berkaitan erat dengan tingginya nilai penetrasi cahaya pada stasiun ini. Stasiun 1 merupakan kawasan lebih terbuka dibanding ketiga stasiun lainnya, sehingga
intensitas cahaya matahari yang masuk ke permukaan air juga lebih tinggi, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi suhu perairan di stasiun
tersebut. Priosambodo 2011 menyatakan intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air akan meningkatkan suhu perairan tersebut. Stasiun 2 memiliki suhu
air dan substrat terendah disebabkan stasiun ini merupakan kawasan alami yang banyak ditumbuhi vegetasi nipa Nypa fruticans. Selain nipa, stasiun ini juga
secara visual terlihat memiliki vegetasi mangrove lebih lebat dibanding stasiun lainnya, sehingga intensitas vahaya matahari yang masuk ke kolom air juga lebih
rendah.
4.1.2. Kecepatan Arus
Kecepatan arus berpengaruh bagi kehidupan biota perairan termasuk makrozoobentos terutama dalam hal migrasi. Hasil pengukuran kecepatan arus
pada tiap stasiun mendapatkan nilai yang berkisar antara 1,84 mdetik- 3,43 mdetik Tabel 3.1. Kecepatan arus terendah terdapat pada stasiun 1 dan
tertinggi pada stasiun 4. Tingginya kecepatan arus pada stasiun 4 disebabkan pada stasiun ini banyak dijumpai anak sungai yang mengalir di dalamnya , sehingga
mempengaruhi kecepatan arus di stasiun tersebut. Knox 1986 menyatakan salah satu penyebab tingginya kecepatan arus di suatu perairan adalah adanya sumber
air yang berasal dari anak sungai yang mengalir ke perairan tersebut, selain adanya pengaruh arus akibat pasang surut.
4.1.3. Kedalaman Air
Hasil pengukuran kedalaman air menunjukkan nilai yang berkisar antara 1,30 m-2,10 m. Kedalaman air terendah dijumpai pada stasiun 1 dan tertinggi
pada stasiun 3. Tingginya kedalaman air di stasiun 3 disebabkan pada stasiun tersebut terkadang dijumpai adanya aktivitas masyarakat lokal yang mengambil
pasir pantai untuk bahan membuat rumah mereka, sehingga diduga sebagai penyebab lebih tingginya kedalaman air di stasiun tersebut dari stasiun lainnya..
Universitas Sumatera Utara
4.1.4. Nilai pH Air dan pH Substrat
Hasil pengukuran mendapatkan nilai pH air dan pH substrat yang bervariasi. Nilai pH air pada keempat stasiun berkisar antara 6,70-7.30, sedangkan
untuk pH substrat 6,20-6,40. Cole 1983 menyatakan adanya perbedaan nilai pH pada suatu perairan disebabkan penambahan atau kehilangan CO2 melalui proses
fotosintesis di dalam perairan. Lebih lanjut Rinawati et al. 2007 menyatakan nilai pH yang normal mengindikasikan jumlah bahan organik terlarut sedikit.
Semakin banyak jumlah bahan organik terlarut akan menyebabkan nilai pH menurun, karena konsentrasi CO2 semakin meningkat akibat aktifitas mikroba
dalam menguraikan bahan organik. Secara keseluruhan nilai pH air dan pH substrat pada tiap stasiun masih mendukung kehidupan makrozoobentos. Menurut
Sastrawijaya 1991 nilai pH air dan subsrat yang baik untuk mendukung kehidupan organisme makrozoobentos berkisar antara 5.0 – 8.0. Selanjutnya
Mahida 1993 menyatakan nilai pH yang dibutuhkan makrozoobentos di perairan adalah berkisar 6,00-9,00.
4.1.5. Salinitas Air
Hasil pengukuan salinitas air pada tiap stasiun menunjukkan nilai yang berfluktuasi, berkisar antara 12,50‰-17,90‰. Fluktuasi kisaran nilai salinitas ini
disebabkan pada lokasi penelitian dijumpai adanya aliran sungai yang masuk ke badan perairan sehingga mempengaruhi salinitas pada perairan ini. Nybakken
1992 menyatakan salinitas di perairan pantai dapat berfluktuasi disebabkan adanya sungai-sungai yang mengalirkan air tawar.
Berdasarkan nilai salinitas yang didapat terlihat bahwa kondisi salinitas di perairan estuari Belawan masih dalam kisaran normal untuk perairan estuari dan
masih mendukung kehidupan makrozoobentos. Hutabarat dan Evans 1985 menyatakan kisaran salinitas yang masih dapat mendukung kehidupan organisme
perairan, khususnya fauna makrobenthos adalah 15 - 35‰. Menurut Odum 1994 salinitas dapat mempengaruhi penyebaran
organisme makrozoobentos baik secara horizontal, maupun vertikal. Selanjutnya Effendi 2003 menyatakan bahwa makrozoobentos dari kelompok Gastropoda
yang bersifat mobile mempunyai kemampuan untuk bergerak guna menghindari
Universitas Sumatera Utara
salinitas yang terlalu rendah, namun bivalvia yang bersifat sessile akan mengalami kematian jika pengaruh air tawar berlangsung lama.
4.1.6. Kandungan Oksigen Terlarut