100 Anak-anak hebat yang Allah titipkan pada dia dan Pras.
Untuk mereka, Arini masih sanggup bertahan. Menjalani hidup yang pura-pura. Seakan semua normal, dan masih memiliki bangunan syurga yang
sama. Meski dinding-dindingnya mulai retak, dan setiap hari, satu persatu bagian yang menopangnya runtuh.
134
Dari dua bagian di atas tampak dengan jelas bahwa Asma Nadia menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang cinta dan ridho. Dalam kutipan di atas,
digambarkan Arini dengan sosok keibuannya, ia mampu untuk menyembunyikan kesedihannya di hadap anak-anaknya, sehingga anak-anaknya tetap merasakan cinta
dan kasih-sayang dari seoarang ibu. Dengan keridhoannya terhadap apa yang telah Allah takdirkan untuk dirinya, Arini masih sanggup bertahan. Menjalani hidup yang
pura-pura. Seakan semua normal, dan masih memiliki bangunan syurga yang sama. Meski dinding-dindingnya mulai retak, dan setiap hari, satu persatu bagian yang
menopangnya runtuh.
3. Ikhlas
Secara etimologis “ikhlas” dalam bahasa Arab berakar dari kata “khalasha” dengan arti bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Setelah dibentuk menjadi “
ikhlash mashdar
dari fi‟il muta‟addi khallasha berarti membersihkan atau memurnikan.
135
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata karena mengharap Ridho-Nya. Sebagaimana dinyatakan dalam al-
Qur‟an:
....
134
Ibid, h. 221.
135
Ibid. h. 28-29.
101 Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang
lurus...” Q.S al-Bayyinah [98]: 5 Islam cukup besar menaruh perhatiannya terhadap niat atau perasaan yang
menyertai amal perbuatan manusia. Karena nilai amal manusia pada hakikatnya kembali kepada si pemiliknya, dan tergantung kepada niatnya.
136
Pada novel
Syurga yang Tak Dirindukan,
Asma Nadia menampilkan nilai akhlak tentang ikhlas. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel
Syurga yang Tak Dirindukan
yang menggambarkan tentang ikhlas. Ego, luka hati perempuan, kemarahan, dan kekecewaan. Rumah tangga
mereka sempurna, tanpa masalah serius. Atau dia yang tidak peka? Namun bongkahan perasaan sakit hati luruh saat menerima kabar Pras
kritis di rumah sakit. Selama laki-laki itu hidup, ya, Allah... Dan do‟anya terjawab.
Takdir ini harus dia terima. Menjadi istri pertama dan menerima kehadiran yang kedua. Berdamai dengan kenyataan. Walaupun selam di
rumah sakit saat menunggu Pras siuman, dia dan Mei hanya berbagiair mata, bukan tegur sapa.
“Ini hadiah-Nya untuk keikhlasan kamu, Rin”. Komentar Sita.
137
Pada bagian lain Asma Nadia juga menampilkan gambaran lain tentang ikhlas.
Pertanyaan demi pertanyaan yang kemudian tak lagi dicari jawabannya oleh Arini. Ia memilih menerima keadaan. Tidak memperumit sesuatu yang
telah Allah selesaikan untuknya. Yang terpenting sekarang Pras kembali.
138
Dalam kutipan di atas digambarkan bagaimana sosok Arini yang telah ikhlas menerima takdirnya menjadi istri pertama dan menerima kehadiran yang kedua, serta
136
Muhammad al-Ghazali, Op.Cit, h. 139.
137
Asma Nadia 2, Op.Cit, h. 128.
138
Ibid, h. 129.
102 lebih menerima keadaan dengan cara tidak memperumit sesuatu yang telah Allah
selesaikan untuknya.
4. Syukur