6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi
1.1 Defenisi Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi ialah perangkat rencana dan peraturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. Selain itu
kurikulum berbasis kompetensi ialah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada kemampuan atau tingkat kecerdasan penuh tanggung jawab dari profesi
tertentu dalam menjalankan tugasnya di tempat kerjanya standar kompetensi Dikti, 2008. Kurikulum berbasis kompetensi juga merupakan kurikulum yang
berorientasi pada hasil yang berupa kompetensi atau kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah dilaksanakan sejumlah pengalaman belajar tertentu sehingga
mampu bersaing didunia kerja Purnomo, 2005. 1.2 Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Hal-hal yang mendasari pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah The Four Pillars of UNESCO yaitu seseorang yang memiliki kompeten
harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut : a landasan kemampuan pengembangan kepribadian, b kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan
know how and know why, dan kemampuan berkarya know to do, c kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri,
menilai, dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab to be, d dapat
Universitas Sumatera Utara
hidup bermasyarakat dengan berkerjasama, saling menghormati, dan menghargai nilai-nilai pluralism, dan kedamaian to live togetherDikti, 2008.
1.3 Alasan Perubahan Kurikulum Beberapa hal yang melatar belakangi konsep kurikulum yang tercantum
dalam Kepmendiknas No. 232U2000 dan No. 045U2002 yaitu lebih bnyak di dorong oleh masalah-masalah global atau eksternal. Masalah tersebut antara
lainnya adalah sebagai berikut : a persaingan dunia global, yang berakibat juga terhadap persaingan perguruan tinggi di dalam maupun di luar negeri, sehingga
perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang dapat bersaing secara global, b adanya perubahan orientasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya
menghasilkan manusia cerdas berilmu tetapi juga mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di masyarakat kompeten dan relevan, yang lebih
berbudaya, c adanya perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan dalam penerimaan tenaga kerja, yaitu adanya persyaratan
softskills yang dominan disamping hardskillsnya. Konsep kurikulum ini didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai atau dimiliki oleh
lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu ada perubahan ini juga di dorong oleh adanya
perubahan otonomi perguruan tinggi yang di jamin oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang memberi kemudahan kepada perguruan tinggi untuk
menentukan dan mengembangkan kurikulumnya sendiri Dikti, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa perubahan konsep dari kurikulum berbasis isi Kepmendikbud No. 056U1994 ke kurikulum berbasis kompetensi Kepmendiknas No.
232U2000 dan 045U2002 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : PERUBAHAN KONSEP KURIKULUM
No Tinjauan
Kurikulum Berbasis Isi KURNAS 1994
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2000
1 Latar belakang
Perubahan Masalah internal
Masalah global 2
Basis kurikulum Berbasis isiContent Based
Curricullum Berbasis kompetensi
Competency Based Curricullum
3 Luaran PT
Kemampuan minimal sesuaisasaran
kurikulumnya Kompetensi yang dianggap
mampu oleh masyarakat.
