sepasang tentakel pendek dan 4 pasang tentakel panjang, memiliki 2 pasang bintik mata. Mulut terletak di ujung anterior dan anus pada ujung posterior
Gambar 4.7.. Pada setiap ruas mulai ruas ke-3 kecuali ruas yang terakhir, terdapat sepasang parapodia yang memiliki banyak setae. Faring proboscis dapat
dikeluarkan untuk mengambil makanan. Tubuh berwarna kuning kemerahan. Berukuran panjang ± 3 cm – 7 cm Gambar 4.15. Hidup di perairan estuari dan
dalam kawasan hutan mangrove dengan substrat lumpur. p.
Chiton Cangkang berbentuk oval, pada bagian dorsoventral sedikit pipih Tubuh bagian
dorsal dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih seperti genting Gambar 4.16. Memiliki sendi yang dapat dibengkokkan sehingga
tubuh dapat dibulatkan seperti bola. Tubuh berwarna kecoklatan. Berukuran kecil dengan panjang ± 1,5 cm. Hidup pada susbstrat lumpur di kawasan hutan
mangrove.
4.3. Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Makrozoobentos
Hasil perhitungan kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran makrozoobentos pada tiap stasiun disajikan pada Tabel 4.2. Hasil penelitian
memperlihatkan pada stasiun 1 diperoleh 9 genus yaitu: Anadara, Ellobium, Hiatula, Littorina, Lunatia, Nereis, Neritina, Scylla dan Terebralia dengan nilai
kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi dijumpai pada genus Neritina sebesar 7800.60 indm
3
K, 62,75 KR dan 66,67 FK, Stasiun 2 diperoleh 3 genus yaitu: Ceritium, Ellobium dan Neritina dengan nilai
Gambar 4.15. Nereis Gambar 4.16. Chiton
Universitas Sumatera Utara
kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi dijumpai pada genus Ellobium sebesar 5606.68 indm
3
K, 38,98 KR dan 88,89 FK. Stasiun 3 diperoleh 6 genus yaitu: Lunatia, Nereis, Neritina, Telescopium, Tellina
dan Terebralia, dengan nilai kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi dijumpai pada genus Neritina sebesar 4631.60 indm
3
K, 50,00 KR dan 77,78 FK. Stasiun 4 diperoleh 12 genus yaitu: Anadara, Ceritium, Chiton,
Erugosquilla, Littorina, Lunatia, Nereis, Penaeus, Peronidia, Scylla, Tellina dan Terebralia. Nilai kepadatan, kepadatan relatif frekuensi kehadiran tertinggi
dijumpai pada genus Littorina masing-masing sebesar 2681.46 indm
3
Hasil yang didapat secara keseluruhan menunjukkan bahwa kelas Gastropoda memiliki kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran
tertinggi dibanding kelima kelas lainnya Bivalvia, Crustaceae, Malacostraca, Polychaeta dan Polyplacophora. Nilai kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi
kehadiran kelas gastropoda masing-masing sebesar 37784.14 indm K,
23.91 KR dan 77,78 FK.
3
Kelas Gastropoda menyukai suhu perairan yang kurang dari 32°C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hawkes 1979 yang menyatakan makrozoobentos dari
kelas Gastropoda banyak ditemukan di perairan dengan suhu tidak lebih dari 32°C. Suhu lebih besar dari 32°C merupakan lethal temperature Gastropoda.
Selanjutnya Hutabarat dan Evans 1985 menyatakan kisaran suhu yang sesuai untuk kehidupan makrozoobentos kelas Gastropoda berkisar antara 26°C - 31°C.
, 213.91 dan 622.22 Kelas Gastropoda juga memiliki penyebaran yang cukup luas di
perairan estuari yang ditumbuhi hutan mangrove. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pearson 1985 dan Kennish 1990 yang menyatakan makrozoobentos
dari kelas Gastropoda merupakan fauna mangrove dengan penyebaran yang cukup luas, sehingga sering dijumpai mendominasi komunitas fauna bentik di ekosistem
mangrove. Banyaknya ditemukan kelas Gastropoda pada lokasi penelitian juga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya.
Kandungan oksigen terlarut di perairan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kepadatan makrozoobentos termasuk kelas Gastropoda.
Kandungan oksigen terlarut dibutuhkan dalam proses respirasi. Kandungan
Universitas Sumatera Utara
oksigen terlarut yang didapatkan dari hasil penelitian menunjukkan nilai yang masih dapat ditoleransi oleh kelas Gastropoda. Downing 1984 menyatakan
Kelas Gastropoda mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap kandungan oksigen terlarut, dan masih dapat bertahan hidup pada konsentrasi oksigen
minimum 1 mgL. Makrozoobentos dari kelas Gastropoda memiliki toleransi yang besar terhadap pH. Hawkes 1979 menyatakan kelas Gastropoda banyak
ditemukan pada perairan dengan pH berkisar antara 6,5-7,5. Selanjutnya Rakhmanda 2011 menyatakan kelas Gastropoda banyk hidup pada pH 6,9. Nilai
pH air yang didapatkan di lokasi penelitian berkisar antara 6,70 – 7,20 dan masih dalam kisaran toleransi untuk kehidupan kelas Gastropoda..
