Semiotika Kerangka Teori .1 Komunikasi Massa

Kedudukan media film juga dapat sebagai lembaga pendidikan nonformal dalam mempengaruhi dan membentuk budaya kehidupan masyarakat sehari-hari melalui kisah yang ditampilkan. Film dianggap sebagai medium sempurna untuk merepresentasikan dan mengkonstruksi realitas kehidupan yang bebas dari konflik-konflik ideologis serta berperan serta dalam pelestarian budaya bangsa. Kehidupan nyata tak bisa lagi dibedakan dari film. Bahkan suara dari film dianggap tidak lagi menyisakan tempat bagi audiens untuk berimaji dan dan berefleksi. Film telah benar-benar membentuk realitas audiens dan mereka benar- benar percaya bahwa isi dalam film merupakan sebuah kenyataan yang berada di lingkungannya.

2.3.5 Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefenisikan sebagai suatu dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotika lahir untuk memisahkan secara tajam antara medium dan isinya. Bagi para ahli semiotika, isi merupakan perkara yang penting dan isi tergantung pada bacaan yang ada pada isi tersebut yang di dapat oleh khalayak. Semiotika atau semiotik muncul pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika yaitu Chareles Sanders Peirce, merujuk pada doktrin formal tentang tanda-tanda. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda dimana semiotika memfokuskan pada cara-cara produsen menciptakan tanda-tanda dan cara-cara yang dimengerti khalayak mengenai tanda-tanda. Semiotika tidak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda- tanda melainkan dunia itu sendiri yang terkait dengan pikiran manusia karena jika tidak begitu manusia tidak akan menjalin hubungannya dengan realitas. Menurut Eco 1979, secara terminologis semiotika dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest 1996 mengartikan semiotik Universitas Sumatera Utara sebagai “ilmu tanda sign dan segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.” Sobur, 2004: 96 Semiotika adalah studi mengenai tanda atau cara-cara tanda digunakan dalam menafsirkan peristiwa-peristiwa. Menurut para ahli seperti Charles Sanders Pierce mendefinisikan bahwa semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yakni cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lainnya, pengirimannya dan penerimaannya oleh yang mempergunakannya dan John Fiske juga mendefenisikan semiotika adalah studi tentang pertanda dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna-makna dibangun dalam “teks” media atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna Vera.2014:2. Semiotika melihat pada cara pesan disusun, jenis-jenis tanda yang digunakan dan makna dari tanda-tanda yang dimaksudkan dan dipahami oleh produsen dan konsumen. Intinya adalah semiotika merupakan sebuah alat untuk menganalisis apa makna isi pesan media. Umberto Eco salah satu ahli semiotika membedakan semiotika menjadi 2 jenis yaitu : 1. Semiotika komunikasi, semiotika ini menekankan teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem tandam pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan 2. Semiotika signifikasi, semiotika ini tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Pada jenis ini, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada prosesnya. Tidak hanya Umberto Eco saja yang membagi semiotika menjadi beberapa bagian. Ahli lain membagi semiotika berdasarkan lingkup pembahasannya, semiotika tersebut dibagi menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut : 1. Semiotika murni merupakan semiotika yang membahas dasar filosofis semiotika dimana pembahasan ini berkaitan dengan metabahasa yang artinya membahas bahasa secara keseluruhan Universitas Sumatera Utara 2. Semiotika deskriptif merupakan semiotika yang membahas semiotika tertentu, seperti sistem tanda atau bahasa tertentu secara deskriptif 3. Semiotika terapan merupakan semiotika yang membahas penerapan semiotika pada bidang atau konteks tertentu, misalnya kaitannya dengan sastra, komunikasi, periklanan dan sebagainya. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang memiliki unit dasar dengan tanda.Maka dari itu, semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Segala sesuatu yang memiliki sistem tanda yang dapat dianggap teks, contohnya di dalam film, majalah, televisi, iklan, koran, brosur, novel, bahkan di surat cinta sekalipun. Preminger memberi batasan semiotika yang menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan lewat kata-kata dan tanda-tanda lain digunakan dalam konteks sosial. Hal itu berarti tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada Zamroni, 2009: 92. Semiotika tidak dapat terlepas dari semua yang berhubungan dengan tanda. Tanda merupakan perkawinan antara penanda dan petanda. Seperti yang dijelaskan bahwa semiotika lahir untuk menjadi pengkaji teks yang menjadi tanda-tanda dalam media. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti pada dirinya sendiri, dengan kata lain jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, dan kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Oleh karena itu tanda memungkinkan pembaca untuk merujuk pada gagasan maupun benda, dikarenakan mereka tidak mempunyai bentuk secara fisik, sehingga tanda hanya dapat di persepsi oleh indera manusia saja. Dengan mengamati tanda-tanda signs yang terdapat dalam sebuah teks, hal itu dapat membantu mengetahui ekspresi emosi, kognisi si pembuat teks atau pembuat pesan itu. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda sign. Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni; Sobur, 2004: 94 1. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. 2. Kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan. 3. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi Ahli lain, seperti Charles Morris juga menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda. Menurut Morris, kajian semiotika pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam tiga cabang penyelidikan yaitu sintaktik, semantik, dan pragmatik Wibowo, 2013: 5 1. Sintaktik syntactic merupakan suatu cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan begitu hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah- kaidah yang mengendalikan tuturan dan interpretasi, pengetian sintaktik kurang lebih adalah semacam ‘gramatika’. 2. Semantik semantics merupakan cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designata atau objek- objek yang diacunya”. Designata adalah tanda-tanda sebelum digunakan di dalam tuturan tertentu. 3. Pragmatik pragmatics merupakan suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan. Menurut Berger, terdapat dua pendekatan penting terhadap tanda-tanda yang menjadi rujukan para ahli pertama adalah pendekatan yang didasarkan pada pandangan Ferdinand de Saussure 1857-1913 yang mengatakan bahwa tanda- Universitas Sumatera Utara tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi dan sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan. Sobur, 2004: 31, Saussure yang merupakan ahli semiotika yang lebih memperhatikan bagaimana tanda-tanda berkaitan dengan tanda-tanda yang lain dan bukan berkaitan dengan dengan objeknya. Saussure lebih memfokuskan perhatiannya langsung pada tanda itu sendiri. Menurut Saussure sendiri tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna. Seperti yang telah dikatakan bahwa tanda terdiri atas penanda dan petanda. Dimana penanda tersebut merupakan citra tanda dan petanda adalah konsep mental yang merupakan acuan dari pertanda. Penanda merupakan bentuk medium yang diberikan oleh suatu tanda sedangkan petanda merupakan suatu konsep dan makna-makna. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbiter Vera, 2014:20. Kedua komponen ini merupakan suatu kesatuan seperti dua sisi logam. Untuk menjelaskan tanda tersebut, Saussure mencoba menjelaskan dalam sebuah model yang telah diciptakannya sebagai berikut : Gambar 2.1 Gambar Unsur Makna Saussure Tanda Tersusun atas Realitas Eksternal dan makna Penanda Plus Pertanda Eksitensi Fisik Konsep Mental dari Tanda Sumber :Vera,Nawiroh, Semiotika dalam Riset KomunikasiBogor: Penerbit Ghalia Indonesia,2014, hal 20 Makna dari model diatas adalah tanda merupakan keseluruhan yang dihasilkan oleh hubungan antara penanda dan petanda. Hubungan yang terjadi antara kedua komponen tanda ini disebut dengan makna dan hal tersebut digambarkan melalui panah yang terdapat dalam model saussuren. Model saussuren ini merupakan model dyadic. Makna sebuah tanda berlaku secara pribadi, sosial atau bergantung pada konteks tertentu. Tanda tidak Universitas Sumatera Utara mengungkapkan sesuatu, tanda hanya mempunyai fungsi untuk menunjukkan, hanya individu lah yang memaknai tanda tersebut berdasarkan pengalaman yang dialami. Pendekatan kedua adalah pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan seorang filsuf bernama Charles Sanders Peirce 1839- 1914. Peirce menandaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda- tanda Sobur, 2004: 34. Saussure menawarkan model dyadic, dalam hal ini juga Charles Sander Pierce juga menawarkan suatu model triadic yang disebut sebagai triangle meaning semiotics sering dikenal juga dengan teori segitiga makna. Menurut Charles Sanders Peirce, tanda dibentuk dalam tiga sisi yaitu representament atau tanda itu sendiri, objek yang dirujuk oleh tanda dan akanmembuahkan interpretant. Interpretant merupakan tanda seperti yang diserap oleh benak kita. Mengenai makna sendiri menurut Peirce akan timbul ketika ketiga hubungan elemen tiga sisi tadi bekerja. Interpretant yang terbentuk oleh segitiga makna yang dibuat oleh Peirce ini dapat menimbulkan untaian rantai makna karena sifat makna yang berubah-ubah. Maka itu Peirce mengajukan sebuah gejala tanda yang disebut sebagai dinamisme internal dimana interpretant dari setiap tanda bisa menjadi tanda baru lagi Wibowo, 2013: 147. Semiotika digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda itu tidak pernah membawa makna tunggal. Kenyataannya teks media memiliki ideologi atau kepentingan tertentu, memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa teks media membawa kepentingan- kepentingan tertentu dan juga kesalahan-kesalahan tertentu yang lebih luas dan kompleks Wibowo, 2013: 11.

2.3.6 Semiotika Roland Barthes