4 Penilai kualitas
Lulusan Perguruan tinggi sendiri
Perguruan Tinggi dan pengguna lulusan
stakeholders
5 Cara menyusun
Mulai dari isi keilmuannya Mulai dari penetapan profil
lulusan dan kompetensi 6
Penekanan Output , lebih banyak
menekankan hard skill Outcome, keseimbangan
hardskill dan softskill
7 Pembelajaran
Teacher centered learning TCL, dengan titik berat
pada transfer of knowledge Student centered learning
SCL, diarahkan pada pembekalan method of
inquiry and discovery
Tabel 1. Perubahan Konsep Kurikulum Dikti, 2008 1.4 Metode Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi
Dikti 2008 menjelaskan bahwa ada beragam metode pembelajaran untuk SCL, di antaranya adalah: 1 Small Group Discussion; 2 Role-Play
Simulation; 3 Case Study; 4 Discovery Learning DL; 5 Self-Directed Learning SDL; 6 Cooperative Learning CL; 7 Collaborative Learning
CbL; 8 Contextual Instruction CI; 9 Project Based Learning PjBL; dan 10 Problem Based Learning and Inquiry PBLI. Dibawah ini akan dijelaskan
Universitas Sumatera Utara
satu persatu bagaimana kesepuluh model pembelajaran Student Center Learning SCL dalam kurikulum berbasis kompetensi, yaitu :
1.4.1 Small Group Discussion Diskusi adalah pembelajaran dengan cara mahasiswa membuat kelompok
kecil yang beranggotakan 5-10 orang, kemudian yang akan mendiskusikan bahan yang berikan oleh dosen atau diperoleh sendiri oleh kelompok tersebut. Dengan
diskusi kelompok kecil ini, mahasiswa diharapkan akan belajar: a menjadi pendengar yang baik; b bekerjasama untuk tugas bersama; c memberikan dan
menerima umpan balik yang konstruktif; d menghormati perbedaan pendapat; e mendukung pendapat dengan bukti; dan f menghargai sudut pandang yang
bervariasi gender, budaya, dan lain-lain. 1.4.2 SimulasiDemonstrasi
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi dapat berbentuk: a permainan peran
role playing. Contohnya dalam pembelajaran manajemen keperawatan tiap mahasiswa diberi peran seperti kepala ruangan, katim, atau perawat pelaksana, b
Simulation exercices and Simulation games, dan c model komputer. Simulasi dapat mengubah cara pandang mindset mahasiswa, dengan catatan mahasiswa
harus menerapkannya sesering mungkin dalam kehidupan bermasyarakat. 1.4.3 Discovery Learning
Discovery Learning DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang
dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara
Universitas Sumatera Utara
belajar mandiri. Metode ini juga menekankan pada seberapa besar keinginan seorang mahasiswa untuk memperkaya ilmunya.
1.4.4 Self-Directed Learning Self-Directed Learning SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas
inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya
oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap kemajuan
belajar yang telah dilakukan individu mahasiswatersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar
adalah tanggung jawab mereka sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap semua fikiran dan tindakan yang
dilakukannya. 1.4.5 Cooperative Learning
Cooperative Learning CL adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalahkasus atau mengerjakan
suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang mahasiswa, yang memiliki kemampuan akademik yang beragam.
CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah: a kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa b
rasa tanggung jawab individu dan kelompok mahasiswa, c kemampuan dan keterampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan d keterampilan sosial
mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
1.4.6 Collaborative Learning Collaborative
Learning CbL
adalah metode
belajar yang
menitikberatkan pada kerjasama antar mahasiswa yang didasarkan pada kesepakatan yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalahtugaskasus
memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan
waktu dan tempat diskusikerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusikerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui
keputusan bersama antar anggota kelompok. 1.4.7 Contextual Instruction
Contextual Instruction CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengann situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan
memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Pada
intinya dengan CI, dosen dan mahasiswa memanfaatkan pengetahuan secara bersama-sama, untuk mencapai kompetensi yang dituntut oleh matakuliah, serta
memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dalam pembelajaran untuk belajar satu sama lain.
1.4.8 Project-Based Learning Project-Based Learning PjBl adalah metode belajar yang sistematis,
yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarianpenggalian inquiry yang panjang dan terstruktur terhadap
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati.
