2. Studi Fenomenologi
Menurut Fenomenologi dikembangkan Husserl dan Heidegger yang bersumber dari sebuah tradisi filsafat yang merupakan sebuah pendekatan
mengenai pengalaman hidup manusia. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup
seseorang Polit Beck, 2004. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali defenisi atau
konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti Polit, Beck, 2001. Fenomenologi berfokus pada apa yang di alami manusia pada beberapa fenomena
dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Fenomenologis percaya bahwa pengalaman hidup memberi arti penting terhadap persepsi masing-masing
orang dari fenomena tertentu. Selain itu, seorang fenomenolog meyakini bahwa keberadaaan manusia memilik makna dan menarik karena kesadaran masyarakat
terhadap keberadaannya. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul Polit
Hungler, 1997. Berdasarkan dari cara pengambilan kesimpulan dari fenomena yang ada
dari subyek penelitian, ada dua jenis penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretatif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada
penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena fenomena deskriptif, sedangkan fenomenologi interpretatif
lebih kepada penafsiran dari pengalaman atau fenomena yang dialami subyek penelitian Polit, Beck Hungler, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Dalam fenomenologi deskriptif ada tiga fenomenoligist dalam proses analisa data. Dimana ketiga tokoh ini berpedoman pada filosof Husserl yang fokus
utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena. Ketiga tokoh tersebut adalah Collaizzi 1978, Giorgi 1985, dan Van Kaam 1959 Polit, Beck
Hungler, 2001. Kehidupan seseorang bagi fenomenologis adalah sesuatu yang sangat
berharga dan menarik. Selain pada penelitian fenomenologi komunikasi merupakan suatu sumber data utama, percakapan yang mendalam antara peneliti
dan partisipan sebagai subyeknya. Seorang fenomenologis berusaha untuk membantu partisipan mengambarkan pengalaman hidupnya tanpa harus
memimpin diskusi. Selain itu, dalam wawancara yang mendalam, peneliti berusaha untuk merasakan apa yang pernah dialami oleh informan untuk
mendapatkan informasi penuh tentang pengalaman hidup mereka Polit, Beck Hungler, 2001.
3. Keabsahan Data