Paradigma Representasi Feminisme dalam Film (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Feminisme Dalam Film Maleficent )

JANDAMU” Studi Analisis Semiotika Representasi Feminisme melalui Tokoh Persik Tahun 2010 Peneliti Arga Fajar Rianto Sumber http:eprints.upnjatim.ac.id7141file1.pdf Hasil Penelitian ini menunjukkan Konstruksi feminisme dalam film “Ku Tunggu Jandamu” ini adalah masih tergolong feminisme setengah jalan, karena pandangan feminismenya masih terangkai dalam bingkai pemikiran dan perspektif patriarkhi. Literatur 7 Judul Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7 Tahun 2016 Peneliti Endowidya Marselina Sumber http:repository.usu.ac.idhandle12345678955481 Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran tentang kemiskinan menurut realitas media dalam tayangan reality show didefenisikan sebagai orang yang tinggal di luar perkotaan dan kekurangan secara materi semata. Ketiadaan harta benda, kekurangan bahan makanan, keadaan rumah yang tidak layak untuk ditempati, serta rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang menjadi hal yang paling sering disoroti oleh media

2.2 Paradigma

Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui cara seseorang melihat sesuatu Morissan, Andy dan Wardhany, 2009:107. Universitas Sumatera Utara Paradigma konstruktivisme ialah paradigma yang menyatakan bahwa kebenaran suatu realitas sosial merupakan hasil konstruksi sosial yang bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam perspektif interpretivisme penafsiran yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolik, fenomenologis dan hermeneutik. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai konstruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L.Berger bersama Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa disebut berada di antara teori fakta sosial dan defenisi sosial Eriyanto 2004:13. Menurut Denzin dan Guba dalam Wibowo, 2013: 52 paradigma adalah basis kepercayaan atau metaphysics utama dari sistem berpikir: basis dari ontologi, epistemologi, dan metodologi. Paradigma dalam pandangan filosofis, memuat pandangan awal yang membedakan, memperjelas, dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Dengan demikian paradigma membawa konsekuensi dan kebijakan terhadap pemilihan masalah. Paradigma diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan memengaruhinya dalam berpikir kognitif, bersikap afektif, dan bertingkah laku konatif. Paradigma sangat menentukan bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang menjadi objek ilmunya Vardiansyah, 2008: 27. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi bentukan. Teori ini beranggapan bahwa unsur objek dan subjek sama-sama berperan dan saling berinteraksi dalam mengonstruksi ilmu pengetahuan. Pengetahuan tersebut dibangun dari proses kognitif dan interaksinya dengan dunia objek material. Menurut Driver dan Bell, ilmu pengetahuan bukanlah hanya kumpulan hukum atau daftar fakta. Ilmu pengetahuan adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas Ardianto dan Q-Aness, 2007: 153. Dalam Vardiansyah, 2008:59, konstruktivisme muncul setelah para ilmuan menolak tiga prinsip dasar positivisme: Universitas Sumatera Utara a Ilmu merupakan upaya mengungkap realitas yang terstruktur, b Hubungan subjek peneliti dengan objek penelitian harus terpisahkan secara tegas guna mengejar objektivitas, c Hasil temuan harus merupakan generalisasi yang universal, berlaku kapan pun dan di mana pun. Menurut Von Glasersferld dan Kitchener tahun 1987 dalam Ardianto dan QAnees, 2007:155 secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Dalam pandangan konstruksionis, tidak ada realitas dalam arti riil, sebelum peneliti mendekatinya. Sesungguhnya yang ada konstruksi atau suatu realitas. Realitas sosial bergantung pada bagaimana seseorang memahami dunia, dan bagaimana menafsirkannya. Penafsiran dan pemahaman itulah yang disebut realitas. Karena itu, peristiwa dan realitas yang sama bisa jadi menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda dari orang yang berbeda Eriyanto, 2004: 45. 2.3 Kerangka Teori 2.3.1 Komunikasi Massa