Pengaruh ukuran perusahaan, book to market, beta, earning dan financial distress terhadap subsequent return saham : pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2009 – 2013

(1)

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, BOOK TO MARKET, BETA, EARNING DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP SUBSEQUENT

RETURN SAHAM

(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh Amri Irawan NIM 109082000097

PROGRAM S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / 1436


(2)

i

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, BOOK TO MARKET, BETA, EARNING DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP SUBSEQUENT RETURN

SAHAM

(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh Amri Irawan NIM 109082000097

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP Wilda Farah.,SE.,Msi.Ak.,CPA.,CA NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19830326 200912 2 005

PROGRAM S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / 1436


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 3 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Amri Irawan

2. NIM : 109082000097

3. Jurusan : Akuntansi/ Akuntansi Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Mei 2015

1. Zuhairan Yunmi Yunan.,SE.,M.Ak ( ) NIP. 19800416 2000912 1 002 Ketua

2. Dr. Rini.,SE.,Ak.,M.Si.,CA ( )

NIP. 19760315 200501 2 002 Sekretaris

3. Atiqah.,SE.,M.S.,Ak ( )


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 24 Juni 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Amri Irawan

2. NIM : 109082000097

3. Jurusan : Akuntansi/ Akuntansi Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Juni 2015

1. Ade Sofyan Mulazid, Dr.,MA ( )

NIP. 19750101 200501 1 008 Ketua

2. Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA ( ) NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris

3. Putriesty Mandasari,SE.,M.Si. ( ) NIP. 19840608 201101 2 010 Penguji Ahli

4. Dr. Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP ( ) NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I

5. Wilda Farah.,SE.,Msi.Ak.,CPA.,CA ( )


(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandata tangan di bawah ini: 1. Nama : Amri Irawan 2. NIM : 109082000097 3. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

4. Jurusan : Akuntansi/ Akuntansi Manajemen

Dengani ni menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Juni 2015


(6)

v

D A F T A R R I W A Y A T H I D U P

I D E N T I T A S P R I B A D I

Nama : Amri Irawan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat tangga lahir : Sulursari, 07 Agustus 1990 Alamat : Jl. H. Saidi I No. 57 Rt. 014/007

Kel. Cipete Utara, Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Telepon/Hp : 0838 7568 3093

Email : amri.irawan@hotmail.com Anak ke dari : 1 dari 4 bersaudara

P E N D I D I K A N F O R M A L

Jenjang Pendidikan Tempat Tahun

Sekolah Dasar SD Negeri Sulursari 01 1997-2000 SD Negeri Pegangsaan 01 2000-2003 Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Jakarta 2003-2006 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 46 Jakarta 2006-2009

Kuliah (S1) Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-2015 P E N D I D I K A N N O N F O R M A L / W O R K S H O P

Peserta Kursus Bahasa Inggris GEC


(7)

vi S E M I N A R / W O R K S H O P

Peserta Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”

Peserta Workshop ACCURATE di MARABI STAPI INDONESIA 2015 Peserta Workshop Kaprodi Akuntansi pembuatan RPP kurikulum 2013 P E N G A L A M A N K E R J A

Guru Produktif dan Kaprodi Jurusan Akuntansi di SMK Darur Roja Cinere P E N G A L A M A N O R G A N I S A S I

Ketua MPK dan BPK (OSIS) SMP Negeri 1 Jakarta 2004-2005 Pengurus Ekstrakulikuler Futsal SMA Negeri 46 Jakarta

Pengurus Yamabushi Karate Dojo Cabang UIN Jakarta Anggota Operator Dapodikmen tingkat SMK kota Depok Pengurus Yayasan Darur Roja Kholiliyah Cinere, Kota Depok L A T A R B E L A K A N G K E L U A R G A

Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara

Ayah : Kaslam

Ibu : Kusmiyati

Wali : Nurokhman


(8)

vii

The Influence of Firm Size, Book to Market, Beta, Earning and the Financial Distress toward Subsequent Stock Return

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the influence of the firm size, Book To Market, Beta, Earnings, Financial Distress and Subsequent Stock Return. The variables in this research using a Fama Three Factors variable (beta, firm size, book to market) and added earnings ratio, afterwards all these variables regressed back with subsequent stock returns. Sample of 65 companies listed in Indonesia Stock Exchange within timeperiod from 2009 - 2013 resulting in 325 samples of data penel.

This research is tested by two models which the first model is using the firm size, book to market , beta , earning on financial distress .The second model is using the firm size, book to market, beta, earning and financial distress on subsequent stock return. This research is using eviews 7.1 application with purposive sampling and regression analysis that using a fixed effect approach for both model. This research is using causality research with the quantitative data.

The results of research shows that the first model is finding the effect of bankruptcy prediction ( zscore ) which is influenced by the firm size, book to market , beta , and earning significantly and simultaneously generate Adjusted R-squared is almost at 95%. While the second models is finding the influence subsequent stock returns which are influenced by firm size, beta, earnings and zscore significantly and simultaneously generate Adjusted R-squared is almost by 45%.

Keyword : Model predictions of bankruptcy , firm size , altman zscore , beta , book to market , earning , fama three factors and subsequent stock return


(9)

viii

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhi dari Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning, Financial Distress dan Subsequent Return Saham. Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel Fama Three Factors (beta saham, ukuran perusahaan, book to market) dan ditambah rasio earning, kemudian semua variabel tersebut diregresikan kembali dengan subsequent return saham.Sampel 65 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 sampai 2013 sehingga menghasilkan data penel sebanyak 325 sampel.

Penelitian ini diuji dengan 2 model yaitu model pertama dengan persamaan Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning terhadap Financial Distress. Model kedua dengan persamaan Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham. Menggunakan aplikasi eviews 7.1 dengan metode pengambilan sampel purposive sampling dan analisis regresi menggunakan pendekatan fixed effect untuk kedua model persamaan tersebut. Jenis penelitian menggunakan penelitian kausalitas dengan sifat data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model I yaitu mencari pengaruh prediksi kebangkrutan (zscore) yang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, book to market, beta saham, dan earning secara signifikan dan secara simultan menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar 95% dan signifikan secara simultan, sedangkan model II yaitu mencari pengaruh subsequent return saham yang dipengaruhi ukuran perusahaan, beta saham, earning dan zscore secara signifikan dan secara simultan menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar 45% dan signifikan secara simultan.

Kata kunci: Model prediksi kebangkrutan, ukuran perusahaan, Altman Zscore, beta saham, book to market, earning, fama three factors dan subsequent return saham.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang menguasai segala yang ada dan tiada, tempat kembalinya setiap jiwa, asa dan karsa serta Yang Maha Penganugerah, yang telah memberikan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik pada akhirnya. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW selaku uswatun hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya.

Peneliti menyadari sebagai hamba Allah SWT yang memiliki kekurangan dan sebagai makhluk sosial yang bersifat interpedensi tentu tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh sebab itu peneliti ucapkan terima kasih yang setulusnya atas bantuan moril maupun materil kepada:

1. Orang tua tercinta yaitu Kaslam, Kusmiyati, Nurokhman, keluarga di Bekasi dan di Purwodadi yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan penulis disetiap waktu dan adikku Irma, Afal, Adit dan Alvino yang tercinta 2. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Hepi Prayudiawan SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr.Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing

Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.


