Indeks Keragaman dan Keseragaman Genus Makrozoobentos Distribusi Genus Makrozoobentos

4.4. Indeks Keragaman dan Keseragaman Genus Makrozoobentos

Hasil analisis nilai indeks keragaman H’ dan indeks keseragaman E genus makrozoobentos pada keempat stasiun disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Nilai Indeks Keragaman dan Keseragaman Genus Makrozoobentos pada Tiap Stasiun Stasiun 1 2 3 4 H 1.37 1.08 1.22 2.06 E 0.62 0.99 0.68 0.76 Hasil penelitian memperlihatkan nilai indeks keragaman genus makrozoobentos pada tiap stasiun berkisar antara 1,08 – 2,06 dan dikategorikan rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Krebs 1978 yang menyatakan bahwa keragaman dikatakan rendah jika 0H’2,302, keragaman sedang jika 2,302H’6,907 dan keragaman tinggi jika H’ 6,907. Rendahnya nilai indeks keragaman pada tiap stasiun disebabkan adanya penyebaran jumlah dari beberapa individu pada tiap genus yang tidak merata. Odum 1993, menyatakan keragaman jenis biota dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keragaman jenisnya dinilai rendah. Nilai indeks keseragaman pada keempat stasiun berkisar antara 0,62 - 0,99 dan dikategorikan tinggi. Krebs 1985 menyatakan nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Jika nilai indeks keseragaman mendekati nol berarti keseragaman rendah disebabkan adanya jenis yang mendominasi. Bila nilai indeks keseragaman mendekati 1, maka keseragaman tinggi disebabkan tidak adanya jenis ynag mendominasi atau dapat dikatakan pembagian jumlah individu pada masing-masing genus seragam atau merata. Lebih lanjut Odum 1998 menyatakan bila indeks keseragaman mendekati satu, maka organisme pada komunitas tersebut menunjukkan keseragaman, sebaliknya bila indeks keseragaman mendekati nol, maka organisme pada komunitas tersebut tidak seragam.

