3. Penerapan Ilmu Lebih Komprehensif Tiga partisipan pada penelitian ini menyebutkan kurikulum berbasis
berbasis kompetensi itu adalah sistem yang penerapannya lebih kompleks atau komprehensif. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 5 dan partisipan 6.
“Sejujurnya menurut saya dengan sistem KBK ini saya belajarnya jadi menyeluruh dan tidak terputus-putus. Misalnya
blok 1 aman nyaman 1 dan blok 2 aman nyaman 2, jadi di blok 1 saya belajar mengenai masalah medisnya dan di blok 2 belajar
mengenai askepnya, jadi semuanya berkesinambungan dan menyeluruh “ Partisipan 5
” Kbk ini semua pembelajaran itu digabungkan dalam satu blok dan dalam blok itu kita belajar secara komprehensif, ada belajar
tentang anak, maternitas jiwa dan yang lainya, jadi kita memahami pembelajaran itu secara keseluruhan. Tidak hanya
berfokus pada blok matakuliah itu saja “ Partisipan 6
1.2.3 Hambatan dalam Kurikulum berbasis Kompetensi
Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi bukan tanpa hambatan, partisipan mengatakan terdapat beberapa hambatan dalam pelaksaaan kurikulum
berbasis kompetensi yaitu, 1 jadwal sering berubah, 2 kejenuhan mahasiswa, 3 metode mengajar dosen masih seperti kurikulum lama, 4 sarana prasarana
yang belum memadai. 1. Format penjadwal yang belum tepat
Tujuh partisipan pada penelitian ini mengatakan yang menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah format
penjadwalan yang belum tepat. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 5 dan partisipan 6.
Universitas Sumatera Utara
“ Pertama masalah jadwal kuliah, Awalnya jadwal sudah diatur sedemikian rupa di BRP, namun banyak permasalahan,
diantaranya jadwal yang harus diganti karena dosen yang berhalangan masuk atau ada jadwal yang bertabrakan dengan
adik kelas atau kakak kelas dan mencari hari gantinya saja susah, dan ujung-ujungnya berdampak terhadap ujian “ Partisipan 5
“Trus masalah jadwal perkuliahan ya, itu menjadi hambatan untuk kami melaksanakan perkuliahan kbk ini, karena jadwalnya
banyak yang tidak sesuai..datang ga kuliah juga, datang ga kuliah juga”Partisipan 6
2. Kejenuhan Mahasiswa Tiga partisipan menyatakan jenuh dengan kurikulum berbasis kompetensi
karena beberapa alasan yakni jadwal yang padat, cara mengajar dosen. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 1 dan partisipan 5.
“Karenakan kami di program KBK ini ada program blok..jadi tu harus kerja target setiap bulannya, setiap bloknya berapa minggu
gitu, sepertinya saya merasa ga tenggang waktunya antara blok satunya dengan blok yang lain, jadi sempat jenuh juga sih karena
terus menerus tanpa adanya istirahat “ Partisipan 1
“ Sebenarnya jenuhlah dengan jadwal yang padat setiap hari, dulu kan sewaktu SMA katanya kuliah itu gak terlalu sibuk, dan
buktinya lebih lebih sibuk rupanya “ Partisipan 5
3. Metode mengajar dosen masih seperti kurikulum lama Tiga partisipan menyatakan paradigm mengajar para pendidik merupakan
hambatan dalam kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 6 dan partisipan 7.
“Kurang baik lah, monoton, datang duduk buka slide, kemudian membaca seluruh yang di slide tanpa ada menanyakan atau
berkomukasi dengan mahasiswa, tanpa ada diskusi sedikitpun” Partisipan 6
”Karna kan ada yang menjelaskan itu dengan membaca slide aja, udah gitu gak ada ngasih contoh.” Partisipan 7
Universitas Sumatera Utara
4. Sarana yang Kurang Memadai Lima partisipan menyatakan sarana dan prasana menjadi hambatan
yang cukup menjadi sorotan dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 2 dan partisipan 3.
“ Kalo menurut saya..kurang kondusif dengan satu kelas itu berjumlah 100 orang lebih” Partisipan 2
“Ya hambatannya mungkin ruangan yang tidak memadai ya menurut saya..kami satu angkatan seratus orang lebih ditempatkan
di satu kelas.. ya kurang efisien lah belajarnya.. apalagi yang duduk di belakang.. udah lah panas, dan terkadang suara
microfonnya nya mau kurang jelas terdengar, pecah..jadi kurang fokus” Partisipan 5
1.2.4 Respon Mahasiswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi