1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Krisis keuangan pada tahun 2007-2008, disebut sebagai “the credit crunch” atau “krisis kredit”. Pertama mulai muncul di permukaan pada 9 Agustus 2007, ketika
investor mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai sekuritasi mortgage di Amerika Serikat yang berakibat pada krisis likuiditas yang berujung pada injeksi capital atas
pasar financial oleh federal reserve dan European Central Bank. Hal ini mengakibatkan kegagalan di lembaga keuangan dan pembekuan dari pasar modal,
dengan efek yang sangat signifikan pada ekonomi riil baik di Negara maju dan berkembang. Pemulihan atas dampak tersebut tampaknya sedang berlangsung. Krisis
ini juga telah menunjukkan bahwa lembaga keuangan dan pasar saling berhubungan erat baik di dalam negeri maupun di seluruh Negara Damartriadi, 2009
Namun hal ini tidak sebanding dengan minat investor yang melakukan Perburuan saham perbankan yang dilakukan oleh investor yang berhasil mengantar
indeks menyentuh level 4.500 IHSG 2013 untuk pertama kalinya dan juga merupakan level tertinggi sepanjang sejarah bursa. Sentimen negatif dari tingginya
inflasi bulan Januari 2013 serta turunnya kinerja ekspor tidak menghalangi kenaikan indeks harga saham gabungan IHSG Bursa Efek Indonesia. Melonjaknya saham
sektor perbankan di atas 2 persen yang diikuti sektor lainnya mampu mendongkrak indeks. Pada perdagangan sesi pertama Jumat, 1 Februari 2013, indeks saham
melambung 64,115 poin 1,44 persen ke level 4.517,818 dan investor asing kembali
Universitas Sumatera Utara
2
mencatat pembelian bersih Rp 553 miliar. Volume perdagangan mencapai 3,15 miliar saham dengan nilai Rp 3,13 triliun serta frekuensi 94 ribu kali transaksi lebih. Harga
153 saham, 64 saham turun, serta 98 saham lainnya stagnan Muhammad Alfatih, 2012
Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih menjelaskan ekspektasi tumbuhnya kinerja perbankan 2012 dan prospek di tahun 2013 membuat
saham perbankan kembali diborong pemodal. Sebagai contoh, saham Bank BNI BBNI naik 8,3 persen menjadi Rp 4.250, Bank Mandiri BMRI 4,4 persen ke Rp
9.450, serta Bank BCA juga menguat 3,9 persen menjadi Rp 9.950 per saham. Meskipun sudah naik cukup kencang, potensi kenaikan masih ada walau sudah mulai
terbatas. Tetap tumbuhnya perekonomian domestik membuka peluang tumbuhnya kredit perbankan. Fokus investor tertuju pada laporan keuangan emiten. “Saham-
saham yang diperkirakan masih mencatat pertumbuhan kembali diakumulasi pemodal dan untuk saat ini sektor perbankan,” tuturnya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
orang banyak UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, pasal 1 ayat 2. Pada dasarnya falsafah yang melandasi kegiatan usaha bank adalah kepercayaan dari
nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan, bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal sendiri dari pemilik atau
pemegang saham. Oleh sebab itu, pengelola bank dalam melakukan usahanya dituntut
Universitas Sumatera Utara
3
untuk menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai
sesuai dengan jenis penanamannya. Secara umum semakin tinggi kinerja suatu bank semakin tinggi laba usahanya
dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik Koetin, 2002 : 89. Meskipun
demikian, perusahaan yang memiliki kinerja baik harga saham nya bisa saja turun karena keadaan pasar yang jelek bearish yang menyebabkan kepercayaan terhadap
pemodal terguncang, namun saham ini tidak akan sampai hilang jika kepercayaan pemodal kembali pulih.
Defenisi saham menurut para ahli adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5.
Saham dapat disebut juga sebagai equity securities. Equity securities merupakan bukti kepemilikan perusahaan. Investor yang
memiliki sejumlah equity securities saham perusahaan berhak atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan Fabozzi, 2002. Baik perusahaan kecil maupun besar
menerbitkan saham sebagai upaya memperoleh tambahan dana dalam rangka menambah kapasitas produksi barang dan jasa.
Universitas Sumatera Utara
4
Dividend menurut Stice at al 2004:902 menyatakan bahwa “Deviden adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai
dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”, sedangkan menurut Skousen et al 2001:757 ”Deviden adalah pendistribusian laba secara
proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Dividen dibagikan berdasarkan kebijakan perusahaan. Kebijakan
perusahaan yang menentukan jumlah laba perusahaan yang dibagikan kepada investor yang berupa dividen atau dapat menyimpannya sebagai laba ditahan. Yield adalah
presentase dividen dengan harga saham pada periode sebelumnya. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga sekarang relatif dengan harga yang
sebelumnya. Adapun Return total dari portofolio saham sangat diperhitungkan investor untuk memaksimalkan keuntungan. Return total adalah saham yang berasal
dari capital gain ditambah dividend yield Jones, 2007. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang
lalu Jogiyanto, 2003. Dalam investasi saham capital gain loss dapat terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Jika harga saham
sekarang lebih tinggi dari harga saham periode lalu maka investor dapat dikatakan memperoleh keuntungan modal capital gain, sebaliknya jika harga saham sekarang
lebih rendah dari harga saham periode lalu maka investor mengalami kerugian modal capital loss.
