 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Dengan demikian analisis atas data yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil yang dapat diinterpretasikan sebagai cukup reliabel lihat Tabel 4.8. S Std. Loading 2 Construct – Reliability = ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾ S Std. Loading 2 + S e j Keterangan: Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap indicator. Sedangkan e j adalah measurement error dari tiap-tiap indikator. Measurement error adalah sama dengan 1-reliabilitas indikator yaitu pangkat dua dari standardized loading setiap indikator yang dianalisis. Tabel 4.12 Construct Reliability Construct a Kepemimpinan transformasional 0,97 Leader-Member Exchange 0,93 Kinerja 0,89 OCB 0,88 Sumber: Data primer diolah tahun 2011 Uji Kecukupan Sampel commit to user xix xix Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 160 responden. Jumlah sampel tersebut merupakan responden yang memenuhi syarat dalam menjawab kuesioner yang diberikan. Jumlah tersebut juga dinilai memenuhi, karena jumlah sampel minimal bagi penelitian yang menggunakan alat statistik Structural Equation Modelling SEM dengan prosedur Maximum Likehood Estimation MLE yaitu sebesar 5-10 observasi untuk setiap parameter yang diestimasi atau 100-200 responden. Jumlah parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah 42, sehingga jumlah minimal sampel yang direkomendasikan adalah 42 x 5 = 110 sampel.

1. Uji Normalitas

Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR SEBAGAI VARIABEL MODERATOR PADA PD. BPR KALSEL

0 10 52

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Leader-Member Exchange terhadap Kepuasan Kerja.

1 10 36

Hubungan antara team member exchange dengan dimensi organizational citizenship behavior.

5 13 145

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (STUDI PADA STAF ADMINISTRASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA).

1 3 117

PERAN MEDIASI ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR. PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI.

0 0 18

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX) TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI.

0 1 1

ANALISIS PENGARUH LEADER-MEMBER EXCHANGE (LMX) PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN KUALITAS PARTISIPASI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada Karyawan PT Indo Acidatama Tbk Karanganyar).

0 0 17

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX) DAN MOTIVASI TERHADAP ORGANISATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA PT. BANK CENTRAL ASIA KANTOR CABANG UTAMA YOGYAKARTA

1 2 12

Kepemimpinan Transformasional dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Dampaknya Pada Kinerja Organisasi

1 1 19

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (STUDI PADA STAF ADMINISTRASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA)

0 1 32