36 perundangan hingga masalah pilihan pembiayaan prioritas proyek
yang dapat ditawarkan KPS. Pada tahun ketiga penelitian difokuskan pada subsektor air bersih sebagai bagian dari proyek
KPS yang ditawarkan dalam PPP Book yang telah selesai pada tahapan tender. Diharapakan hasil penelitian tahun ketiga ini
dapat memberikan rekomendasi yang komprehensif bagi Pemerintah.
4. Industri Kreatif Berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK Dalam Perekonomian Nasional
Tim Peneliti : Sairi Erfanie Koordinator, Darwin; Hari
Susanto, M. Soekarni, Joko Suryanto; dan Diah Setiari Suhodo
Abstrak :
Globalisasi telah membawa perubahan yang signifikan ke dalam kehidupan manusia. Di era informasi dewasa ini, kreativitas dan
pengetahuan menjadi faktor dominan dalam pembangunan ekonomi. Interaksi antara kreativitas, budaya, kegiatan ekonomi
dan teknologi telah memimpin pertumbuhan pada penciptaan peluang kerja, peningkatan pendapatan, serta meningkatkan
ekspor. Bagi negara berkembang, industri kreatif dapat menjadi jembatan penghubung yang mengharmoniskan sektor makro dan
mikro ekonomi karena terkait dengan banyak pelaku ekonomi. Di Indonesia sendiri, industri kreatif membawa angin segar bagi
perekonomian nasional karena data yang ada menunjukkan peningkatan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan
nasional dari tahun ke tahun. Tetapi, terdapat banyak kendala dan hambatan yang menghadang pengembangan industri kreatif,
seperti kendala pembiayaan, perlindungan hak kekayaan 25
Pusat Penelitian Ekonomi LIPI dengan koordinator Umi Karomah Yaumiddin, SE, M.Econ.Stat. dan Esta Lestari, SE, M.Econ.
Selanjutnya, para peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi LIPI juga menjadi tenaga ahli pada penelitian dengan DPD RI, dengan
coordinator M. Soekarni,
Tabel 2.16 Pertemuan Kerjasama di Pusat Penelitian Ekonomi
LIPI 2012
:4 5
3 -
3 2 +
7 2
- . 4
7 9
4 :
5 A
; 4
9 2 3
4 4
2 + 1
4 1
2 4
4+ 2
+ ;
7 3
4 4
+ 4
3 2 B +
53 B ;
7 +
8 4
4 6
26 9 C
4 +
4 4
+ D
1 4
7 1
4 66 4
5 +
7
, ,
; +
9 4
+ ; 81 1
2 ;
; 7
7 E 4 2
4 +
= ;
F 4 8
+ 9 +
4 9
4 E4
2 ;
F 4 7
4 1
9 4
7 1 ;
B + 3
1 + 1
- .
4 4
?, ,
+ G+
35 pembangunan infrastruktur sebesar Rp 1.923,7 Triliun untuk
investasi selama tahun 2010 hingga 2014. Namun jumlah anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah pusat hanya
sebesar 29,1 persen dari total investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 559,54 Triliun serta jumlah anggaran yang dialokasikan oleh
Pemerintah Daerah sebesar Rp 355,07 Triliun. Dengan demikian, pemerintah perlu mendorong keterlibatan sektor swasta didalam
pembangunan dan penyediaan infrastruktur yang diharapkan bisa berkontribusi guna menutupi gap anggaran infrastruktur tersebut
sebesar Rp 668,34 Trilun. Permasalahannya adalah, walaupun pemerintah telah melakukan beragam upaya untuk menarik
keterlibatan sektor swasta, tetapi respon dari pihak swasta itu sendiri masih belum memuaskan, terutama pada jenis
infrastruktur sosial seperti penyediaan air bersih. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apa manfaat dan determinan
serta mengapa respon pihak swasta untuk bekerjasama dengan pemerintah di dalam pembangunan infrastruktur relatif masih
sangat lemah. Penelitian ini akan menggunakan metode komparasi sehingga memungkinkan Tim Peneliti membandingkan
hubunganketerkaitan diantara determinan, tipologi kerjasama, dan kebijakan yang berbeda di tiap-tiap daerah dengan struktur
dan performa kerjasama. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan mampu membuat rumusan mengenai konsep, pola, dan strategi
ideal untuk meningkatkan kerjasama yang sinergis diantara pemerintah dan swasta di dalam pembangunan infrastruktur.
Temuan tahun pertama dan kedua pada subsektor jalan tol dan kelistrikan menunjukkan bahwa KPS masih terkendala utamanya
pada masalah kesiapan dokumen KPS, kapasitas institusi yang menangani KPS, pembebasan lahan, tumpang tindih aturan