Tinjauan Kepustakaan Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

Pembentukan desa bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul desa, adat istiadat dan kondisi sosial budaya setempat. Dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 disebutkan sebagai berikut: a. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk desa. b. Masyarakat mengajukan usul pembentukan desa kepada BPD dan Kepala Desa. c. BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang pembentukan desa, dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang Pembentukan Desa. d. Kepala Desa mengajukan usul pembentukan Desa kepada BupatiWalikota melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat BPD dan rencana wilayah administrasi desa yang akan dibentuk. e. Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, BupatiWalikota menugaskan Tim KabupatenKota bersama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa yang akan dibentuk, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada BupatiWalikota. f. Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak dibentuk desa baru, BupatiWalikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah Pembentukan Desa. g. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada huruf f, harus melibatkan pemerintah desa, BPD, dan unsur masyarakat desa, agar ditetapkan secara tepat batas-batas wilayah desa yang akan dibentuk. h. BupatiWalikota mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa hasil pemabahasan pemerintah desa, BPD, dan unsur masyarakat desa kepada DPRD dalam forum rapat Paripurna DPRD. i. DPRD bersama BupatiWalikota melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa, dan bila diperlukan dapat mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat desa. j. Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan BupatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada BupatiWalikota untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. k. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada huruf j, disampaikan oleh Pempinan DPRD paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. l. Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada huruf k, ditetapkan oleh BupatiWalikota paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama dan, m. Dalam sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah ditetapkan oleh BupatiWalikota sebagaimana dimaksud pada huruf l, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Dearah tersebut di dalam Lembaran Daerah. Oleh karena itu, desa memiliki kriteria tertentu berdasarkan kepentingan masyarakat setempat. Birokrasi publik memiliki kewenangan yang sangat besar bagi pembangunan pemerintah daerah khususnya wilayah lingkup kelurahan dan pedesaan. Sebagai Negara kecil desa maupun kelurahan memiliki potensi yang besar bagi pondasi perekonomian Negara sehingga diperlukan suatu pemimpin yang mampu mengelola potensi tersebut. perubahan status desa menjadi kelurahan tersebut menjadikan peran birokrasi publik lebih tegas dan profesional sehingga memiliki status yang jelas di mata masyarakat yang berakibat pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat. 2. Pengertian Kelurahan Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2104 Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri ; Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 yang dimaksud dengan kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat kabupatenkota dalam wilayah kerja kecamatan. Tujuan pembentukan kelurahan adalah untuk meningkatkan kegiatan penyeleggarakan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna serta meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat kota sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan. 6 Pembentukan kelurahan baru itu terutama di kota-kota dimana desa-desa yang telah ada sebelumnya sudah kurang selaras dan serasi dengan perkembangan masyarakatnya yang telah nyata mempunyai ciri dan sifat” masyarakat kotaurban”. 7 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang kelurahan yang dimaksud dengan kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupatenkota dalam wilayah kerja kecamatan. 8 Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 disebutkan sebagai berikut : 1. Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan. 2. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang bersanding, atau pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih. 3. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus sekurang- kurangnya memenuhi syarat : 6 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 Tentang Kelurahan. 7 RH. Unang Sunardjo, tinjauan sepintas tentang Pemerintahan Desa dan Kelurahan Bandung: Tarsito, 1984, hlm. 122. 8 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 Tentang Kelurahan. a. Jumlah penduduk, b. Luas wilayah, c. Bagian wilayah kerja, d. Sarana dan prasarana pemerintahan. 4. Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana diamksud pada ayat 3 dapat dihapus atau digabung. 5. Pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat penyelenggaraan pemerintahan kelurahan. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 diatur Peraturan Daerah KebupatenKota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Dalam pasal 10 PP No.73 Tahun 2005 Di kelurahan dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan. Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah dan mufakat. Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 mempunyai tugas membantu lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi: a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat; d. penyusun rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian lingkungan hidup; g. pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang Narkoba bagi remaja; h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan j. pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah desakelurahan dan masyarakat. Dalam pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1980 telah diperinci beberapa faktor yang harus dipenuhi sebagai syarat pembentukan kelurahan, yaitu: 1. Faktor penduduk, sekurang-kurangnya 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga dan sebanyak-banyaknya 20.000 jiwa atau 4000 kepala keluarga. 2. Faktor luas wilayah harus dapat terjangkau secara efektif dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat . 3. Faktor letak berkaitan dengan aspek komunikasi, transportasi dan jarak dengan pusat kegiatan pemerintahan dan pusat-pusat pengembangan harus sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan pelayanan kepada masyrakat. 4. Faktor sosial budaya, agama dan adat akan dapat berkembang dengan baik. 5. Faktor prasarana berkaitan dengan prasarana berhubungan, pemasaran, sosial, dan fisik pemerintah akan dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat sebagaimana layaknya. 6. Faktor kehidupan masyarakat baik mata pencaharian dan ciri-ciri kehidupan lainnya akan dapat meningkat lebih baik. Peraturan Pemerintah tersebut lebih jelas mengatur mengenai kewenangan desa dan kelurahan, sampai ke struktur organisasi, selain itu pula terdapat pembahasan pada Bab 2 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 mengenai pembentukan dan perubahan status desa. Perubahan dari desa menjadi kelurahan maka tidak dapat dipungkiri lagi akan terjadi perubahan struktur, keuangan, kekayaan, kewenangan, dan birokrat publik. Sehingga pengaturan kembali rearrangement susunan pemerintahan terutama birokrasi publik desa. Tidak pelik lagi bahwa permasalahan birokrasi publik yang nantinya memegang pemerintahan akan terjadi, misalnya saja pergantian birokrasi publik desa mengakibatkan turunnya kepala desa walaupun belum habis masa berakhirnya dan dibutuhkannya dana kompensasi untuk perangkat desa lainnya yang diberhentikan. Usul pembentukan kelurahan dibuat oleh BupatiWalikotamdya setelah mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II bersangkutan, kemudian disampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, untuk seterusnya oleh Gubernur disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri.Setelah medapat persetujuan Menteri Dalam Negeri, maka Gubernur kepala daerah tingkat I menerbitkan surt keputusan pembentukan kelurahan yang diusulkan oleh BupatiKotamadya bersangkutan.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang konkrit sebagai data dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis normatif, yaitu dengan pengumpulan data-data serta studi kepustakaan maupun studi lapangan dan menggambarkan kondisi dengan melakukan riset lngsung kelapangan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi tersebut. 9 2. Jenis data dan sumber data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari naraumber atau langsung dari sumber pertama dan data skunder yang merupakan data yang 9 Bambang sungguno, Metodologi Penelitian Hukum Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003, hlm. 71. diperoleh dari dokumen-dokumen yang resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. 10 a. Bahan Hukum Primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya. b. Bahan Hukum Skunder, yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang status hukum desa menjadi kelurahan seperti: seminar hukun, majalah-majalah, karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan status hukum desa menjadi kelurahan dan juga beberapa sumber dari situs internet yang yang berkaitan dengan persoalnya diatas. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan skunder. 11 Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara dengan Lurah Deli Tua. 3. Teknik pengumpulan Data Adapun data tersebut dapat diperoleh: a. Penelitian Pustaka, yaitu data-data dan keterangan yang dikumpul dari bahan-bahan tulisan seperti buku-buku bacaan dan undang-undang yang ada hubunganya dengan pembahasan yang dilakukan. Data ini merupakan data skunder. b. Penelitian Lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan riset ke kantor Lurah terkait seperti Lurah Deli Tua. 10 Ibid., hlm. 72. 11 Abdurahman, Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum Malang:UMM, hlm.25.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 2 15

PENDAHULUAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006).

0 3 10

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 1 15

Perda Kabupaten OKU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Perubahan Status 7 Desa menjadi Kelurahan Dalam K

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 2

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 1