c. Kecepatan Arus.
Menurut Kementerian Lingkungan hidup 2011 arus mempunyai pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan biota perairan. Di perairan
dengan dasar lumpur arus dapat mengaduk endapan lumpur sehingga mengakibatkan kekeruhan air yang dapat menyebabkan kematian bagi beberapa
biota perairan. Kekeruhan juga dapat mengakibatkan berkurangnya penetrasi sinar matahari, sehingga mengurangi aktivitas fotosintesis. Manfaat dari arus bagi
banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut.
d. Salinitas
Salinitas adalah jumlah total garam-garam terlarut dinyatakan dalam gram, yang terkandung dalam 1 kg air laut. Di daerah khatulistiwa, salinitas
mempunyai nilai yang rendah. Salinitas tertinggi terdapat di daerah lintang 20° LU dan 20° LS, kemudian menurun kembali pada daerah lintang yang lebih
tinggi. Keadaan salinitas yang rendah pada daerah sekitar ekuator disebabkan oleh tingginya curah hujan Wiwoho, 2008.
Salinitas merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan penyebaran biota laut termasuk makrozoobentos. Salinitas juga berperan dalam
mempengaruhi proses osmoregulasi biota perairan termasuk makrozoobentos. Salinitas pada kedalaman 100 meter pertama, dapat dikatakan konstan, walaupun
terdapat sedikit perbedaan yang tidak mempengaruhi ekologi secara nyata, sedangkan pada kedalaman 0 m hingga hampir mencapai 1.000 m salinitas
berkisar antara 35,5‰ dan 37‰ Nybakken, 1992.
e. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam perairan, terutama dalam proses respirasi sebagian besar organisme air termasuk
makrozoobentos. Menurut Darmono 2001 kehidupan makhluk hidup di dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen
minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari
Universitas Sumatera Utara
jumlah tanamannya dan dari atmosfir udara yang masuk kedalam air. Fardiaz 1992 menyatakan konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
mengakibatkan biota perairan yang membutuhkan oksigen akan mati. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air pada temperatur 0ºC adalah
sebesar 14,16 mgl. Peningkatan temperatur air akan menyebabkan konsentrasi oksigen dalam perairan akan menurun, demikian pula sebaliknya. Kelarutan
oksigen akan berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga oksigen di laut ataupun perairan estuari cenderung lebih rendah dari kadar oksigen di perairan
tawar Effendi, 2003. Kisaran toleransi makrozoobentos terhadap oksigen terlarut berbeda-beda.
f. Biochemical Oxigen Demand BOD
Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam menguraikan senyawa organik yang diukur pada
suhu 20ºC. Sugiharto 1987 menyatakan organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk
mengoksidasikan bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel. Alaerts dan Santika 1987 menyatakan bahwa pengujian BOD penting dalam aktifitas pengendalian
pencemaran perairan
g. Derajat Keasaman pH
Setiap spesies organisme perairan memiliki kisaran toleransi yang berbeda terhadap pH. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada
umumnya berkisar 7 - 8,5 KepMen LH, 2004. Wardhana 1995 menyatakan kondisi perairan yang bersifat sangat asam ataupun basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas
berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang akan mengancam kelangsungan hidup organisme perairan, sedangkan pH yang tinggi
akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam perairan
Universitas Sumatera Utara
akan terganggu, dimana kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat toksik bagi organisme perairan.
a. Substrat Dasar