51
Gambar 4.6 Grafik daya Watt vs putaran mesin rpm Peningkatan daya terbesar terdapat pada penggunaan bahan bakar C 3 : 80
terhadap pertalite pada putaran mesin 7000 rpm sebesar 386,76 Watt. Secara garis besar, semakin banyak kandungan zat aditif pada bahan bakar,
maka semakin besar daya yang diberikan mesin motor bakar. Semakin besar nilai kalor bahan bakar, maka semakin besar torsi yang
dihasilkan. Semakin besar torsi yang dihasilkan maka semakin besar daya yang dihasilkan.
Semakin besar putaran mesin maka semakin besar daya yang dihasilkan mesin.
4.2.3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Specific fuel consumption
Konsumsi bahan bakar spesifik setiap campuran bahan bakar dan setiap variasi putaran dapat dihitung menggunakan persamaan 2.10. Diketahui
dari tabel 2.2 standar dan mutu spesifikasi bahan bakar jenis bensin 90 pertalite mempunyai batas maksimum massa jenis dari pertalite pada suhu 15
O
C adalah 770 kgm
3
dan batas minimum massa jenis pertalite adalah 715 kgm
3
. Sehingga dapat dicari rata-rata nilai massa jenis pertalite adalah 742,5 kgm
3
. Dan rasio massa jenis STP terhadap air adalah 0,84. Untuk mencari
ρ
f
bahan bakar
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
2000 3000
4000 5000
6000 7000
8000
D a
y a
W a
tt
Putaran mesin rpm
Pertalite murni 100 C 0,16 : 80
C 1 : 80 C 3 : 80
Universitas Sumatera Utara
52
pertalite, C0,16:80, C1:80 dan C 3:80 dapat dicari dengan persamaan 2.8 dan persamaan 2.9.
kgm
3
kgm
3
kgm
3
kgm
3
Besarnya laju aliran massa bahan bakar dan sfc dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.7 dan persamaan 2.10 dan dapat dilihat pada tabel
4.6 dan gambar 4.7. Tabel 4.6 Data hasil perhitungan untuk laju aliran bahan bakar
ṁ
f
dan konsumsi bahan bakar spesifik Sfc
Data Pengujian
Bahan Bakar
Putaran Mesin RPM 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
ṁ
f
kgjam Pertalite
0,4847 0,6403 0,8993 1,1754 1,4127 1,7359 2,4098
C 0,16 : 80 0,4777 0,6270
0,8659 1,1746 1,4115 1,7050 2,1043 C 1 : 80
0,4804 0,6509 0,8932 1,1827 1,4490 1,8028 2,1266
C3 : 80 0,5270 0,6862
0,9261 1,2051 1,5640 1,8643 2,5453
Sfc grkWh
Pertalite
255,52 219,7
228,18 237,46 242,36 272,02 342,53 C 0,16 : 80
250,59 214,11 218,68 231,92 235,46
251,9 296
C 1 : 80 250,8 220,19
223,49 230,38 238,41 263,84 288,67 C3 : 80
273,84 228,94 229,61 232,65 255,01 274,14
340,4
Pada tabel 4.6, sfc terbesar dengan menggunakan bahan bakar pertalite sebesar 342,53 grkWh pada putaran mesin 8000 rpm. Penggunaan bahan bakar
C 0,16 : 80 mempunyai nilai sfc maksimal 296 grkWh pada putaran mesin 8000 rpm. Penggunaan bahan bakar C 1 : 80 mempunyai nilai sfc maksimal
288,67 grkWh pada putaran mesin 8000 rpm. Penggunaan bahan bakar C 3 : 80 mempunyai nilai sfc maksimal 340,4 grkWh pada putaran mesin 8000 rpm.
Universitas Sumatera Utara
53
Pada tabel 4.6, sfc terendah dengan menggunakan bahan bakar C 0,16 : 80 sebesar 214,11 grkWh pada putaran mesin 3000 rpm. Penggunaan bahan bakar
pertalite mempunyai nilai sfc minimum 219,7 grkWh pada putaran mesin 3000 rpm. Penggunaan bahan bakar C 1 : 80 mempunyai nilai sfc minimum
220,19 grkWh pada putaran mesin 3000 rpm. Penggunaan bahan bakar C 3 : 80 mempunyai nilai sfc minimum 228,94 grkWh pada putaran mesin 3000
rpm.
Gambar 4.7 Grafik Sfc grkWh vs putaran mesin rpm Pada gambar 4.7, terlihat grafik sfc terendah rata-rata dari putaran mesin 2000
rpm sampai 8000 rpm pada penggunaan bahan bakar C0,16:80 dan grafik sfc tertinggi pada penggunaan bahan bakar C3:80.
Konsumsi bahan bakar spesifik berkurang ketika putaran mesin 2000 rpm sampai 3000 rpm, saat putaran mesin 3000 rpm sampai 7000 rpm sfc
meningkat tidak terlalu signifikan, dan kemudian meningkat secara signifikan pada putaran mesin 7000 rpm sampai 8000 rpm. Hal ini terjadi karena adanya
perbandingan t
f
dengan daya mesin yang dihasilkan.
200 220
240 260
280 300
320 340
2000 3000
4000 5000
6000 7000
8000
S fc
g r
kW h
Putaran mesin rpm
Pertalite murni 100 C 0,16 : 80
C 1 : 80 C 3 : 80
Universitas Sumatera Utara
54
4.2.4. Rasio Udara-Bahan Bakar AFR