Pengukuran Kemiskinan di Indonesia

18 7. Yetti Suhartini Pranata Humas Penyelia Tabel 2.9 Staf Administrasi yang Tidak Menduduki Jabatan Fungsional No. Nama Jabatan 1. Euis Yulia Gantini, SAP Kasubag Tata Usaha 2 Elia Yudiana Sekretaris Pimpinan 3. Sutejo Penata Usaha BMN 4. Ngadino Penghubung Antar Lembaga 5. Rukmiati Sekretaris Pimpinan 6. Kurwan Pengadministrasi Kerjasama Ilmiah 7. Subagyo Penata Usaha Informasi Ilmiah 8. Balkis Triasantri, A. Md. Bendahara Pengeluaran 9. Suharyanto Penata Usaha Kepegawaian 10. Suwartiningsih, A. Md. Programer 11. Nurokhman Wijokongko,S. Si. Programer 12. Lyra Vellaniza Ferbita, S.I.Kom. Sekretaris Pimpinan 13. Rani Oktasari, SE. Penguji SPP dan Penandatangan SPM 14. Miranthi, A. Md. Penata Laporan Keuangan

2.6 Anggaran Belanja

Pada awal tahun 2012, anggaran DIPA P2E-LIPI sebesar Rp13.675.606.000,- yang direncanakan untuk membiayai 10 kegiatan Penelitian Tematik DIPA dan 16 Penelitian Kompetitif. Tetapi akibat adanya pemotongan anggaran pada Maret 2012 anggaran DIPA P2E- LIPI menjadi Rp12.408.046.000,- dua belas milyar empat ratus delapan juta empat puluh enam ribu rupiah. Akibatnya 4 kegiatan penelitian tematik DIPA dihentikan dan anggaran tersebut digunakan untuk 6 kegiatan penelitian tematik, kegiatan tata kelola pendukung 43 9. Kredit Usaha Rakyat Di Era Otonomi Daerah: Membangun Sinergi antara Kelembagaan Pasar, Pemerintah Daerah dan Komunitas dalam Pengelolaan Kredit Program untuk Pemberdayaan UMKM Tim Peneliti : Agus Eko Nugroho Koordinator, Bahtiar Rifai, Rita Pawestri Setyaningsih, dan Firmansyah Abstrak : Salah satu permasalahan utama usaha mikro, kecil dan menengah UMKM adalah kesulitannya mengakses kredit perbankan. Perbankan enggan memberikan kredit skala kecil kepada UMKM karena tingginya risiko kredit macet dan besarnya biaya pengelolaan kredit tersebut. Dalam hal ini perbankan menghadapai tingginya resiko dan biaya akibat masalah ketidaksamaan informasi assymetric information problems yang menyebabkan kesulitannya dalam menilai kelayakan kredit UMKM. Di sisi lain, ketidakmampuan UMKM menyediakan kolateral dan sistem akuntansi yang baik menyebabkan bank tidak mampu menilai tingkat pengembalian kredit mereka. Kegagalan pasar market failure dalam menyediakan kredit kepada UMKM ini mendorong pemerintah untuk memberikan berbagai skim kredit bersubsidi kepada UMKM, seperti Kredit Usaha Tani KUT, Kredit Usaha Kecil KUK, dan sejak tahun 2007 Kredit Usaha Rakyat KUR. Program KUR telah menjadi strategi utama dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan pada Klaster 3, melalui pemberdayaan UMKM. Namun demikian, bagaimana kinerja KUR tersebut mampu mendorong kinerja UMKM masih menjadi pertanyaan besar. Pendekatan yang terlalu menekankan prinsip komersialpasar commercial-based approach menyebabkan lambatnya proses penyaluran karena sangat mungkin hanya 42 diperoleh dianalis secara kualitatif dan kuantitatif, menghasilkan temuan yang relatif beragam sebagai berikut. Meskipun ketiga provinsi berada dan terkait dengan Kawasan Karimata, namun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki ekonomi pesisir yang lebih besar terutama sumber daya perikanan dan hal ini terjadi karena wilayah provinsi ini sebagian besar terdiri dari lautan. Potensi ekonomi industri berbasis kelautan dan perikanan, serta wisata bahari di ketiga provinsi begitu beragam dan menjanjikan tetapi belum dikelola secara maksimal sehingga kontribusinya pada perekonomian masing-masing daerah belum signifikan. Infrastruktur perhubungan darat, laut, dan udara dan energi listrik di ketiga provinsi relatif memadai untuk mendukung pengembangan industri maritim, meskipun terdapat kerusakan jalan darat Kalimantan Barat dan terbatasnya angkutan laut Bangka Belitung yang memerlukan perhatian di kedua provinsi. Belum ada kebijakan secara nasional yang berkaitan dengan kawasan pesisir khususnya yang berkaitan dengan pengembangan industri maritim yang dapat jadi pedoman pemerintah provinsi dan perintah kabupatenkota. Demikian pula halnya di ketiga provinsi belum memiliki tata ruang wilayah pesisir yang diperdakan, sehingga menjadi kendala bagi pemangku kepentingan terutama di kabupatenkota dan pelaku usaha dalam mengelola kawasan pesisir bagi pengembangan industri maritime. Bagi pengembangan industri maritim ke depan, diperlukan ada kebijakan nasional, di samping Peraturan Daerah mengenai Tata Ruang Wilayah Pesisir yang dapat member kepastian pemanfaatan wilayah ini untuk pengembangan industri maritim. 19 penelitian, penguatan kelembagaan, dan 16 penelitian program kompetitif. Penyerapan anggaran 2012 sebesar Rp12.250.191.932,- dua belas milyar dua ratus lima puluh juta seratus sembilan puluh satu ribu sembilan ratus tiga puluh dua rupiah atau sebesar 98,73 Selain melaksanakan kegiatan penelitian yang dibiayai oleh anggaran DIPA, P2E-LIPI untuk tahun anggaran 2012 juga melaksanakan program penelitian kerjasama antar departemen atau lembaga. Adapun dana kerjasama dana lain yang diterima P2E-LIPI tahun 2012 sebesar Rp1.400.000.000,- satu milyar empat ratus juta rupiah. Dana tersebut untuk 4 kegiatan penelitian Insentif PKPP dan 1 kegiatan Iptekda LIPI, dengan penyerapan anggaran sebesar Rp1.399.899.800,- satu milyar tiga ratus sembilan puluh sembilan juta delapan ratus sembilan puluh sembilan ribu delapan ratus rupiah atau sebesar 99,99. Perincian penyerapan seluruh anggaran P2E- LIPI tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.10 Penelitian Tematik DIPA + , - , . 0 0 ,