(11)

x

6. Kak Wilda Farah.,SE.,MSi.Ak.,CPA.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Kak Vera berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi, saya berdoa semoga hajat kak vera berjalan dengan baik.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

8. Nisa Khairany yang selalu memberi dukungan, kesetian dan semangat yang tiada hentinya dalam doa dan tindakan, terimakasih Nta, serta teman-teman segengnya yang asik dan menarik di Fakultas Tarbiyah, terimaksih salam hangat untuk kalian semoga cepat skripsian.

9. Sahabat seperjuanganku Fahmi Setiawan, Muhammad Umar, Rifki Sulviar, Erick Dermawan terimakasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis. 10.Sahabatku Galih, Koco, Adis, Adi, Gofur, Willy, Adam, Bonte, Wahi dan

rekan-rekan ACID Akuntansi C 2009 lainnya begitu juga teman-teman rekan guru dan siswa/i SMK Darur Roja dan Keluarga besar Yayasan yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

11.Teman-teman Akuntansi UIN 2009 dan teman-teman Yamabushi Karate Dojo dan Sensei Suwito

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan , semangat, masukan dan doa yang telah diberikan, Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan menjadi amal kebajikan di akhirat. Akhirnya Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa mengiringi setiap langkah kita. Amiin yaa rabbal „aalamiin, Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 05 Juni 2015


(12)

xi DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

1. Manfaat Bagi Pengembangan Akademik ... 19

2. Manfaat Bagi Pengembangan Praktik... 20

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 21

A. Tinjauan Literatur ... 21

1. Basis Teori ... 21

a. Signalling Theory ... 21

b. Resources Based Theory (RBT) ... 23

c. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 24

d. Capital Asset Pricing Model (CAPM) ... 27


(13)

xii

2. Imbal Hasil (Return) Saham ... 29

3. Financial Distress ... 32

4. Z-Score ... 34

5. Firm Size (Ukuran Perusahaan) ... 43

6. Book to Market Ratio ... 45

7. Beta Saham ... 47

8. Earning ... 48

B. Penelitian Sebelumnya ... 49

C. Dasar Perumusan Hipotesis ... 56

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size) dengan Financial Distress ... 56

2. Hubungan book to market dengan Financial Distress ... 57

3. Hubungan Beta dengan Financial Distress ... 57

4. Hubungan Earning dengan Financial Distress ... 59

5. Hubungan Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta dan Earning dengan Financial Distress ... 59

6. Hubungan Financial Distress dengan Return Saham ... 60

7. Hubungan Ukuran Perusahaandengan Return Saham ... 62

8. Hubungan Book to Market Ratio dengan Return Saham ... 64

9. Hubungan Beta dengan Return saham ... 65

10. Hubungan Earning dengan Return Saham ... 66

11. Hubungan Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan ZScore dengan subsequent return saham ... 67

D. Kerangka Berpikir ... 69

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 72

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 72

B. Metode Pemilihan Sampel ... 72

C. Jenis Penelitian ... 73

D. Metode Pengumpulan Data ... 74


(14)

xiii

F. Pengujian Statistik ... 87

G. Operasionalisaisi Variabel Penelitian ... 94

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 101

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 101

B. Hasil Uji Analisis Data ... 106

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 106

2. Analisis Korelasi antar Variabel ... 110

3. Hasil Analisis Data Panel ... 110

4. Hasil Estimasi Model ... 121

5. Pengujian Hipotesis ... 124

6. Pembahasan ... 137

BAB V. PENUTUP ... 147

A. Kesimpulan ... 147

1. Model I Pengaruh Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore ... 148

a. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap Z-Score ... 148

b. Book-to-market berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score ... 149

c. Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score ... 150

d. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score ... 151

e. Secara Simultan variabel Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning serta ZScore ... 152

2. Model II Pengaruh ZScore, Ukuran Perusahaan, Beta, Book to Market, dan Earning, terhadap Return saham ... 152

a. Zscore berpengaruh signifikan negatifterhadap return saham ... 152

b. Ukuran Perusahaanberpengaruh signifikan negatif terhadap return saham ... 153 c. Book to Market berpengaruh signifikan negatif


(15)

xiv

terhadap return saham ... 154 d. Beta berpengaruh signifikan positif terhadap

return saham ... 155 e. Earning berpengaruh signifikan positif

terhadap return saham ... 156 f. Secara Simultan variabel ZScore, Ukuran Perusahaan, beta,

book to market, dan earning, dan return saham ... 157 B . I m p l i k a s i . . . 1 5 7 C . K e t e r b a t a s a n . . . 1 6 0 D . S a r a n . . . 1 6 1 D A F T A R P U S T A K A . . . 1 6 2 L A M P I R A N - L A M P I R A N . . . 1 6 9


(16)

xv DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

Tabel 1.1 Non Performance loan 2

Tabel 1.2 Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi 3 Tabel 1.3 Penurunan Laba Importir akibat Depresiais Rupiah 6

Tabel 1.4 Daftar perusahaan delisting 6

Tabel 2.1 Interpretasi Z-Score 35

Tabel 2.2 Hasil penelitian terdahulu 50

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran 100

Tabel 4.1 Seleksi Sampel 101

Tabel 4.2 Profil Sampel Penelitian 102

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif 107 Tabel 4. 4 Hasil Uji Correlation iantar Variabel 110 Tabel 4. 5 Hasil regresi Common Effect Model I 111

Tabel 4. 6 Hasil regresi Common Effect Model II 112 Tabel 4. 7 Hasil regresi Fixed Effect (FEM) Model I 113

Tabel 4. 8 Hasil regresi Fixed Effect (FEM) Model II 114 Tabel 4. 9 Hasil regresi Random Effect Model (FEM) Model I 115


(17)

xvi

Tabel 4. 10 Hasil regresi Random Effect Model (FEM) Model II 116

Tabel 4. 11 Hasil Uji Chow Model I 118

Tabel 4. 12 Hasil Uji Hausman Model I 119

Tabel 4. 13 Hasil Uji Chow Model II 119

Tabel 4. 14 Hasil Uji Hausman Model II 120

Tabel 4. 15 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I 122 Tabel 4. 16 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II 123 Tabel 4. 17 Hasil Ringkasan Hipotesis untuk Model I 128 Tabel 4. 18 Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II 129 Tabel 4. 19 Hasil Ringkasa Hipotesis untuk Model II 135 Tabel 4. 20 Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II 136


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US 5 Gambar 1.2 Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral

Manufaktur dengan IHSG 12

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 70


(19)

xviii

D A F T A R L A M P I R A N

K e t e r a n g a n H a l

Daftar Nilai Perusahaan Manufaktur 2009-2013 164

Hasil Uji Statistik Deskriptif 171

Hasil Regresi Common Effect (Pooled Least Square) Model I 172 Hasil Regresi Common Effect (Pooled Least Square) Model II 173

Hasil Regresi Fixed Effect (Fem) Model I 174

Hasil Regresi Fixed Effect (Fem) Model II 175 Hasil Regresi Random Effect Model (Rem) Model I 176 Hasil Regresi Random Effect Model (Rem) Model II 177

Hasil Uji Chow Model I 178

Hasil Uji Hausman Model I 179

Hasil Uji Chow Model II 180


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada saat ini ketahanan dan kestabilan perekonomian Indonesia sedang diuji dengan berbagai kondisi gejolak perekonomian dunia yang tidak stabil. Berbagai krisis ekonomi yang melanda Benua Amerika di awal tahun 2008 dan Benua Eropa akibat krisis likuiditas serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan risiko makro ekonomi yang meningkat. Dengan berbagai keadaan ini dapat memungkinkan meningkatnya ketidakpastian perekonomian global diantaranya akibat dari ketidak pastian penanganan krisis di Eropa dan kekhawatiran fiscal cliff di Amerika Serikat, serta turunnya harga komoditas ekspor di pasar global (Erani dan Sri, 2013).

