Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Pesisir Melalui Pengembangan Industri Maritim
                                                                                40 formal.  Sebab  utamanya  adalah  karena  tidak  memenuhi  kriteria
kredit  perbankan  yaitu  collateral  agunan,  capacity  kemampuan membayar  utang,  capital  modal  awal,  character  watak,  dan
condition  kondisi  sosial  ekonomi.  Pertanyaannya  adalah  kalau nelayan dianggap tidak layak kredit dan dianggap kurang mampu
mengembalikan  kredit  secara  teratur  yang  diterimanya  dari perbankan  dan  lembaga  keuangan  formal  lainnya,  mengapa
sampai  saat  ini  sumber  keuangan  non-formal  masih  bersedia memberi  pinjaman  dan  pembiayaan  kepada  nelayan?Pada  satu
sisi  kegiatan  nelayan  tangkap  dianggap  tidak  bankable,  tetapi
pada  sisi  yang  lain  kegiatan  tersebut  ternyata  cukup  layak  untuk dibiayai oleh sektor informal berbasis bagi hasil. Dengan demikian
usaha nelayan tangkap berskala kecil sebenarnya layak terhadap akses  permodalan  tetapi  diperlukan  model  pembiayaan  yang
sesuai dengan karakteristik usaha, perilaku dan  budaya  nelayan. Untuk memahami semuanya itu, penelitian ini dimaksudkan untuk
memahami  secara  mendalam    aspek  pembiayaan  bagi masyarakat  nelayan.  Penelitian  lapangan  di  Bagansiapi-api,
Rokan  Hilir,  Riau,  Prigi  Trenggalek,  Jawa  Timur  dan Karangsong  Indramayu,  Jawa  Barat.  Penelitian  tahun  pertama
ini telah berhasil merumuskan embrio model pembiayaan nelayan, yang  bersifat  sangat  sementara.  Masih  diperlukan  penelitian
lapangan dalam jumlah yang lebih banyak guna menarik pelajaran dari pengalaman empiris para nelayan dalam mengatasi masalah
pembiayaannya.
21
Tabel 2.11 Penguatan Kelembagaan
Tabel 2.12 Tata Kelola Pendukung Penelitian Ekonomi
+ 9
0 , +
: ,
0 0 1
-1 . ,0
; 1 2
4 4
-1 .
, 0,
+ 0 0
0 0 5
: ,, 0
, 00
= ,
, 2
0  0, ,0
, , =
,
22
Tabel 2.13 Penelitian Kompetitif
= + +
9
,
2 +
2 +
+
,
2 +
+ 4
,0 ,
9 : ?1:
0 , 0 0
4 4
,
, 1 4
2 3 +
8 +
= + +
, ,
+ 3
1 +
, ,
,
+ +
2 2
4
, ,
39 pengembangan  energi  mikrohidro  di  Indonesia.  Hasil  penelitian
lapangan  yang  dilakukan  di  Desa  Cinta  Mekar,  Kabupaten Subang,  Provinsi  Jawa  Barat  telah  memberikan  informasi  dan
data  empiris  terkait  dampak  positif  dari  pengembangan  energi mikrohidro  bagi  perubahan  kondisi  sosial  ekonomi  masyarakat.
Selain  itu,  hasil  penelitian  juga  menunjukkan  bahwa  bentuk kelembagaan  dari  pengelolaan  mikrohidro  yang  berbasis  pada
partisipasi  masyarakat  melalui  pembentukan  koperasi  mampu untuk mengelola dan memanfaatkan mikrohidro bagi peningkatan
aktivitas  ekonomi  di  wilayahnya.  Oleh  karena  itu  hasil  penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa dalam upaya pengembangan
energi mikrohidro maka pemerintah perlu untuk 1 meningkatkan kapasitas terpasang listrik nasional melalui optimalisasi mikrohidro
2  perlu  adanya  kelembagaan  partisipasif  berbasis  masyarakat lokal sebagai pengelola mikrohidro 3 perlu adanya fasilitator dan
proses  pendampingan  dalam  proses  penguatan  kelembagaan pengelola mikrohidro, dan 4 pengembangan mikrohidro sebagai
sarana untuk mendorong pemberdayaan masyarakat.
                