Syarat-syarat dan tata cara pembentukan, penggabungan dan

dimaksud pada ayat 1 disetujui paling sedikit 23 dua per tiga penduduk Desa yang mempunyai hak pilih. Perubahan status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi syarat: Syarat-syarat Pembentukan desa menjadi Kelurahan adalah sebagai berikut: 1. Faktor Penduduk Faktor pertama yang menjadi persyaratan pembentukan kelurahan adalah faktor jumlah penduduk. Berdasarkan peraturan daerah tersebut ditetapkan bahwa untuk dapat diubah status desa menjadi kelurahan penduduk desa tersebut harus berjumlah minimal 3.000 jiwa atau 6.00 kepala keluarga KK. Untuk wilayah Jawa dan Bali paling sedikit 1500 jiwa atau 300 KK, wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 1000 jiwa atau 200 KK, wilayah Kalimantan, NTB, NTT, Maluku, Papua paling sedikit 750 jiwa atau 75 KK. luas wilayah dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat, wilayah kerja memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun, sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat, potensi desa yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia, batas desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang ditetapkan dengan peraturan daerah dan sarana dan prasarana yaitu tersedianya potensi infrastruktur pemerintahan desa dan perhubungan. 2. Faktor Prasarana Prasarana yang dimiliki oleh Kelurahan Deli Tua sudah cukup memadai untuk menunjang kehidupan masyarakatnya, hal ini dikarenakan di Kelurahan Deli Tua terdapat fasilitas-fasilitas umum, yakni tersedianya sarana kesehatan berupa puskesmas dan posyandu, sarana peribadatan seperti masjid dan mushola, sarana komunikasi berupa kantor pos, sarana pendidikan berupa taman pendidikan Alquran, taman kanak-kanak, sekolah dasar dan pesantren, sarana olahraga berupa lapangan tempat berolahraga. Keberadaan fasilitas umum tersebut dapat mendukung kegiatan-kegiatan mayarakat di Kelurahan Deli Tua. 3. Faktor Sosial Budaya Jika ditinjau dari segi faktor sosial dan budaya, di Kelurahan Deli Tua memiliki berbagai keragaman. Keragaman ini dapat dilihat dari adanya berbagai suku yang terdapat di kelurahan ini dan hidup secara berdampingan. Kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat KelurahanDeli Tua juga berjalan dengan baik, ditandai dengan tidak pernah terjadi konflik antar suku di dalam kehidupan bermasayarakat. Di Kelurahan Deli Tua juga masyarakatnya mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan budaya, berupa pengembangan kelompok kesenian. Kelompok kesenian berupa pengembangan tari-tarian tradisional dan kesenian daerah lainnya. Berlakunya peraturan daerah tersebut maka telah terjadi perubahan yang sangat mendasar pada satuan unit kerja terbawah yaitu kelurahan serta pada struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan. Ditetapkannya status desa menjadi kelurahan maka kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat-istiadat setempat telah berubah menjadi wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten di bawah kecamatan. Kebijakan untuk merubah status desa menjadi kelurahan tersebut pasti akan menimbulkan dampak yang bersifat positif atau negatif, artinya dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang terjadi dapat dinilai dengan membandingkan antara kondisi sebelum perubahan dan setelah perubahan status tersebut. 3. Faktor Kehidupan, Sosial Budaya, Mata Pencarian dan Karakter Masyarakat. Pada desa yang berada diwilayah kota secara bertahap telah menunjukan karakter perkotaan. Walaupun prosentase desa yang wilayahnya bersifat agraris cukup tinggi, namun kehidupan sosial budaya sudah bersifat majemuk, karena pada wilayah desa tersebut peruntukan lahan secara bertahap dan pasti berubah dari daerah pertanian menjadi daerah pemukiman dan industri. Mata pencarian masyarakat desa tidak hanya terdiri dari petani atau buruh tani, tetapi sudah beraneka ragam, misalanya karyawan atau tenaga kerjapegawai pabrik, jasa, pegawai kantor swasta atau kantor pemerintahan, pedagang dan secara bertahap pula fasilitas umum, fasilitas sosial budaya berkembangsejalan dengan perkembangan kegiatan industri, perdagangan dan perkembangan pemukiman. Selanjutnya dengan pekembangan masyarakat yang lebih berciri perkotaan tenaga kerja industri, perdangan, jasa, karyawan swasta atau pegawai negeri akan menimbulkan tuntutan pelayanan yang lebih dinamis. Kebutuhan pelayanan oleh aparatur pemerintah akan lebih meningkat karena mobilitas masyarakat yang semakin tinggi, misalnya kebutuhan akan layanan administrasi bidang perekonomian atau perdaganan dan industri, pariwisata serta lain-lain sebagainya. Hal tersebut sesuai denga pendapat Dukheim, bahwa perluasan kehidupan sosial, perkembangan kualitas dan kuantitas penduduk akan membawa perubahan dalam mekanisme dan bentuk organisasi masyarakatpemerintahan yang melingkupinya. Tatacara pengajuan dan penetapan perubahan status Desa menjadi Kelurahan diatur dalam Pasal 11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2008, yakni sebagai berikut: 1. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk merubah status Desa menjadi Kelurahan; 2. Masyarakat mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada BPD dan Kepala Desa; 3. BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan, dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan; 4. Kepala Desa mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada BupatiWalikota melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat BPD; 5. Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, BupatiWalikota menugaskan Tim KabupatenKota bersama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa yang akan diubah statusnya menjadi Kelurahan, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati Walikota; 6. Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak untuk merubah status Desa menjadi Kelurahan, BupatiWalikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan; 7. BupatiWalikota mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan kepada DPRD dalam forum rapat Paripurna DPRD; 8. DPRD bersama BupatiWalikota melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan, dan bila diperlukan dapat mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat desa; 9. Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan BupatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada BupatiWalikota untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah; 10. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada huruf i, disampaikan oleh Pimpinan DPRD paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama; 11. Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada huruf j, ditetapkan oleh BupatiWalikota paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama; dan 12. Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan yang telah ditetapkan oleh BupatiWalikota sebagaimana domaksud pada huruf 13. Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut di dalam Lembaran Daerah .

C. Dampak PembentukanPerubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Di Kelurahan Deli Tua

Adanya perubahan dari desa menjadi kelurahan menuntut adanya penyesuaian perangkat dari perangkat desa menjadi perangkat kelurahan karena dalam kedua sistem pemerintahan itu walaupun setara tetapi komponen- komponen yang ada dalam birokrasinya berbeda. Satu masalah yang dapat muncul dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat adalah kurang mampunya perangkat kelurahan yang baru untuk melayani masyarakat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peroses perubahan desa menjadi kelurahan dan dampak perubahan status desa di Kecamatan Deli Tua. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan metode survey dan metode analisis deskriptif, dimana metode survey tersebut merupakan penelitian dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan observasi dan wawancara sebagai teknik pengambilan datanya. Informasi dari sebagian populasi, dalam hal ini sampel responden dikumpulkan langsung ditempat kejadian secara sistematis dengan tujuan untuk mengetahui dan meramalkan beberapa aspek tingkah laku dari populasi yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa efesiensi waktu, efesiensi biaya, keterbukaan aparat, dan kondisi keamanan,kenyamanan pelayanan yang dilakukan aparat kelurahan Deli Tua telah dilakukan dengan baik. Walaupun masih banyak pelayanan yang belum dilaksanakan secara optimal. Sebaiknya untuk meningkatkan pelayanan di kelurahan Deli Tua, Lurah dan Masyarakat harus bekerja sama didalam: didalam menetapkan biaya administrasi maupun upah petugas didalam pengurusan surat- menyurat di Kelurahan, sebaiknya biaya disesuaikan dengan kemampuan masyarakat pada umumnya, agar masyarakat secara keseluruhan dapat menikmati pelayanan secara merata, mengajukan sarana dan prasarana kelurahan Deli Tua, baik gedung Kantor kelurahan, Puskesmas jalan sekolahan maupun prasarana lainnya, sehingga didengar oleh pemerintah dan pelayanan terhadap masyarakat dapat diberikan sebaik mungkin. Masalah pelayanan publik yang menggejala dan terjadi di Indonesia adalah masalah krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai birokrasi publik. Gejala ini mulai nampak sejak jatuhnya pemerintahan orde baru, yang kemudian diikuti dengan semakin rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi publik. Krisis kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi publik ini ditandai dengan mengalirnya protes dan demonstrasi yang dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat terhadap birokrasi publik, baik di tingkat pusat ataupun daerah. Pendudukan kantor-kantor pemerintah, rumah dinas bupati dan kepala desa, dan perusakan berbagai fasilitas publik menjadi fenomena yang sering ditemui di berbagai daerah. Ini menunjukkan betapa besarnya akumulasi

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 2 15

PENDAHULUAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006).

0 3 10

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 1 15

Perda Kabupaten OKU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Perubahan Status 7 Desa menjadi Kelurahan Dalam K

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 2

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 1