Turunnya harga beberapa komoditas pertambangan akibat krisis ekonomi Eropa membuat realisasi investasi di luar Pulau Jawa ikut mengalami penurunan (Rosalina, 2012). Sektor pertambangan yang menjadi penanaman investasi terbesar di Indonesia mulai turun di semester I 2012 dan tren investasi mulai beralih ke manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, di tahun 2013 sektor penyerap tenaga kerja (buruh) ini mengalami peningkatan mencapai 24 % dari produk domestik bruto. Sektor manufaktur dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, maka sangat baik jika sektor manufaktur dapat tumbuh. Namun sektor manufaktur


(21)

2 memerlukan dana yang besar. Bersumber dari pinjaman kreditor maka dapat menutupi permodalan operasi perusahaan manufaktur. Bank merupakan pemberi pinjaman yang banyak diambil. Jika dalam keadaan krisis yang berimbas operasi perusahaan maka kesulitan pembayaran pinjaman akan mempengaruhi kepercayaan bank. Kesulitan likuiditas ini akan tercermin pada peningkatan Non Performing Loan (NPL) dari tahun ke tahun mengalami penurunan semenjak krisis tahun 2008. Penurunan NPL dari tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel di bawah.

Tabel 1.1

Non Performance Loan

Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Walaupun sektor manufaktur menjadi tren dalam dunia investasi, namun di awal tahun 2013 berdasarkan Laporan Kajian Stabilitas Sistem Keuangan per Maret 2013 yang diterbitkan Bank Indonesia, hasil stress test menunjukkan peningkatan NPL dari 2,29% pada akhir 2012 menjadi 5,39% pada akhir semester I-2013 atau meningkat 310 basis poin (bps) dan potensi tekanan terbesar terjadi pada risiko kredit (Dwitiya Grace, 2013). Sektor yang


(22)

3 mengalami NPL tertinggi yaitu sektor basic industry, yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.2

Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi

Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Dengan melihat NPL perbankan, kita dapat mengetahui kredit bermasalah yang terjadi di perbankan. Semakin tinggi angka persentase NPL perbankan maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami kredit bermasalah dengan perbankan (Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, 2012).

Dengan melihat permasalahan kredit maka pihak manajer keuangan memiliki kewajiban dalam membuat keputusan pendanaan, baik secara mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus bunga tetap (Brealey, Myers, Marcus, 2007). Dengan membuka keran investasi ke masyarakat dengan menjadi perusahaan yang terbuka maka permodalan keuangan dapat diperoleh. Pasar modal menjadi sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber darimasyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Dengan investasi di pasar modal maka investasi


(23)

4 masyarakat akan menjadi dana segar bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya menjadi lebih baik. (Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel Nicky, 2008).

Para investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahulu agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan (return). Rasa aman merupakan hal terpenting yang harus diberikan perusahaan dalam mengelolah permodalan investasinya. Kewajiban perusahaan yang mendapatkan permodalannya harus dapat memberikan imbal hasil dari permodalan tersebut, sehingga investor tidak salah dalam memilih saham perusahaan yang diinvestasikan. Karena tujuan utama investor yaitu mendapatkan imbal hasil dari investasi maka tugas manajer keuangan yang diartikan sebagai manajemen dana yang bertugas mengalokasikan dana investasi secara efektif (Murti, 2011).

Memperoleh return (keuntungan) merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor dipasar modal. Para investor menggunakan berbagai analisis cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham,maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal, seperti broker, dealer, maupun manajer investasi. Pola perilaku perdagangan saham di pasarmodal dapat memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di pasar modaltersebut. Pola perilaku harga saham akan menentukan pola return yang


(24)

5 diterima dari saham tersebut (Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel Nicky, 2008).

Saat ini Indonesia dalam krisis nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang meningkat di atas Rp. 11.000 (Dat 03 waspada online, September 2013). Pelemahan ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.

Gambar 1.1

Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US

Sumber: www.sahamok.com/grafik-usd-vs-idr-rupiah/

Pelemahan nilai tukar akan mempengaruhi nilai transaksi perusahaan manufaktur dimana perusahaan manufaktur bahan baku utamanya berasal dari import menyebabkan kenaikan biaya bahan baku impor sehingga Cost of Goods Sold (COGS) pada masing-masing sektor meningkat sesuai dengan persentase kandungan impor dari sektor tersebut. Seperti yang dialami emiten PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), yang ikut terpengaruh penurunan nilai tukar rupiah. Sebab, emiten ini memakai bahan baku impor, yakni tepung gandum untuk diolah jadi beraneka produk. Akibatnya, terjadi penurunan laba importir yang menyebabkan korporasi mengalami penurunan Debt Service Coverage Ratio (DSCR) dan mengakibatkan penurunan kinerja kreditnya di bank yang berdampak pada CAR dan NPL perbankan.


(25)

6 Tabel 1.3

Penurunan Laba Importir akibat Depresiasi Rupiah

Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id. Beberapa perusahaan dapat mengalami kerugian walaupun sudah masuk ke dalam lantai bursa. Beberapa perusahaan yang di kategorikan suspend oleh Busa Efek Indonesia (BEI) sehingga pencatatan saham dihapus jika perusahaan mengalami peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara finansial maupun secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka. (Nur Firdaus, 2013).

Beberapa perusahaan yang mengalami delisting atau keluar dari pasar modal diantaranya terlihat di bawah ini.

Tabel 1.4

Daftar perusahaan delisting

Nama Perusahaan Tahun Keterangan

PT. Texmaco Jaya Tbk Oktober 2008 Delisting karna kesulitan likuiditas

Apexindopratama Duta Tbk.

(Apex) Maret 2009

Delisting karena kesulitan likuiditas

Siwani Makmur Tbk

(SIMA) Januari 2011

kondisi operasional dan keuangan yang memburuk Suryainti Permata Tbk

(SIIP) Februari 2012

Delisiting karena

penyelesaian utang yang berlarut -laru


(26)

7 Tabel 1.4 (Lanjutan)

Nama Perusahaan Tahun Keterangan

PT Cipendawa Tbk (CPDW) 30 Juni 2013 Suspend PT Panca Wiratama Sakti Tbk

(PWSI) 2013 Suspend

PT Berlian Laju Tanker Tbk

(BLTA) 2013 Suspend

PT Central Proteinaprima Tbk

(CPRO) 2013 Suspend

PT Metro Batavia

(Batavia Air) Januari 2013 Pailit alias bangkrut PT Amstelco Indonesia Tbk Februari 2013 Suspend

Indo Setu Bara Resources Tbk

(CPDW) 2013 Suspend

PT Amstelco Indonesia (INCF) 2013 Suspend

Sumber :data diolah dari www.sahamok.com/emiten/saham-delisting/

Sangat berbahaya jika perusahaan yang sudah dalam kategori perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami krisis likuiditas maka akan merugikan banyak pihak terutama pemilik saham, perusahaan dan masyarakat. Investasi yang dilakukan investor akan sia-sia jika perusahaan yang di investasinya mengalami kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mengakibatkan financial distress maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan.

Menurut Peter dan Yoseph (2011), analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan terbuka (go public) akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah, investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar (default), karyawan perusahaan tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta manajemen


(27)

8 perusahaan itu sendiri. Secara tidak langsung kemampuan beradaptasi dengan lingkungan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Ketidak mampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-ubah akan menurunkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan. Kondisi demikian dialami oleh banyak perusahaan saat krisis moneter terjadi.

Penerapan manajeman keuangan dalam perusahaan public telah ditetapkan dengan berbagai rambu-rambu BAPEPAM. Dalam keputusan BAPEPAM nomor kep-82/pm/1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham tertentu seperti penerapan kebijakan perlindungan terhadap minoritas share holder prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan. Jika perusahaannya dalam keadaan kesulitan, maka berpeluang bagi pihak manajer untuk membuat informasi yang asymmetris terhadap pihak pemegang saham (stock holder) yang menyebabkan penilaian terhadap perusahaan tidak dapat seluruhnya sesuai dengan value dari asset yang ada.

Informasi yang asymmetris akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan tidak terkecuali para investor yang ingin membeli saham perusahaan. Seorang investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi ini berguna sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat keuntungan beserta risiko saham yang dibeli atau dijual. Sebelum menginvestasikan dananya, investor melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan bertujuan menghasilkan


(28)

9 keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk dividen atau

capital gain. Jika informasi tersebut tidak mencerminan keadaan

sesungguhnya perusahaan maka pembaca laporan tersebut akan tersesat. Data yang asymmetris dapat ditemukan karena adanya hubungan keagenan yaitu hubungan antara pemilik modal dan pihak manajemen. Pemilik saham yang memiliki latar belakang, selera, kekayaan, kerangka waktu dan kesempatan pribadi yang berbeda. Namun semua itu memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan nilai pasar dari investasi pemegang saham atas perusahaan (Brealey, Myers, Marcus, 2007). Dengan adanya tujuan tersebut maka tugas manajerlah untuk melakukannya, sehingga berbagai cara dilakukan baik atau buruk, etis atau tidak.

Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan, risiko, dividen, tingkat suku bunga, penawaran, permintaan, laju inflasi, kebijaksanaan pemerintah dan kondisi perekonomiaan (Thobarry, 2009). Karena perubahan faktor-faktor di atas harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat.


(29)

10 Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting (Atmini dalam Hadi dan Anggarini

, 2008

).

I

nvestor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan beberapa perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan. Rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan(Thobarry, 2009).

Analisis financial distress dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Metode Altman Z-Score dapat diterapkan untuk pengujian karakteristik kegagalan usaha perusahaan dengan menentukan variabel yang efektif untuk memprediksi financial distress di masa depan. Model ini juga dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan melalui rasio keuangan (Rida dan Adam, 2011). Menurut Foster (1986), dengan memperhatikan 4 (empat) hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan salah satunya mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress).

Analisis harga saham perusahaan sangat penting bagi para investor yang ingin baru masuk dalam dunia investasi. Walaupun secara kenyataan bahwa harga saham di pasar modal menurun belum tentu dikarenakan keuangan


(30)

11 perusahaan tersebut sedang buruk, namun karena imbas permintaan dan penawaran berbagai spekulasi investor lain yang mangakibatkan tren harga saham di sektor tersebut turun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para investor baru yang ingin membeli saham dalam harga diskon (murah). Dengan melihat market capitalization atau ukuran perusahaan dapat menjadi landasan bahwa perusahaan tersebut memiliki fundamental yang baik. Selain itu analisis beta saham juga dapat menjadi acuan akan ketahanan perusahaan dari pengaruh pasar yang ada.

R&I salah satu lembaga pemeringkat asal Jepang menilai perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh sekira 6 persen dalam jangka menengah. Hal tersebut dapat dilakukan bila dapat memperkuat basis industrinya dengan memanfaatkan Foreign Direct Investment (FDI). Selain itu, defisit fiskal kemungkinan akan tetap rendah, dengan sektor perbankan tetap terjaga, dan peningkatan beban utang pemerintah tidak bertambah. Dengan faktor-faktor tersebut, R&I menegaskan peringkat investasi Indonesia tetap di BBB- (Fakhri, 2013). Dengan adanya peningkatan perekonomian Indonesia maka pasar investasi di Indonesia masih menjanjikan.

Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada pertengahan tahun 2013 menyeburkan bahwa diantara 5 sektor yang merupakan tujuan investasi Penanaman Modal Asing (PMA), sektor industri barang kimia dasar dan farmasi tercatat USD 1,2 miliar pada peringkat ke 2 di atas industri logam


(31)

12 dasar, mesin elektronik, industri alat angkutan dan transportasi lainnya, industri kertas dan percetakan (Wan, 2013).

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, bahwa kinerja keuangan perusahaan akan menjadi sorotan para investor dan kreditor sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan, maka dengan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mempengaruhi pandangan yang mengakibatkan penurunan kepercayaan yang berimbas penurunan kepercayaan investasi yang mempengaruhi saham perusahaan. Selain akibat krisis keuangan global dan melemahnya nilai tukar rupiah yang mengakibatkan penurunan nilai laba, maka penelitian ini ingin melihat akibat imbas berbagai kesulitan yang terjadi saat ini dengan keadaan saham perusahaannya. Dengan menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur karena sektor ini termasuk sektor penting yang diantaranya membantu naik turunnya keadaan saham di IDX.

Gambar 1.2

Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral Manufaktur dengan IHSG


(32)

13 Maka dengan melihat hal ini maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2013”.

Penelitian-penelitian terdahulu oleh para ahli tentang saham sudah sering dilakukan William, Agung (2013) dengan menggunakan populasi perusahaan sektor aneka industri. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya bahwa variabel book to market dan earning yield berpengaruh signifikan sedangkan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel book to market untuk semua perusahaan di sektor manufaktur yang memiliki harga saham yang berfluktuatif cenderung turun pada keadaan tahun sekarang. Dengan melihat keadaan return saham perusahaan tersebut.

Penelitian lainnya tentang kondisi financial distress diantaranya yang dilakukan oleh Altman (1968) merupakan penelitian awal yang memanfaatkan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Altman menemukan ada lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut dengan menggunakan analisis multiple discriminant analysis. Kelima rasio tersebut terdiri dari: cash flow to total


(33)

14 debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to total assets, dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuidasi dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali rasio yang digunakan Altman dalam memprediksi financial distress di sektor manufaktur seperti yang dilakukan Altman.

Pengujian atas pengaruh book to market terhadap return saham dilakukan oleh Utama dan Lumondang (2009), didapatkan kesimpulan bahwa book to markat berpengaruh terhadap return saham. Hasil yang sama juga dibuktikan oleh penelitian Brad dan John (1997), yang berisi peningkatan book to market akan mempengaruhi net income perusahaan yang menjadi daya tarik investor dalam melihat harga saham dan mencapai imbal hasil yang diinginkan serta firm size, book to market berpengaruh signifikan terhadap security return. Kedua penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel Firm Size dan Book to Market yang diteliti oleh Brad dan John (1997) dan Bankruptcy risk oleh Utama dan Lumondang (2009). Kedua penelitian ini menggunakan variabel dependen return saham dan ingin menguji kembali penelitian sebelumnya untuk saham sektor manufaktur.

Beberapa penelitian terdahulu tentang size effect dan book to market effect yang dilakukan oleh Chan dan Chen (1991) merupaka variabel yang


(34)

15 mempengaruhi imbal hasil (return) saham. Dalam penelitian Fama dan Frech (1992) memperkirakan bahwa book to market effect mungkin muncul karena adanya distress risk. Sehingga dalam penelitian sekarang ingin melihat kembali apakah book to market effect dan distress risk akan berpengaruh terhadap return saham perusahaan.

Peneliti menggunakan variabel financial distress kebanyakan dilakukan untuk mengukur kebangkrutan perusahaan namun dalam penelitian ini peneliti ingin melihat keadaan ini terhadap return saham perusahaan apakah berpengaruh secara signifikan atau tidak, serta ukuran perusahaan (firm size) dan book to market dalam penelitian sebelumnya juga mempengaruhi return saham dan peneliti ingin melihat apakah di priode penelitian sekarang dapat mendapatkan hasil yang sama.

Penelitian tentang beta saham dilakukan oleh Herman dan Suk (2007), metode penelitian dengan menggunakan analisis simple regression dan kemudian menggunakan multiple regression. Dalam penelitian sekarang yang membedakan yaitu variabel financial distress. Penggunaan variabel beta dalam penelitian sekarang adalah ingin melihat tingkat risiko pasar pada perusahaan sektor manufaktur.

Penelitian tentang Earning dilakukan oleh Solechan (2009), dimana variabel Earning yang digunakan sama dengan peneliti menghasilkan pengaruh positif terhadap return saham. Dalam penelitian sekarang menggunakan data populasi perusahaan sektor manufaktur berbeda dengan penelitian sebelumnya


(35)

16 yang menggunakaan populasi semua perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia.

Peneliti mengambil topik ini karena pada saat ini investasi sangat banyak diminati diantaranya oleh masyarakat luas, pengusaha maupun perusahaan dilihat dari banyaknya investor dan perusahaan sekuritas yang ada. Dalam berinvestasi hal-hal yang harus dilihat diantaranya kesehatan perusahaan. Perusahaan yang sehat akan memberikan imbal hasil yang baik. Penggunaan prediksi kesehatan perusahaan sangat membantu untuk melihat bagaimana pondasi keuangan perusahaan dalam mengahadapi keadaan bisnis usaha yang susah ditebak maka faktor prediksi kesehatan diperlukan baik pihak perusahaan maupun para investor.

Dalam penelitian kali ini, variabel yang diteliti mengambil variabel Fama Three Factor Model yaitu beta, firm size dan book to market, penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel Capital Assets Pricing Model (CAPM) yang menggunakan variabel beta saham dalam meneliti return saham yang kemungkinan dapat menghasilkan persamaan yang lebih baik dengan menggunakan subsequent return saham. Pemilihan subsequent return saham dinilai lebih tepat untuk melihat bagaimana keadaan perusahaan setelah di audit. Penggunaan populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go public yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar selama periode 2009-2013. Pemilihan populasi ini seperti yang dilakukan Altman dalam menilai kebangkrutan sehingga industri ini memiliki populasi


(36)

17 yang sangat tepat untuk penelitian saat ini. Banyak penelitian sebelumnya hanya meneliti dengan satu regresi, namun penelitian ini menggunakan double regresi dengan melihat bagaimana keadaan subsequent return saham dilihat rasio kebangkrutan perusahaan. Metode uji yang digunakan yaitu dengan aplikasi eviews yang masih jarang digunakan dimana penelitian sebelumnya masih banyak menggunakan aplikasi spss. Peneliti menggunakan aplikasi eviews karena data yang digunakan peneliti menggunakan data panel, dimana data panel lebih tepat menggunakan aplikasi eviews dari pada yang lainnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini terfokus pada:

1. Apakah Ukuran Perusahaanberpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress?

2. Apakah Book to Market berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress?

3. Apakah Beta berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress? 4. Apakah Earning berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress? 5. Apakah Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta dan Earning

berpengaruh secara simultan terhadap Financial Distress?

6. Apakah Financial Distress berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?


(37)

18 7. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap

Subsequent Return Saham?

8. Apakah Book to Market berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

9. Apakah Beta berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

10.Apakah Earning berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

11.Apakah Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financial Distress berpengaruh secara simultan terhadap Subsequent

Return Saham?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang:

1. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaansecara parsial terhadap Financial Distress?

2. Untuk mengetahui pengaruh Book to Market secara parsial terhadap Financial Distress?

3. Untuk mengetahui pengaruh Beta secara parsial terhadap Financial Distress?

4. Untuk mengetahui pengaruh Earning secara parsial terhadap Financial Distress?


(38)

19 5. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market,Beta,

dan Earning secara simultan terhadap Financial Distress?

6. Untuk mengetahui pengaruh Financial Distress secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

7. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

8. Untuk mengetahui pengaruh Book to Market secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

9. Untuk mengetahui pengaruh Beta secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

10.Untuk mengetahui pengaruh Earning secara parsial terhadap Subsequent Return Saham?

11.Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financil Distress secara simultan terhadap Subsequent

Return Saham?

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Bagi Pengembangan Akademik

a. Pemanfaatan variabel penelitian dengan menggunakan rasio variabel Ukuran Perusahaan , book to market, beta maupun earning terkait financial distress dengan metode Altman z-score perusahaan dan bersama–sama pengaruhnya terhadap subsequent return saham perusahaan terutama sektor manufaktur sebagai indikator bagaimana


(39)

20 menilai keadaan perusahaan yaitu dalam keadaan sehat atau keadaan kesulitan keuangan.

b. Bagi peneliti penelitian ini bermanfaat untuk membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan teori yang dipelajari atas faktor yang mempengaruhi financial distress dan subsequent return saham perusahaan. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam penelitian berikutnya.

2.Manfaat Bagi Pengembangan Praktik

a. Bagi perusahaan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kebangkrutan atau keadaan financial distress dan subsequent return saham ini dapat menjadi sebuah evaluasi bagi kebijakan yang akan dan sudah dikeluarkan oleh perusahaan.

b. Bagi stake holders penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan posisi keuangan perusahaan, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang tepat. c. Bagi calon investasi dan analisis penelitian ini dapat menjadi pedoman

atau bantuan untuk melihat investasi yang ingin dilakukannya sehingga dapat memudahkan para investor baru untuk berinvestasi. d. Bagi regulator penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam

peninjauan kebijakan perusahaan terkait pentingnya pengukuran rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dan subsequent return saham terutama di sektor manufaktur.