Berdasarkan kecepatan arus yang didapat di tiap stasiun tergolong kecepatan arus cepat. Menurut Downing 1984 arus dengan kecepatan
59,8 cmdetik tergolong perairan yang berarus cepat dan arus yang memiliki kecepatan 11,7 cmdetik tergolong perairan yang berarus lambat. Perairan yang
berarus cepat merupakan habitat yang sesuai bagi makrozoobentos kelas Gastropoda. Kelompok Gastropoda memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap
kadar salinitas eurihaline berkisar antara 10 ppt-30 ppt. Salinitas yang didapat berkisar antara 12,50 ppt-17,90 ppt dan masih dalan kisaran yang masih dapat
ditoleransi oleh kelas Gastropoda. Kecerahan merupakan parameter yang mempengaruhi kehidupan
makrozoobentos kelas Gastropoda. Parson et al. 1977 menyatakan dalam suatu perairan kecerahan merupakan parameter fisika yang mempengaruhi aktifitas
fotosintesa dari alga dan makrofita. Persebaran alga dan makrofita tersebut mempengaruhi perkembangan Gastropoda, karena merupakan sumber makanan
Gastropoda. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap kepadatan Gastropoda. Semakin dalam suatu perairan, semakin sedikit jumlah Gastropoda yang
didapatkan. Daerah litoral cenderung memiliki jumlah Gastropoda yang lebih tinggi disbanding daerah profundal Sulawety dan Badjory, 1999.
Kelas Gastropoda merupakan makrozoobentos yang menyenangi perairan dengan substrat berlumpur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wey 1989;
Webber dan Thurman 1991 yang menyatakan kelas Gastropoda banyak
Universitas Sumatera Utara
ditemukan pada perairan dengan substrat berlumpur, dikarenakan kelas Gastropoda merupakan makrozoobentos pemakan deposit. Tempat yang paling
baik untuk pemakan deposit adalah substrat berlumpur. Selanjutnya Handayani et al.
2007 menyatakan kelas Gastropoda merupakan organisme yang banyak ditemukan di substrat berlumpur maupun berpasir, tetapi cenderung menyukai
substrat berlumpur.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Nilai Kepadatan indm
3
N0
, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Genus Makrozoobentos pada Tiap Stasiun
Taksa Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Stasiun 4 K indm
3
KR FK
K indm
3
KR FK
K indm
3
KR FK
K indm
3
KR FK
Kelas Bivalvia
1 Anadara
243.77 1.96
11.11 -
- -
- -
- 243.77
2.17 11.11
2 Hiatula
487.54 3.92
11.11 -
- -
- -
- -
- -
3 Peronidia
- -
- -
- -
- -
- 243.77
2.17 11.11
4 Tellina
- -
- -
- -
487.54 5.26
11.11 2437.69
21.74 77.78
Kelas Crustaceae
5 Erugosquilla
- -
- -
- -
- -
- 243.77
2.17 11.11
6 Scylla
731.31 5.88
44.44 -
- -
- -
- 243.77
2.17 11.11
Kelas Gastropoda
7 Ceritium
- -
- 3656.53
25.42 33.33
- -
- 731.31
6.52 22.22
8 Ellobium
487.54 3.92
11.11 5606.68
38.98 88.89
- -
- -
- -
9 Littorina
487.54 3.92
22.22 -
- -
- -
- 2681.46
23.91 55.56
10 Lunatia
1462.61 11.76
22.22 -
- -
975.07 10.53
22.22 487.54
4.35 11.11
11 Neritina
7800.60 62.75
66.67 5119.14
35.59 66.67
4631.60 50.00
77.78 -
- -
12 Telescopium
- -
- -
- -
243.77 2.63
11.11 -
- -
13 Terebralia
487.54 3.92
22.22 -
- -
2437.69 26.32
66.67 487.54
4.35 22.22
Kelas Malacostraca
14 Penaeus
- -
- -
- -
- -
- 975.07
8.70 11.11
Kelas Polychaeta
15 Nereis
243.77 1.96
11.11 -
- -
487.54 5.26
22.22 1950.15
17.39 33.33
Kelas Polyplacophora
16 Chiton
- -
- -
- -
- -
- 487.54
4.35 11.11
Total 12432.20
100.00 222.22
14382.35 100.00
188.89 9263.21
100.00 211.11
11213.36 100.00
277.78
Universitas Sumatera Utara
4.4. Indeks Keragaman dan Keseragaman Genus Makrozoobentos