1. Layar yang lebarluas
Media yang hampir sama dengan film adalah televisi, sehingga dalam hal layar film dan televisi sama-sama menggunakannya, tetapi hal yang membedakan
diantara keduanya adalah media film menggunakan layar yang berukuran luas. Walaupun di era modern ini televisi juga dapat menggunakan layar yang luas
tetapi itu hanya digunakan pada waktu khusus saja. Layar film memberikan keleluasaan bagi penontonnya untuk melihat adegan yang ditunjukkan dalam film
2. Pengambilan Gambar
Seperti sudah dijelaskan bahwa film mempunyai layar yang lebar dan luas, hal ini berdampak dalam pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop harus
dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot yaitu pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana
sesungguhnya, sehingga film semakin terlihat menarik. Panoramic shot dilakukan untuk memberikan suguhan gambaran yang sangat baik dan cukup tentang daerah
yang dijadikan lokasi film. 3.
Konsentrasi Penuh Bioskop merupakan tempat pertama kali dalam penayangan film-film yang
baru diluncurkan. Dalam tempat ini, penonton akan terbebas dari keramaian dan hiruk pikuk karena ruangan yang kedap suara. Layar merupakan satu-satunya
tujuan dari mata para penonton sehingga konsentrasi penonton yang sepenuhnya terhadap film membuat penonton akan terbawa suasana dalam alur cerita.
4. Identifikasi Psikologis
Pengaruh film terhadap keadaan psikologis penonton tidak hanya terjadi ketika penonton menikmati film tersebut dalam bioskop atau tidak hanya selama
penonton duduk dan menonton film, tetapi pengaruh film ini akan terjadi dalam waktu yang cukup lama, misalnya perilaku imitasi seperti cara berpakaian
maupun model rambut. Perilaku imitasi ini akan banyak dilakukan oleh anak-anak dan generasi muda, walaupun terkadang orang dewasa juga ada yang melakukan
perilaku ini.
2.3.3 Teknik Pengambilan Gambar
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan gambar adalah tahapan terpenting di dalam proses produksi. Film memiliki dua elemen, yaitu audio dan visual. Sehingga tidak dapat
dipungkiri jika kamera sebagai alat untuk menyajikan elemen visual kepada penonton memiliki peranan yang penting dalam penyampaian pesan. Juru kamera
atau biasa disebut juga kameramen haruslah benar-benar paham, mengerti dan tahu mutu gambar yang baik dan mampu membuat gambar sesuai tuntutan alur
cerita. Seorang juru kamera harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan
mutu gambar, diantaranya mampu membuat gambar dengan komposisi yang baik, paham berbagai teori tata cahaya, tata suara dan editing. Beberapa pengetahuan
mutlak harus dikuasai juru kamera diantaranya ukuran shot, pergerakan gambar dan camera angel.
2.3.3.1 Camera Angel
Meletakkan lensa kamera pada sudut pandang pengambilan gambar yang tepat dan mempunyai motivasi tertentu untuk membentuk kedalaman
gambardimensi dan menentukan titik pandang penonton dalam menyaksikan suatu adegan dan membangun kesan psikologis gambar, seperti :
1. High angel
HA, pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera diatas objekgaris mata. Kesan psikologis yang ingin disampaikan objek
tampak seperti tertekan. 2.
Eye Level normal, pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera
sejajar dengan garis mata objek yang dituju. Kesan psikologis yang disajikan adalah kewajaran, kesetaraan atau sederajat.
3. Low Angel
LA, pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera di bawah objek atau di bawah garis mata orang. Kesan psikologis yang ingin
disajikan adalah objek tampak berwibawa.
2.3.3.2 Ukuran Gambar
Ukuran gambar biasanya dimulai dari tampak yang paling besar hingga ukuran yang paling kecil, dan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu close up, medium
Universitas Sumatera Utara
shot, dan long shot. Walaupun demikian, dari ketiga ukuran gambar tersebut,
masih terdapat rincian yang akan dijabarkan sebagai berikut : 1.
Extreme Long Shot ELS. Ukuran gambar ELS merupakan kekuatan yang
ingin menetapkan suatu peristiwa, pemandangan yang sangat-sangat jauh, panjang, dan luas berdimensi lebar. ELS biasa digunakan untuk komposisi
gambar indah pada sebuah panorama. 2.
Very Long Shot . Gambar-gambar opening scene dan bridging scene dimana
penonton divisualkan adegan kolosal, kota metropolitan, dan sebagainya. Posisi kamera diletakkan beragam seperti top angle dari helikopter,
menggunakan crane atau jimmy jib. 3.
Long Shot LS. Keseluruhan gambaran dari pokok materi dilihat dari
kepala ke kaki atau gambar manusia seutuhnya. 4.
Medium Long Shot MLS. Setelah gambar LS ditarik garis imajiner lalu di-
zooming sehingga lebih padat, maka masuk ke medium long shot. Angle
MLS sering dipakai untuk memperkaya keindahan gambar. 5.
Medium Shot MS. Gambar diambil dari pinggul pokok materi sampai pada
kepala pokok materi. Ukuran MS biasa digunakan sebagai komposisi gambar terbaik untuk wawancara.
6. Middle Close Up
MCU. Dari dada pokok materi sampai puncak kepala. MS dapat dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan
keleluasaan background yang masih bisa dinikmati. 7.
Close Up CU. Meliputi wajah yang keseluruhan dari pokok materi. CU
fokus kepada wajah, digunakan sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi seseorang.
8. Big Close Up
BCU. Lebih tajam dari CU, yang mampu mengungkapkan kedalaman pandangan mata, kebencian raut muka, dan emosional wajah.
9. Extreme Close Up
ECU. Kekuatan ECU pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu objek. Paling sering digunakan untuk
memperhebat emosi dari suatu pertunjukkan musik atau situasi yang dramatis.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Konstruksi Realitas Sosial