(40)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur 1. Basis Theory

a. Signalling Theory

Teori yang melandasi pengungkapan sukarela adalah teori pensinyalan (signalling theory). Teori ini menggambarkan tindakan yang lebih suka diambil oleh manajer level tinggi daripada manajer level rendah. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Di samping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.

Menurut Wolk, et al. (2001) dalam Jama‟an (2008) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Signalling theory mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.


(41)

22 Menurut Jogiyanto (2000) dalam Yanti (2012), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham.Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Namun kadang informasi yang diberikan merupakan informasi yang kurang relevan karena masih terpengaruhi oleh kepentingan perusahaan


(42)

23 sehingga laporan yang sudah di auditlah yang memiliki kerelevanan yang cukup untuk dilihat atau dijadikan acuan menilai suatu perusahaan karena sudah tidak memiliki unsur keagenan dalam pembuatan informasi tersebut.

b. Resources Based Theory (RBT)

Resources Based Theory membahas mengenai sumber daya yang

dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya dengan baik dapat menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Keunggulan kompetensi dan unik bisa menjadi sumbernilai ekonomi (Collis , 1991 dalam Mona, 2003)

Menurut Susanto (2007) dalam Susilo (2012), agar dapat bersaing organisasi membutuhkan dua hal utama. Pertama, memiliki keunggulan dalam sumber daya yang dimilikinya, baik berupa aset yang berwujud (tangible assets) maupun yang tidak berwujud (intangible assets). Kedua, adalah kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif. Kombinasi dari aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi yang khas dari sebuah perusahaan, sehingga mampu memiliki keunggulan kompetitif dibanding para pesaingnya. Dalam teori ini, hal yang paling utama


(43)

24 adalah menentukan sumber daya kunci yang potensial bagi perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan identifikasi terhadap berbagai jenis sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sumber daya perusahaan mencakup seluruh aset, kapabilitas, proses organisasi, atribut-atribut, pengetahuan, dan sebagainya yang dikendalikan oleh sebuah perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut memperbaiki tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Sehingga memahami kelebihan dan kekurangan perusahaan akan menjadikan perusahaan tersebut mengetahui posisi perusahaan dengan perusahaan pesaingnya.

Sumber daya perusahaan tersebut memiliki kontribusi yang berbeda dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan sehingga perusahaan harus dapat menentukan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan tersebut. Kemudian dalam melakukan analisis harga saham dapat digunakan keunggulan perusahaan yang paling dominan yang dapat membuat harga saham menghasilkan imbal yang diharapkan.

c. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak


(44)

25 yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agents, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Sinkey, 1992 dalam Sukarno, 2005)

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai:

agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.

Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asymmetris informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor. Informasi atau keputusan yang diambil oleh manajer akan mempengaruhi tingkat harga pasar atas saham perusahaan, karena keputusan tadi akan menentukan besarnya aliran kas masuk (bersih) yang diharapkan serta tingkat risiko yang tinggi baik risiko usaha maupun risiko keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan (Murti, 2011)

Untuk memperkecil asymmetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai


(45)

26 peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya.

Dalam penyampaian informasi oleh perusahaan yang sudah melantai dibursa maka penyampaian informasi harus dibuat.dalam peraturan keputusan direksi Pt Bursa Efek Jakarta nomor : Kep-306/Bej/07-2004 tentang “Peraturan Nomor I-E Tentang Kewajiban

Penyampaian Informasi”, yang menyebutkan bahwa rangka meningkatkan pelindungan terhadap pemodal melalui ketentuan yang dapat meningkatkan kualitas keterbukaan informasi perusahaan tercatat dipandang perlu menetapkan suatu ketentuan mengenai kewajiban penyampaian laporan dan keterbukaan informasi perusahaan tercatat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pihak ketiga untuk mengawasi jalannya suatu laporan kegiatan perusahaan, maka pihak ketiga atau eksternal dilibatkan. Pihak independen diantaranya adanya auditor internal maupun eksternal yang mampu mengawasi jalannya suatu kegiatan perusahaan terutama laporan keuangan perusahaan sehingga laporan yang dibuat tidak mengandung data asymmetris. Maka laporan keuangan yang digunakan untuk


(46)

27 menganalisis suatu nilai harga saham dilihat dari laporan keuangan yang sudah diaudit dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya. d. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital Asset Pricing Model merupakan model yang didasarkan atas proporsi bahwa tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko, ditambah premi risiko yang hanya mencerminkan risiko yang ada setelah diversifikasi. Risiko memang sulit diukur karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Dalam perhitungan risiko secara matematis, mengharuskan adanya pengetahuan menenai teori probabilitas dan pengertian mengenai keuntungan portofolio dan risiko portofolio. (Moeljadi, 2006)

CAPM tidak lepas dengan beta saham yang menjadi kuncinya. Dalam buku Financial Management karangan Titman, Keown, Martin, 2011 menyebutkan bahwa:

The key insights of the CAPM are that investment with the same beta have expected rate of return and that investors will require a higher rate of return on investment with higher betas”.

Sehingga CAPM dengan beta saham adalah memiliki hubungan yang searah dimana diharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi dengan beta yang lebih tinggi pula (Titman, Keown, Martin, 2011).


(47)

28 Kesimpulan utama CAPM adalah risiko yang relevan dari saham individu merupakan kontribusi terhadap risiko portofolio yang diversifikasi dengan baik. Risiko yang tetap ada setelah didiversifikasi merupakan risiko pasar atau risiko yang melekat pada pasar. Hal itu dapat diukur oleh suatu tingakatan ketika saham tertentu dalam pasar cenderung bergerak ke atas dan ke bawah (Moeljadi, 2006).

e. Fama Three Factors Model

Menurut Fama dan French (1992) dalam Richard dan Werner (2013) tidak menemukan bukti langsung hubungan antara beta dengan return rata-rata yang berarti investor tidak menerima imbalan return atas risiko pasar yang diambil tetapi sebaliknya size dan rasio book value to market value berasosiasi kuat terhadap return. Fama dan French (1992) menduga bahwa size dan book-to-market (BM) mungkin merupakan proksi atas faktor risiko yang mempengaruhi return. Size memiliki korelasi negatif dimana semakin kecil kapitalisasi perusahaan memberikan tingkat return yang semakin tinggi sedangkan book-to-market berasosiasi positif yang berarti

book-to-market yang tinggi menunjukkan saham yang mengalami

undervalue dan memiliki peluang memberikan return lebih tinggi dimasa akan datang. Menyempurnakan model Capital Assets Pricing

Model (CAPM), Fama dan French memasukkan kedua faktor tersebut


(48)

29 Fama dan French dengan Three Factors model-nya menemukan bahwa faktor risk market, size dan book to market berpengaruh terhadap returns saham. Sampai saat ini penelitian masih berlanjut diberbagai negara yang melibatkan kalangan lebih luas dan terbuka. 2. Imbal Hasil (Return) Saham

Secara rasional tujuan dalam melakukan investasi adalah memperoleh return. Demikain pula investasi dalam saham, investor tentu ingin mendapatkan return yang maksimal dari investasi yang ditanamkan (Murti, 2011).