1.4.9 Problem-Based LearningInquiry PBLI Problem-Based
LearningInquiryPBLI adalah
belajar dengan
memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarianpenggalian informasi inquiry untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Secara umum ada
empat langkah yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBLI, yaitu: a menerima masalah yang relevan dengan salah satubeberapa kompetensi yang dituntut
matakuliah, dari dosennya, b melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah, c menata data dan mengaitkan data dengan
masalah, dan d menganalis strategi pemecahan masalah. PBLI adalah belajar dengan
memanfaatkan masalah
dan mahasiswa
harus melakukan
pencarianpenggalian informasi inquiry untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
1.5 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi 1.5.1 Kondisi Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Saat ini belum banyak perguruan tinggi yang menerapkan sistem kurikulum berbasis kompetensi. Proses pembelajaran perguruan tinggi saat ini
kebanyakan masih berbentuk lecturing tatap muka, pembelajaran searah dengan dosen sebagai pemberi ilmu teacher center learning. Proses belajar seperti ini
hanya akan membuat mahasiswa menjadi lebih banyak diam dan kurang aktif dalam pembelajaran. Sudah banyak upaya yang dilakukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran ini, misalnya kombinasi lecturing, tanya-jawab, pemberian
Universitas Sumatera Utara
tugas yang semuanya itu diberdasarkan dari pengalaman mengajar dosen yang bersangkutan bersifat trial error. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan
materi dan proses pembelajaran di perguruan tinggi dengan tidak lagi berbentuk teacher center learning tetapi berganti prinsip menjadi student center learning
yang di sesuaikan dengan keadaan perguruan tingginya Dikti, 2008. 1.5.2 Perubahan dari TCL Teacher Center Learning kearah SCL Student Center
Learning Proses pembelajaran dengan mengunakan paradigma lama dengan dosen
sebagai penyedia pendidikan, saat ini tidak akan mampu mengatasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat. Hal ini sejalan
dengan alasan lahirnya kurikulum berbasis kompetensi, yaitu semakin pesatnya kemajuan dunia kerja secara global menuntut tersedianya tenaga kerja memiliki
kompetensi yang mampu bersaing di di pasar dunia. Oleh karena itu SCL sebagai paradigma baru diharapkan mampu menjadi solusi untuk mencapai kompetensi
tersebut. Paradigma baru inimenempatkan dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan
mahasiswa bersama dosen memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan keterampilannya method of inquiry and discovery.
Dengan paradigma inilah proses pembelajaran learning process dilakukan Dikti, 2008.
Secara lebih rinci perbedaan antara metode pembelajaran berpusat pada guru teacher centered learning dan student centered learning antara lain seperti
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Teacher Center Learning Student Center Learning
A Pengetahuan ditransfer dari dosen
ke mahasiswa Mahasiswa secara aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya
B Mahasiswa menerima
pengetahuansecara pasif Mahasiswa secara aktif terlibat di
dalammengelola pengetahuan
C Lebih menekankan pada
penguasaanmateri Tidak hanya menekankan pada
penguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter
mahasiswa life-long learning
D Biasanya memanfaatkan media
tunggal Memanfaatkan banyak media
multimedia E
Fungsi dosen atau pengajar sebagai pemberi informasi utama dan
evaluator Fungsi dosen sebagai fasilitator
dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa.
F Proses pembelajaran dan penilaian
dilakukan secara terpisah Proses pembelajaran dan penilaian
dilakukan saling berkesinambungan dan terintegrasi
G Menekankan pada jawaban yang
benar saja Penekanan pada proses
pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi
salah satu sumber belajar
H Sesuai untuk mengembangkan
ilmu dalam satu disiplin saja Sesuai untuk pengembangan ilmu
dengan cara pendekatan interdisipliner
I Iklim belajar lebih individualis dan
Kompetitif Iklim yang dikembangkan lebih
bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif
J Hanya mahasiswa yang dianggap
melakukan proses pembelajaran Mahasiswa dan dosen belajar
bersama didalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan
keterampilan.
K Perkuliahan merupakan bagian
terbesar dalam proses pembelajaran
Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi
dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan
L Penekanan pada tuntasnya materi
Pembelajaran Penekanan pada pencapaian
kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi.
M Penekanan pada bagaimana cara
dosen melakukan pembelajaran Penekanan pada bagaimana cara
mahasiswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan
pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based
learning dan skill competency.
