Teori Politik Multikultural Kerangka Teori

2. Secara Lembaga Penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi bahan rujukan tentang Politik Multikulturalisme bagi kaum akademisi terlebih dalam studi politik lokal. Secara khusus bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 3. Secara Kemasyarakatan Penelitian ini kiranya mampu untuk menambah informasi sebagai bahan bacaan tentang Politik Multikulturalisme, khususnya bagi masyarakat di Kota Pematangsiantar.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Teori Politik Multikultural

Teori politik adalah teori yang lebih menekankan bahwa politik adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan power struggle ini mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat 14 . Deliar Noer dalam Pengantar ke Pemikiran Politik menyebutkan bahwa: teori tentang ilmu politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat. Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum semata-mata, dan tidak pula pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif baru. 14 Prof. Miriam Budiharjo. 2009.Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. hal. 18. 16 Universitas Sumatera Utara Sementara Multikultural pada dasarnya merupakan konsep yang berbicara mengenai keberagaman. Keberagaman adalah istilah yang menggambarkan satu cara khusus untuk merespons keanekaragaman etnis. Namun dalam kenyataannya tidak ada pandangan multikulturalis tunggal, melainkan macam-macam sikap tentang syarat multikulturalisme. Teori Multikulturalisme sistematis pertama dikembangkan oleh Will Kymlica. Menurut Kymlica, hak-hak minoritas tidak dapat digolongkan sebagai hak asasi manusia karena standar-standar hak asasi manusia tidak mampu menyelesaikan persoalan yang paling penting dan kontroversial terkait golongan minoritas budaya. Karena itu Kymlica berambisi mengembangkan sebuah teori liberal untuk hak-hak minoritas yang menjelaskan bagaimana hak minoritas hidup berdampingan dengan hak asasi manusia, bagaimana hak minoritas akan dibatasi dengan prinsip kemerdekaan individu, demokrasi, dan keadilan sosial 15 . Teori yang akhirnya diajukan Kymlica membedakan tiga jenis hak minoritas yaitu: 1. Hak menyelenggarakan pemerintahan sendiri Mengharuskan adanya pendelegasian kekuasaan kepada golongan minoritas bangsa. 2. Hak polietnis 15 Gerald F Gaus, Chandran Kukathas. 2012. Hand Book Teori Politik. Bandung: Nusa Media. hal. 574. 17 Universitas Sumatera Utara Menjamin dukungan financial dan perlindungan hukum bagi praktik-praktik yang menjadi ciri khas beberapa golongan etnis atau agama. 3. Hak perwakilan khusus Menjamin tempat bagi wakil-wakil golongan minoritas di badan atau lembaga negara. Penjelasan Kymlica untuk hak-hak yang dibedakan berdasarkan golongan ini berpusat pada pembedaan antara dua jenis golongan minoritas, Golongan minoritas bangsa dan Golongan minoritas etnis. Golongan minoritas bangsa adalah suku bangsa yang kebudayaannya dahulu memerintah sendiri dan terpusat secara teritorial, namun kini telah dilebur ke dalam suatu negara yang lebih besar. Sementara, Golongan minoritas etnis adalah suku bangsa yang telah bermigrasi ke suatu masyarakat baru dan tidak ingin menyelenggarakan pemerintahan sendiri, tetapi tetap ingin mempertahankan tradisi dan identitas etnisnya. Inti teori multikulturalisme Kymlica adalah sebentuk nasionalisme. Kymlica berpendapat bahwa tradisi liberal memiliki sejarah yang mengakui hak-hak yang dibedakan berdasarkan golongan. Berbicara tentang multikultural tentu tidak dapat terlepas dari berbicara tentang masyarakat majemuk. Hal ini selalu beriringan bila menelaah tentang keanekaragaman. Konsep masyarakat majemuk atau masyarakat plural sering kali dibicarakan bersama-sama dengan konsep 18 Universitas Sumatera Utara masyarakat multikultural, karena keduanya sama-sama menggambarkan keanekaragaman sosial dan kebudayaan. Pembahasan tentang masyarakat majemuk mulai memasuki dunia Antropologi mengenai kebijakan dan praktik kolonial di Indonesia dan Burma. Masyarakat majemuk sebagai masyarakat dimana orang-orang yang secara rasial berbeda hanya bertemu di pasar-pasar, suatu gambaran mengenai politik ekonomi kolonial. Kebudayaan-kebudayaan penyusun masyarakat majemuk dilihat sebagai entitas otonom, distinktif, yang berbeda satu sama lain. Batas-batas antara kebudayaan-kebudayaan satu sama lain tegas, dan interaksi di antaranya minimal kecuali dalam arena pasar atau arena publik lainnya yang memungkinkan orang bertemu karena kepentingan tertentu. Masyarakat majemuk adalah “kumpulan orang-orang dan mereka bergaul tapi tidak bercampur. Setiap kelompok memegang agama sendiri, kebudayaan dan kebiasaan sendiri, gagasan dan cara hidup sendiri. Inilah masyarakat majemuk, dengan bagian-bagian komunitas yang hidup berdampingan tetapi terpisah dalam satuan politik yang sama”. 16 Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah kenyataan yang sudah berjalan secara berkelanjutan hingga saat ini. Masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai budaya secara logis akan mengalami berbagai permasalahan, di mana persentuhan antar budaya akan selalu terjadi karena permasalahan silang budaya selalu terkait erat dengan kultural materialisme yang mencermati budaya dari pola pikir dan tindakan dari kelompok sosial 16 Andrik Purwasito.Op.Cit. Hal. 37. 19 Universitas Sumatera Utara tertentu. Nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan menjadi acuan sikap dan perilaku manusia sebagai mahkluk individual yang tidak terlepas dari kaitannya pada kehidupan masyarakat dengan orientasi kebudayaannya yang khas, sehingga baik pelestarian maupun pengembangan nilai-nilai budaya merupakan proses yang sekaligus bermatra individual, sosial, dan kultural. Dalam kenyataannya persentuhan nilai-nilai budaya sebagai manifestasi dinamika kebudayaan tidak selamanya berjalan secara mulus. Permasalahan silang budaya dalam masyarakat majemuk heterogen dan jamak pluralistis seringkali bersumber dari masalah kesenjangan komunikasi, serta kesenjangan tingkat pengetahuan, status sosial, geografis, dan adat kebiasaan yang merupakan kendala bagi tercapainya suatu konsensus yang perlu disepakati dan selanjutnya ditaati secara luas. Tambahan lagi dengan posisi Indonesia sebagai negara berkembang, akan selalu mengalami perubahan yang pesat dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga membuat celah-celah masalah keberagaman dapat menjadi sebuah potensi konflik di dalam masyarakat. Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh membedakan lima macam multikulturalisme: 17 17 Azra, Azyumardi. 2007. Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hal. 37. 20 Universitas Sumatera Utara a Multikulturalisme Isolasionis , mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain. b Multikulturalisme Akomodatif , yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi- akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa. c Multikulturalisme Otonomis , masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan equality dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar. 21 Universitas Sumatera Utara d Multikulturalisme Kritikal atau Interaktif , yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus concern dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka. e Multikulturalisme Kosmopolitan , berusaha menghapus batas- batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing. Sehingga dapat dikatakan bahwa Politik Multikulturalisme merupakan sebuah teori yang menekankan akan upaya pencapaian sebuah kekuasaan di tengah-tengah keberagaman yang ada. Dapat dikatakan pula sebagai suatu proses mewakilkan secara keseluruhan keanekaragaman yang ada, dalam upaya pencapaian sebuah kekuasaan.

1.6.2 Teori Identitas Sosial