Motivasi para investor melakukan investasi adalah harapan untuk memperoleh return yang sesuai. Tanpa adanya return, tentunya para investor tidak akan bersedia melakukan investasi. Jadi, dalam hal ini tujuan utama seseorang melakukan investasi adalah untuk memperoleh return baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Jogianto (2003) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal yang berupa return realisasi dan return ekspektasi. Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada


(49)

30 tingkat risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Investor tentunya tidak akan melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengukuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu.

Konsep return menurut (Ang, 1997) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya.Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Return saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Return


(50)

31 saham dapat dibedakan menjadi dua jenis (Jogiyanto, 2003), yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan Return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti.

Dalam peningkatan return saham terdapat laba saham sehingga meningkatnya return saham maka menigkat pula laba saham perusahaan. Laba saham perusahaan diatur dalam psak 56 revisi 2011 tentang “Laba Per Saham” yang diadopsi dari IAS 33 dan berlaku efektif 1 Januari 2012. Sehingga pengaturannya harus disesuaikan dengan psak tersebut, dimana menetapkan teknik perhitungan, penyajian, dan pengungkapan Laba Per Saham (LPS) pada akhirnya meningkatkan daya banding kinerja antar perusahaan dan antar periode.

Metode return saham dapat menggunakan 2 cara (Asri, 1987 dalam Hartono dan Paramitha, 2008) yaitu:

a) Memasukkan unsur dividen

Jika unsur dividen digunakan dalam perhitungan return saham (investor tidak mengabaikan dividen), maka dapat digunakan rumus: Ri = D1 + (P1– P0) / P0


(51)

32 b) Tanpa memasukkan unsur dividen

Jika unsur dividen tidak digunakan dalam perhitungan (investor mengabaikan dividen), maka data yang digunakan hanya terdiri dari harga pasar saham saja. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut:

Ri = P1 – P0 / P0

Keterangan :

Ri : Return yang diharapkan D1 : Dividen yang diharapkan

P1 : Harga pasar saham yang diharapkan

P0 : Harga pasar saham saat penutupan

3. Financial Distress

Financial distress (kesulitan keuangan) adalah awal terjadinya kebangkrutan pada perusahaan, kesulitan likuiditas yang sangat parah membuat perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik. Kebangkrutan biasanya diartikan dengan kegagalan perusahan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan tujuannya (Rudianto, 2013). Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas.

Menurut Ross, et al,. (2012) Financial distress adalah:

a situation where a firm‟s operating cash flows are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade credit or interest expenses) and the firm is forced to take corrective actions”.


(52)

33 Ada beberapa definisi kesulitan keuangan sesuai tipenya, yaitu economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal bankruptcy. Kebangkrutan dari suatu perusahaan dapat diukur dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut, laporan keuangan perusahaan merupakan satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis.

Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Model analisis yang digunakan menggunakan

z-score. Analisis z-score adalah metode untuk memprediksi

keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda dengan lainnya (Rudianto, 2013).

Menurut Blocket et al., (2009) dalam McDowell, (2009) kriteria dari financial distress berupa kondisi entitas yang secara teknis tidak dapat membayar hutang yang dimiliki meskipun memiliki kekayaan bersih positif, secara sederhana dapat dikatakan aset lancar tidak mencukupi untuk membayar hutang lancar (jangka pendek). Kriteria


(53)

34 kedua berupa nilai pasar yang ditunjukan entitas, dimana nilai aset entitas lebih rendah daripada hutang yang dimiliki sehingga berada pada posisi nilai kekayaan negatif, secara teknis entitas berada pada kondisi bangkrut sehingga bisa dikatakan entitas mengalami kegagalan bisnis (business failure).

Sehingga dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa perusahaan yang mengalami keadaan financial distress memiliki penyebab yang berbeda dari satu situasi ke situasi yang lain, penyebab suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan disebabkan melalui faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kondisi keuangan maupun non keuangan. Faktor keuangan misalnya adalah jumlah hutang yang terlalu besar, kebijakan dividen, dan sebagainya. Faktor non keuangan misalnya kesalahan dalam pemilihan lokasi dan pasar, dan sebagainya. Faktor eksternal misalnya adalah bencana alam, persaingan yang hebat, berkurangnya permintaan, perubahan minat pasar, perubahan budaya, dan sebagainya.

4. Z-Score

Z-score adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda dengan lainnya (Rudianto, 2013). Itu berarti dengan menggunakan metode z-score dapat diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan.


(54)

35 Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan Multiple Discriminant Analysis. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage,

solvabilitas dan kinerja. Setelah melakukan penelitian, Altman

menghasilkan beberapa model. Karena itu, Altman menghasilkan beberapa rumus yang dapat digunakan dengan kondisi yang berbeda. Model ini menekankan pada rasio keuangan sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan (Rudianto, 2013). Persamaan kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari model Altman ada 3 diantaranya dapat diringkas di bawah ini.

Tabel 2.1 Interpretasi Z-Score

Tahun Rumus Untuk

perusahaan Zona

1968

Z=1,2X1+1,4X2

+3,3X3+0,6X4

+0,999X5

go-public Z>2,99 1,81>Z>

2,99 Z<1,81 1984

Z=0,717X1+0,847

X2+3,107X3+0,42

0X4+0,998X5

non

go-public Z>2,90

1,23>Z>

2,90 Z<1,23

1997 Z=6,56X1+3,26X2 +6,72X3+1,05X4

Berbagai jenis perusahaan

Z>2,60 1,1<Z<2

,60 Z<1,1

Interpretasi Zona

Aman

Zona Abu-abu

Zona Bahaya Sumber : Rudianto, Erlangga, 2013


(55)

36 Dari ketiga konsep Z-Score yang paling cocok dalam penelitian ini yaitu yang pertama tahun 1968 digunakan karena sesuai untuk perusahaan yang go-public.

Z=1,2WCTA+1,4RETA+3,3EBITTA+0,6MVEBVL+0,999STA

Keterangan:

Z = bankrupcy index

WCTA = working capital / total asset

RETA = retained earnings / total asset

EBITTA = earning before interest and taxes/total asset MVEBVL = market value of equity / book value of total debt STA = sales / total asset

Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:

a. Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

b. Jika nilai 1,8< Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).


(56)

37 Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original (1968) adalah sebagai berikut

1) Net Working Capital to Total Assets (WCTA)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang

dimilikinya.

Assets Total

Capital Working

Net WCTA

Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto), dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan, maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti: ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal (harta kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tak terkendali, dan beberapa indikator lainnya.

Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun (Sawir, 2005). Selisih bersih antara sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana lebih besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang


(57)

38 berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan terjadi defisit (modal kerja berkurang) apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.

2) Retained Earnings to Total Assets (RETA)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.

Assets Total

Earning tained

RETA Re

Merupakan rasio-rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai dari rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan menjadi negatif (Sawir, 2005).


(58)

39 3) Earning Before Interest and Tax to Total Asset (EBITTA)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.

Assets Total

EBIT EBITTA

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah: piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.

Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman (Sawir, 2005).

4) Market Value of Equity to Book Value of Debt (MVEBVL)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa).