Tabel 2. Rangkuman Perbedaan TCL dan SCL Dikti, 2008
Universitas Sumatera Utara
1.6 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Keperawatan Kurikulum berbasis kompetensi dalam keperawatan bisa dikatakan
menjadi solusi terbaru untuk memajukan profesi keperawatan agar mampu bersaing dengan secara global. Hal ini sesuai dengan tema pertemuaan AIPNI
pada Oktober 2003 s.d November 2007. Di dasari oleh Kepmendiknas No. 232U2000, 045U2002 dan UU No. 20 Tahun 2003 serta untuk mengantisipasi
perkembangan global, AIPNI merasa perlu untuk melakukan perubahan pada kurikulum Keperawatan. Pengembangan kurikulum keperawatan didasarkan pada
pengembangan masalah yang berorientasi pada hal diberikut : 1 sehat-sakit, 2 etika keperawatan, 3 keberagaman budaya, 4 hubungan perawat-pasien, 5
pengasuhan CaringAIPNI, 2008. Berikut ini penjelasan mengenai pemgembangan kurikulum keperawatan berdasarkan masalah adalah sebagai
berikut : 1.6.1 Sehat-sakit
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dalam rentang sehat sakit yang dapat diartikan sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat adalah tanggung jawab individu yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti
yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya-upaya promotif, preventif,
rehabilitatif dan kuratif. Selain itu sehat ditentukan oleh kemampuan individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk membuat tujuan yang realistik, serta
Universitas Sumatera Utara
kemampuan untuk menggerakkan energi dan sumber-sumber yang tersedia untuk mencapaitujuan tersebut secara efektif dan efisien.
1.6.2 Etika Keperawatan Etika adalah suatu prinsip dan metode yang sistematik untuk membedakan
antara yang benar dari yang salah, antara yang baik dari yang buruk. Budaya, teknologi, agamakepercayaan, dan perbedaan status ekonomi menjadi dasar
untuk penetapan keputusan terkait dengan masalah etika. Konsep etika keperawatan meliputi praktek keperawatan yang berdasarkan pada pemikiran
inovatif dan antisipatif tentang tanggung jawab dan kewajiban ners terhadap pasien.
1.6.3 Keragaman Budaya Asuhan keperawatan kepada pasien, ners harus diberikan dengan
memperhatikan aspek keberagaman budaya. Hal ini menjadi dasar pemikiran bahwa setiap pasien itu adalah individu yang unik. Pengembangan asuhan
keperawatan mengacu pada keberagaman budaya, perbedaan gaya hidup, kepercayaan yang dianut, simbol dan pola budaya pasien.
1.6.4 Hubungan Perawat-Pasien Hubungan perawat-pasien adalah suatu hubungan interpersonal yang
profesional dan terapeutik. Tujuan dari hubungan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien, bukan kebutuhan tim kesehatan. Hubungan profesional perawat
dan pasien didasarkan pada pemahaman bahwa pasien adalah orang yang paling tepat untuk membuat keputusan. Peran utama tim kesehatan dalam membantu
pasien membuat keputusan adalah memfasilitasi dan memberdayakan potensi
Universitas Sumatera Utara
internal pasien.
Dengan demikian,
hubungan yang
terjadi haruslah
menguntungkan pasien dan tidak memiliki efek yang negatif bagi pasien. 1.6.5 PengasuhanKepedulian Caring
Caring adalah proses interpersonal yang menunjukkan perilaku yang berhubungan dengan orang lain dalam memfasilitasi perkembangan seseorang.
Tema konseptual caring ini mengandung tingkat pemahaman peserta didik selama proses pendidikan terhadap keberadaan pasien yang sedang mengalami satu atau
beberapa masalah kesehatan AIPNI, 2008. Pendekatan utama dalam pengembangan pembelajaran keperawatan yang
sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi meliputi : a menyelesaikan masalah secara ilmiah yaitu kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah
ditumbuhkan sejak dini dan dibina melalui berbagai bentuk pengalaman belajar terintegrasi. Metode ini merupakan landasan utama untuk menumbuhkan dan
membina kemampuan memahami dan menerapkan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, b pembelajaran berfokus pada peserta
didik,maksudnya ialah peserta didik diarahkan untuk belajar aktif dan mandiri melalui
metode pembelajaran
berfokus pada
peserta didik
dengan mengoptimalkan sumber-sumber pembelajaran untuk mencapai kompetensi ners,
c berorientasi ke masa depan, ialah peserta didik selalu diorientasikan pada perkembangan ke masa depan, sehingga mereka tidak tertinggal didalam
perkembangan global AIPNI, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2. Studi Fenomenologi