Universitas Sumatera Utara
5
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto 1998:109, return saham dibedakan menjadi dua yaitu, return realisasi dan
return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting dalam mengukur kinerja
perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa yang akan datang dan
masih bersifat tidak pasti. Firm size juga digunakan investor sebagai indikator apakah mampu
menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan
dengan ukuran lebih besar dipandang lebih tahan krisis sehingga akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana
eksternal. Perusahaan besar dinilai kurang memberikan laba yang besar tetapi memilki kepastian dalam hal memperoleh keuntungan. Firm size mempengaruhi
keputusan investor karena adanya faktor resiko bisnis. Perusahaan kecil cenderung menggunakan keuntungannya untuk melakukan ekspansi. Dalam keadaan tersebut
tentunya perusahaan akan meningkatkan laba ditahan yang akan berdampak pada menurunnya jumlah dividend yang dibagikan bahkan tidak sama sekali Fama dan
French, 1992. Dariush Foroghi dan Bahare Khorsandifar dari University of Isfahan Iran
dalam jurnal ilmiah mereka yang berjudul The Effectt of Size, Book to Market Value
Universitas Sumatera Utara
6
Ratio and momentum on Stock Return on Listed Companies in Teheran Stock Exchange 2011, menemukan hasil yang sama bahwa perusahaan dengan rasio Book
to Market Ratio yang tinggi menunjukkan return yang tinggi pula dan memiliki pengaruh positif. Book to market ratio BM ratio merupakan rasio yang digunakan
sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Menurut Robert Ang 1997 menyatakan bahwa book to market ratio
merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan
melalui harga pasarnya. Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai perusahaan relative lebih rendah
dari pada nilai buku perusahaan. Secara teoritis book to market ratio memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi book
to market ratio suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan book to market
ratio rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi,
sedangkan Fama dan French 1992 menyatakan nilai book to market ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja buruk dan cenderung
mengalami kesulitan keuangan financial distress atau mempunyai prospek yang kurang baik. Fama dan French 1992 berkesimpulan bahwa book to market ratio
mempunyai hubungan negatif terhadap return,yang artinya semakin besar nilai book to market ratio maka semakin kecil return saham suatu perusahaan dan juga
sebaliknya. Selain melihat dari nilai pasar suatu saham, investor menggunakan momentum sering dijadikan indikator apakah mampu menghadapi krisis dalam
Universitas Sumatera Utara
7
menjalankan usahanya,hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan.
Penelitian tentang strategi momentum mula-mula diperkenalkan oleh Jegadeesh dan Titman 1993. Mereka menemukan pembelian saham pemenang
winners periode yang lalu dan menjual saham pecundang losers pada periode yang lalu memperoleh abnormal return yang signifikan. Abnormal return sendiri
disebabkan perubahan harga saham yang sangat drastis. Griffin, Ji, dan Martin 2005 menemukan bahwa dengan menggunakan strategi pendapatan dan keuntungan harga
momentum ditambah return dan pendapatan masa lalu memperoleh return yang lebih tinggi dibanding hanya menggunakan salah satu strategi saja. Penelitian mereka pun
menyimpulkan keuntungan momentum tidak didorong hanya pada jangka pendek tetapi dengan mengambil return masa lalu yang tinggi untuk mengalahkan
pertumbuhan indeks pasar telah menghasilkan return jangka panjang pembelian terus menerus untuk melebihi indeks pasar.
Joseph Nicholson menyatakan bahwa volume merefleksikan semua aktivitas perdagangan di pasar modal, “volume is the business of the market itself; the buying
and selling of shares”. Volume merefleksikan aktivitas perdagangan di pasar modal, karenanya volume menjadi indikator yang penting dalam menganalisis aktivitas
pasar. Volume bisa tinggi atau rendah, mengukur tingkat ketertarikan investor. Di Indonesia investor dapat melakukan investasi saham dengan cara membeli
saham-saham perusahaan emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
8
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikelompokkan berdasarkan sektor usaha yang dilakukan, salah satunya adalah sektor perbankan.
Sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, para investor tentunya sangat memerlukan tersedianya informasi. Informasi-informasi tersebut diperlukan untuk
dapat memprediksi besarnya return saham yang akan diterima dari investasi yang dilakukan. Informasi yang dimaksudkan terkait dengan faktor-faktor yang
berhubungan dan memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian Derry Darusman 2012 menunjukan bahwa
Firm Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Book to Market Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap return saham. Price Earning Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham perusahaan. Momentum terjadi
pada minggu ke-2, 4, dan 8 setelah pembentukan harga saham. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa investor cenderung spekulatif dalam melakukan
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kinerja suatu bank semakin tinggi
laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Untuk mengetahui
return saham Bank public yang terdaftar di BEI yang 24 saham diantaranya diperdagangkan di bursa efek Jakarta, maka peneliti memasukkan variabel seperti
firm size, book to market ratio dan momentum. Variabel tersebut merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja bank dan bagi investor sebagai informasi untuk
mengetahui return saham perusahaan tersebut. Dengan demikian penelitian ini diberi
Universitas Sumatera Utara
9
judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To-Market Ratio dan Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia BEI 2009-2011”.
1.2 Perumusan masalah