4.5. Distribusi Genus Makrozoobentos

Hasil perhitungan nilai Indeks distribusi makrozoobentos di setiap stasiun menggunakan Indeks Distribusi Morisita terlihat pada Tabel 4.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Nilai Indeks Distribusi Genus Makrozoobentos pada Tiap Stasiun Stasiun Indeks Distribusi Pola Distribusi 1 3.73 Berkelompok 2 3.06 Berkelompok 3 2.98 Berkelompok 4 1.33 Berkelompok Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa nila indeks distribusi genus makrozoobentos pada tiap stasiun lebih besar dari satu atau Id 1. Hal ini menggambarkan pola distribusi genus makrozoobentos pada tiap stasiun penelitian termasuk ke dalam pola distribusi berkelompok. Menurut Southwood dan Anderson 2000 jika indeks distribusi lebih kecil dari satu atau Id 1 maka penyebaran spesies dikatakan seragam, indeks distribusi sama dengan satu atau Id = 1 penyebaran spesies dikatakan acak dan jika indeks distribusi lebih besar dari satu atau Id 1 penyebaran spesies dikatakan berkelompok. Pola berkelompok genus makrozoobentos yang ditemukan pada tiap stasiun diduga disebabkan kondisi lingkungan yang tidak merata pada tiap stasiun. Faktor fisik dan kimia di alam umumnya tidak terdistribusi secara merata, sehingga hal ini menyebabkan distribusi organisme tidak merata. Suin 2002 menyatakan kondisi fisik kimia yang tidak merata pada suatu habitat serta tersedianya makanan sangat menentukan organisme makrozoobentos hidup berkelompok pada habitatnya. Selanjutnya Odum 1994 menyatakan pola distribusi berkelompok merupakan pola yang paling umum dijumpai di alam. Hal ini disebabkan makrozoobentos dalam menjalani hidupnya cenderung mencari tempat yang lebih sesuai untuk mendukung keberadaannya, sehingga akan berpengaruh terhadap pola distribusinya. 4.6. Analisis Korelasi Pearson antara Keragaman Genus Makrozoobentos dengan Faktor Fisik Kimia Air dan Substrat Hasil analisis korelasi Pearson antara keragaman genus makrozoobentos dengan faktor fisik kimia air dan substrat terlidat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Nilai Analisis Korelasi Pearson r antara Keragaman Genus Makrozoobentos dengan Faktor Fisik Kimia Air dan Substrat Universitas Sumatera Utara Suhu air -0.080 Suhu substrat 0.000 Penetrasi cahaya 0.209 Kecepatan arus 0.191 Kedalaman air -0.639 pH air -0.167 H’ pH substrat 0.612 Sal air 0.030 DO 0.253 BOD -0.232 5 NO 0.468 3 PO 0.562 4 Pasir 0.234 Debu 0.403 Liat -0.481 Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa parameter kedalaman air dan pH substrat memiliki nilai korelasi yang tinggi dibanding parameter lainnya, masing- masing sebesar -0,639 dan 0,612. Hal ini menunjukkan kedua parameter fisik kimia tersebut berpengaruh kuat terhadap keragaman genus makrozoobentos. Menurut Sugiyono 2005 interval nilai korelasi dan tingkat hubungan antara faktor adalah sebagai berikut: nilai interval korelasi berkisar antara 0,000 - 0,199 menunjukkan tingkat hubungan antar faktor sangat rendah; nilai interval korelasi antara 0,200 - 0,399 tingkat hubungan antar faktor termasuk rendah; nilai interval korelasi antara 0,400 - 0,599 tingkat hubungan antar faktor termasuk sedang; nilai interval korelasi antara 0,600 - 0,799 tingkat hubungan antar faktor termasuk kuat dan nilai interval korelasi antara 0,800 - 1,000 tingkat hubungan antar faktor termasuk sangat kuat. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa parameter kedalaman air memiliki nilai korelasi yang negatif, hal ini berarti jika kedalaman air semakin meningkat maka, keragaman makrozoobentos akan semakin rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika kedalaman air semakin tinggi maka kandungan oksigen juga semakin rendah di dalam air, demikian juga intensitas cahaya yang masuk ke dalam air juga semakin kecil, yang mana fotosintesis berlangsung kecil menyebabkan fotosintesis yang dilakukan fitoplankton juga semakin kecil. Rendahnya kandungan oksigen dan berkurangnya peristiwa fotosintesis dalam air menyebabkan keragaman makrozoobentos akan semakin kecil juga. Universitas Sumatera Utara Parameter pH substrat memiliki nilai korelasi yang positif terhadap keragaman genus makrozoobentos, yang berarti jika pH substrat semakin tinggi maka keragaman genus makrozoobenthos akan semakin tinggi. Nilai pH substrat yang semakin tinggi menyebabkan proses metabolisme yang dilakukan makrozoobentos akan semakin baik dan dapat meningkatkan pertumbuhan makrozoobentos, sehingga keragamannya juga akan tinggi. Sebaliknya jika pH substrat semakin rendah akan mengganggu proses metabolisme dan menyebabkan pertumbuhan makrozoobentos terganggu, sehingga keragamannya akan rendah. Hasil analisis korelasi juga memperlihatkan nilai korelasi antara kandungan nitrat, fosfat dan substrat debu dengan keragaman genus makrozoobentos bernilai positif masing-masing sebesar 0,468, 0,562 dan 0,403 dengan tingkat hubungan sedang. Hal ini menunjukkan kandungan nitrat, fosfat dan substrat debu berpengaruh positif terhadap nilai keragaman genus makrozoobentos atau dapat dikatakan jika nilai ketiga parameter tersebut mengalami peningkatan maka nilai indeks keragaman genus makrozoobentos juga akan semakin tinggi. Berbeda dengan substrat liat, walaupun juga memiliki tingkat hubungan yang sedang, tetapi nilai korelasinya bernilai negatif - 0,481, sehingga dapat dikatakan substrat liat berpengaruh negatif terhadap nilai keragaman genus makrozoobentos atau dapat dikatakan peningkatan nilai substrat liat dapat mengakibatkan rendahnya nilai keragaman genus makrozoobentos. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan