Latar Belakang TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menjadikan teknologi otomotif juga semakin berkembang. Perkembangan yang terjadi pada sistem pembakaran dimana sistem tersebut memiliki rasio kompresi yang tinggi sehingga memerlukan jenis bahan bakar yang sesuai agar proses pembakaran bekerja dengan sempurna. Setiap jenis bahan bakar mempunyai kualitas yang berbeda- beda pada proses pembakaran pada ruang bakarcombustion chamber. Pemilihan bahan bakar yang berkualitas rendah dapat menyebabkan proses pembakaran yang tidak sempurna seperti gejala detonasiknocking, timbulnya endapan karbon dalam ruang bakar, turunnya performansi mesin, turunnya efisiensi mesin, dan sampai pada kerusakan pada komponen mesin sehingga mesin tidak dapat bekerja dengan baik. Oleh sebab itu diperlukan bahan bakar yang mempunyai kualitas yang cukup baik. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar adalah dengan menambahkan aditif ke dalam bahan bakar. Aditif atau yang dikenal dengan agen antiketukan digunakan untuk menaikkan angka oktan bahan bakar, mengurangi pengotoran ruang bakarendapan karbon, meminimalisir deposit di dalam sistem masukan dan mencegah pelekatan katup. [1] Bilangan Oktan adalah bilangan yang menunjukkan karakteristik bahan bakar untuk tidak menyala sendiri karena tekanan dan temperatur ruang bakar. Jika temperatur campuran udara-bahan bakar terlalu tinggi, campuran akan menyala sendiri tanpa membutuhkan busi atau pematik eksternal lain. Jika penyalaan sendiri terjadi pada motor bensin, maka akan dihasilkan pulsa tekanan yang lebih tinggi dibanding yang dikehendaki. Pulsa tekanan yang tinggi disebut ketukan knock. Terdapat dua metode untuk mengetahui bilangan oktan dari bahan bakar. Metode pertama adalah metode RON research octane number dimana bahan bakar diuji melalui mesin satu silinder dengan putaran mesin dan Universitas Sumatera Utara 2 temperatur udara masuk yang lebih kecil. Metode kedua adalah metoda MON motor octane number dimana bahan bakar diuji melalui mesin yang sama tetapi pada putaran mesin yang lebih tinggi dan temperatur udara masuk bahan bakar yang lebih tinggi. Kualitas bahan bakar dipengaruhi oleh nilai RON dan nilai MON. Jika suatu bahan bakar mempunyai nilai RON yang sama, belum tentu mempunyai nilai MON yang sama juga. Hal tersebut dipengaruhi oleh proses pengolahan bahan bakar dan kandungan yang terdapat pada bahan bakar tersebut. Rata-rata penjumlahan dari nilai RON dan MON disebut sebagai indeks anti ketukan AKIanti-knock index. [2] Di Indonesia, pertalite adalah jenis bahan bakar yang diperjualbelikan pada bulan juli tahun 2015 oleh PT Pertamina Persero. Pertalite mempunyai karakteristik operasi bilangan oktan 90 research octane number. Untuk menaikkan angka oktan dari suatu bahan bakar dapat diperoleh dengan memberikan TEL Tetra Ethyl Lead, Methanol¸ Ethanol dan memberikan aditif iso-oktana. TEL telah digunakan sebagai peningkat bilangan oktan sejak tahun 1920-an. Tetapi pada tahun 1940-an TEL digantikan dengan penggunaan MMT methylcyclopentadienyl manganese tricarbonyl benzena, toulena, dan naftalena. [3] Aditif yang akan digunakan untuk meningkatkan nilai oktan dari Pertalite adalah dengan produk STP Octane Booster. Pada pengujian pertama, Pertalite murni 100 akan digunakan sebagai bahan bakar. Pada pengujian kedua, dilakukan penambahan zat aditif pada pertalite. Begitupun dengan pengujian ketiga, dan pengujian keempat yang mempunyai metode yang sama dengan pengujian kedua dengan perbedaan dari kadar aditif. Dari keempat pengujian tersebut akan ditinjau unjuk kerja dari mesin bensin 4 langkah dengan spesifikasi mesin yang sama setiap pengujiannya. Unjuk kerja dari mesin tersebut antara lain performansi dan efisiensi. Universitas Sumatera Utara 3

1.2. Tujuan Pengujian Adapun tujuan dari pengujian ini adalah sebagai berikut: