Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diatur dengan
Peraturan Daerah KabupatenKota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Peraturan Daerah KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib
mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat istiadat dan sosial budaya masyarakat setempat.
Dalam Pasal 5 disebutkan Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan
memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Perubahan status desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memperhatikan
persyaratan : a.luas wilayah;
b.jumlah penduduk; c.prasarana dan sarana pemerintahan;
d.potensi ekonomi; dan e.kondisi sosial budaya masyarakat.
Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil. Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan status desa
menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Daerah KabupatenKota dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri. Peraturan Daerah KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 4 wajib mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat istiadat desa
dan sosial budaya masyarakat setempat.
Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk
kepentingan masyarakat setempat. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah kabupatenkota
.
D. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
danatau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa. Pembentukan Desa diprakarsai oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah kabupatenkota. Pembentukan Desa oleh pemerintah daerah kabupatenkota dapat berupa:
1 pemekaran dari 1 satu Desa menjadi 2 dua Desa atau lebih; atau
2 penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding menjadi 1 satu
Desa atau penggabungan beberapa Desa menjadi 1 satu Desa baru.
Pembentukan Desa melalui penggabungan beberapa Desa menjadi 1 satu Desa baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dilakukan berdasarkan
kesepakatan Desa yang bersangkutan. Kesepakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihasilkan melalui mekanisme:
1 Badan Permusyawaratan Desa yang bersangkutan menyelenggarakan
musyawarah Desa; 2
hasil musyawarah Desa dari setiap Desa menjadi bahan kesepakatan penggabungan Desa;
3 hasil kesepakatan musyawarah Desa ditetapkan dalam keputusan bersama
Badan Permusyawaratan Desa; 4
keputusan bersama Badan Permusyawaratan Desa ditandatangani oleh para kepala Desa yang bersangkutan; dan
5 para kepala Desa secara bersama-sama mengusulkan penggabungan Desa
kepada bupatiwalikota dalam 1 satu usulan tertulis dengan melampirkan kesepakatan bersama.
Dalam Pasal 20 disebutkan Perubahan status Desa meliputi: 1
Desa menjadi kelurahan; 2
Kelurahan menjadi Desa; dan 3
Desa adat menjadi desa. Dalam Pasal 21 disebutkam Perubahan status Desa menjadi kelurahan
harus memenuhi syarat: 1
luas wilayah tidak berubah;