(1)

183 Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model I

Dependent Variable : ZScore

Method : Panel EGLS (Cross-section random effects) Date : 02/15/15 Time: 16:53

Sample : 2009 2013

Periods included : 5 Cross-sections included: 65

Total panel (balanced) observations: 325

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error

t-Statistic Prob.

C 0.814094 3.489399 0.233305 0.8157

Size 0.058546 0.125905 0.464999 0.6422

Btm 0.118245 0.110086 1.074114 0.2836

Beta 0.014339 0.053740 0.266821 0.7898

Earning 0.000941 0.000208 4.530600 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 2.094141 0.8519

Idiosyncratic random 0.873189 0.1481

Weighted Statistics

R-squared 0.063787

Mean dependent

var 0.519787

Adjusted

R-squared 0.052085 S.D. dependent var 0.909771 S.E. of

regression 0.885761 Sum squared resid 251.0634 F-statistic 5.450685 Durbin-Watson stat 1.209678 Prob(F-statistic) 0.000295

R-squared 0.134604 Mean dependent var 2.835505 Sum squared

resid 1813.091 Durbin-Watson stat 0.167507


(2)

184 Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model II

Dependent Variable : Return

Method : Panel EGLS (Cross-section random effects) Date : 02/14/15 Time: 21:14

Sample : 2009 2013

Periods included : 5 Cross-sections included: 65

Total panel (balanced) observations: 325

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.083112 0.034067 2.439667 0.0152

ZScore 0.000258 0.000889 0.289969 0.7720

Size -0.002197 0.001230 -1.786865 0.0749

Btm -0.004660 0.002300 -2.026147 0.0436

Beta -0.002160 0.001772 -1.219172 0.2237 Earning 1.03E-05 4.54E-06 2.277817 0.0234

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.008706 0.0711

Idiosyncratic random 0.031463 0.9289

Weighted Statistics

R-squared 0.058362 Mean dependent var 0.015977 Adjusted

R-squared 0.043603 S.D. dependent var 0.033138 S.E. of

regression 0.032408 Sum squared resid 0.335033 F-statistic 3.954294 Durbin-Watson stat 2.090196 Prob(F-statistic) 0.001710

Unweighted Statistics

R-squared 0.067077 Mean dependent var 0.018788 Sum squared

resid 0.358196 Durbin-Watson stat 1.955031


(3)

185 Hasil Uji Chow Model I

Redundant : Fixed Effects Tests

Equation : Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 54.709359 (64,256) 0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable : ZScore

Method : Panel Least Squares

Date : 02/15/15 Time: 16:50

Sample : 2009 2013

Periods included : 5

Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325

Variable Coefficient Std. Error

t-Statistic Prob.

C 9.165649 0.856097 10.70632 0.0000

Size -0.253243 0.030555 -8.28818 0.0000

Btm -0.234230 0.068094 -3.43978 0.0007

Beta 0.116303 0.068693 1.693089 0.0914

Earning 0.001337 0.000179 7.490711 0.0000

R-squared 0.404368 Mean dependent var 4.311287 Adjusted

R-squared 0.396922 S.D. dependent var 3.430783

S.E. of regression 2.943112 Sum squared resid 2771.810 F-statistic 54.31109 Durbin-Watson stat 0.189587

F-statistic 0.000000


(4)

186 Hasil Uji Hausman Model I

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation : Untitled

Test cross-section random effects Test Summary

Chi-Sq. Statistic

Chi-Sq.

d.f. Prob.

Cross-section random 13.280833 4 0.0100

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

Size 0.263576 0.058546 0.031287 0.2464

Btm 0.099344 0.118245 0.001413 0.6151

Beta 0.003742 0.014339 0.000050 0.1352

Earning 0.000671 0.000941 0.000000 0.0008 Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable : ZScore

Method : Panel Least Squares

Date : 02/15/15 Time: 16:54

Sample : 2009 2013

Periods included : 5

Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.761871 6.000609 -0.793565 0.4282

Size 0.263576 0.217115 1.213989 0.2259

Btm 0.099344 0.116328 0.853992 0.3939

Beta 0.003742 0.054206 0.069032 0.9450

Earning 0.000671 0.000223 3.008564 0.0029

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.906835 Mean dependent var 2.835505 Adjusted R-squared 0.882088 S.D. dependent var 2.542903 S.E. of regression 0.873189 Akaike info criterion 2.752639 Sum squared resid 195.1897 Schwarz criterion 3.555974 Log likelihood -378.3039 Hannan-Quinn criter. 3.073252 F-statistic 36.64435 Durbin-Watson stat 1.501147 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

187 Hasil Uji Chow Model II

Redundant Fixed Effects Tests Equation: chow

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 4.267024 (64,255) 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable : Return

Method : Panel Least Squares

Date : 02/15/15 Time: 15:37

Sample : 2009 2013

Periods included : 5

Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.030027 0.030122 -0.996860 0.3196

ZScore 0.000955 0.000646 1.480126 0.1398

Size 0.001211 0.001106 1.095162 0.2743

Btm -0.001751 0.001348 -1.298666 0.1950

Beta -0.001633 0.001449 -1.126886 0.2606

Earning 9.61E-06 3.81E-06 2.525095 0.0121 R-squared 0.100525 Mean dependent var 0.020976 Adjusted

R-squared 0.086427 S.D. dependent var 0.037254 S.E. of regression 0.040022 Sum squared resid 0.510971 F-statistic 7.130267 Durbin-Watson stat 1.282510 Prob(F-statistic) 0.000002


(6)

188 Hasil Uji Hausman Model II

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section

random 23.056123 5 0.0003

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

ZScore 0.001612 0.000257 0.000004 0.5125

Size -0.036579 -0.002254 0.000059 0.0000

Btm -0.001153 -0.004680 0.000012 0.3168

Beta -0.002157 -0.002142 0.000001 0.9863

Earning 0.000017 0.000010 0.000000 0.2992

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable : Return

Method : Panel Least Squares

Date : 02/15/15 Time : 15:45

Sample : 2009 2013

Periods included : 5

Cross-sections included : 66

Total panel (balanced) observations : 330

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.025536 0.214597 4.778894 0.0000

ZSCORE 0.001612 0.002252 0.715807 0.4748

SIZE -0.036579 0.007767 -4.709675 0.0000

BTM -0.001153 0.004208 -0.274052 0.7843

BETA -0.002157 0.001959 -1.100640 0.2721

EARNING 1.75E-05 8.21E-06 2.128118 0.0343

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.339257 Mean dependent var 0.018788

Adjusted

R-squared 0.160467 S.D. dependent var 0.034424

S.E. of regression 0.031542 Akaike info criterion -3.886811

Sum squared resid 0.253693 Schwarz criterion -3.071833

Log likelihood 701.6068 Hannan-Quinn criter. -3.561552

F-statistic 1.897522 Durbin-Watson stat 2.734962

Prob(F-statistic) 0.000184


Dokumen yang terkait

Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio Terhadap Stock Return Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 56 82

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Distress Risk,Firm Size, Dan Book To Market Ratio Terhadapreturn Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 – 2014

1 29 90

Determinan Merger Dan Akuisisi : studi di perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013

0 27 0

ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah periode 2010 – 2014)

0 24 250

PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 2 9

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 5 20

PENUTUP PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 3 5

Pengaruh Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013.

0 0 22