47
4.2.1. Torsi
Besarnya torsi yang dihasilkan mesin yang disalurkan melalui sistem transmisi sampai memutar roda belakang yang terhubung dengan timbangan
pegas dan akan menarik timbangan pegas tersebut. Massa tarik timbangan pegas akan digunakan sebagai data-data perhitungan mendapatkan torsi. Selain data-data
massa tarik timbangan tarik diperlukan juga data transmisi
[30]
sebagai berikut: 1.
Final Gear Besar gigi tarik roda depan
: 14T Besar gigi tarik roda belakang : 35T
2. Rasio gigi 3
Besar poros utama mainshaft : 20T
Besar gear poros kedua countershaft : 23T 3.
Rasio antara poros engkol dengan poros transmisi : Besar gear poros engkol : 20T
Besar gear poros kopling : 67T 4.
Roda belakang Rear Wheel : Besar jari-jari roda belakang r =
x 17 inchi r = 8,5 inchi
r = 0,2159 m Data transmisi diatas dapat digunakan untuk mencari final ratio dengan
menggunakan persamaan 2.4, maka didapat FR = 9,63. Besar gaya yang diberikan roda belakang terhadap timbangan pegas dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.2, kemudian torsi yang diberikan roda belakang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3, sehingga dapat dicari torsi
mesin dengan menggunakan persamaan 2.5. Dapat dilihat besar gaya yang diberikan roda belakang, torsi roda belakang dan torsi mesin pada setiap variasi
putaran mesin dengan bahan bakar pertalite, C 0,16:80, C 1:80 dan C 3:80 pada tabel 4.4 dan gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.4 Data hasil perhitungan untuk pengujian torsi
Bahan Bakar
Putaran Mesin RPM 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
F N Pertalite
404,05 413,86
419,74 421,70
413,86 388,36
374,63 C 0,16:80
406,01 415,82
421,70 431,51
425,62 411,89
378,55 C 1:80
407,97 419,74
425,62 437,39
431,51 415,82
392,28 C 3:80
409,93 425,62
429,55 441,32
435,43 413,86
398,16
τ
roda belakang
Nm Pertalite
87,23 89,35
90,62 91,05
89,35 83,85
80,88 C 0,16:80
87,66 89,77
91,05 93,16
91,89 88,93
81,73 C 1:80
88,08 90,62
91,89 94,43
93,16 89,77
84,69 C 3:80
88,50 91,89
92,74 95,28
94,01 89,35
85,96
τ
rmesin
Nm Pertalite
9,06 9,28
9,41 9,45
9,28 8,71
8,40 C 0,16:80
9,1 9,32
9,45 9,67
9,54 9,23
8,49 C 1:80
9,15 9,41
9,54 9,8
9,67 9,32
8,79 C 3:80
9,19 9,54
9,63 9,89
9,76 9,28
8,93
Torsi maksimum penggunaan bahan bakar pertalite sebesar 9,45 Nm. Torsi maksimum penggunaan bahan bakar C 0,16 : 80 sebesar 9,67 Nm. Torsi
maksimum penggunaan bahan bakar C 1 : 80 sebesar 9,80 Nm. Torsi maksimum penggunaan bahan bakar C 3 : 80 sebesar 9,89 Nm. Torsi
maksimum setiap bahan bakar berada pada putaran mesin 5000 rpm. Torsi minimum penggunaan bahan bakar pertalite sebesar 8,40 Nm. Torsi
minimum penggunaan bahan bakar C 0,16 : 80 sebesar 8,49 Nm. Torsi minimum penggunaan bahan bakar C 1 : 80 sebesar 8,79 Nm. Torsi minimum
penggunaan bahan bakar C 3 : 80 sebesar 8,93 Nm. Torsi minimum setiap bahan bakar berada pada putaran mesin 8000 rpm.
Universitas Sumatera Utara
49
Gambar 4.5 Grafik pengujian torsi Nm vs putaran mesin rpm Berdasarkan gambar 4.5 diperoleh torsi terbesar dari setiap bahan bakar
terdapat pada penggunaan bahan bakar C 3 : 80 sebesar 9,89 Nm pada putaran mesin 5000 rpm.
Torsi terkecil dari setiap bahan bakar terdapat pada penggunaan bahan bakar pertalite sebesar 8,40 Nm.
Terjadi peningkatan torsi saat putaran mesin 2000 rpm sampai putaran mesin 5000 rpm. Dan terjadi penurunan torsi saat putaran mesin 6000 rpm sampai
putaran mesin 8000 rpm. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan besar gaya yang diberikan roda belakang terhadap timbangan pegas.
Torsi optimal terdapat pada putaran mesin 5000 rpm untuk setiap bahan bakar yang digunakan.
Besarnya torsi dipengaruhi oleh energi ledakan pada ruang bakar. Semakin besar nilai kalor bahan bakar, maka semakin besar energi ledakan pada ruang
bakar. Pembakaran sempurna terjadi jika terdapat kandungan molekul udara yang cukup pada molekul bahan bakar. Semakin tinggi putaran mesin maka
akan semakin singkat waktu pencampuran molekul udara dengan molekul bahan bakar, sehingga terjadi pembakaran yang tidak sempurna dan penurunan
torsi.
8 8.5
9 9.5
10
2000 3000
4000 5000
6000 7000
8000
T o
rs i
N m
Putaran mesin rpm
Pertalite C 0,16 : 80
C 1 : 80 C3 : 80
Universitas Sumatera Utara
50
4.2.2. Daya Besarnya daya yang dihasilkan poros engkol dalam pengujian