1602,27cm
-1
dan 1426,14cm
-1
vibrasi cincin aromatik, 1327,27 cm
-1
vibrasi cincin siringil, daerah 1272,73 cm
-1
vibrasi cincin guaiasil. Pergeseran bilangan gelombang mungkin saja terjadi akibat adanya pengaruh struktur batas pada inti
aromatik yang terkandung dalam bahan yang dianalisis Fengel, 1995.
4.3. Hasil Pembuatan Poliuretan-Zat Aditif
Poliuretan disintesis dalam 4 variasi dengan perbandingan tertentu. Hasil cetakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:
PU:Zat Aditif 8:2 PU:Zat Aditif 4:6
PU:Zat Aditif 6:4 PU:Zat Aditif 2:8
Gambar 4.2 Poliuretan-Zat Aditif
Universitas Sumatera Utara
Zat Aditif dihaluskan hingga berukuran 75 mikron. Tahapan pertama
adalah mencampurkan lignin dan zat aditif, PPG 1000, air dan TDI ke dalam reaktor, sambil diaduk dengan kecepatan 1200 rpm dan disertai pemanasan pada
suhu 55°C selama 5 menit. Hal ini dilakukan agar semua bahan bercampur homogen dan tidak ada gumpalan. Tahapan selanjutnya adalah proses pencetakan,
kemudian dibiarkan proses curing selama 2 hari, lalu ditekan panas selama 10 menit. Poliuretan yang dihasilkan dibuat dengan variasi antara poliuretan dan Zat
Aditif dengan perbandingan 8:2, 6:4, 4:6, 2:8.Variasi zat aditif yang ditambahkan sebagai bahan pengisi bertujuan untuk mendapatkan poliuretan dengan daya
saring yang baik sehingga dihasilkan nilai maksimum.
Modifikasi sifat poliuretan yang disintesis dapat dilakukan dengan penambahan bahan aditif dan penggunaan pereaksi yang bervariasi.Hatakeyama
1995 mengungkapkan bahwa polimer alam memiliki kereaktifan karena adanya gugus fungsi pada molekulnya, misalnya hidroksi.Dengan adanya gugus hidroksi,
lignin dapat dijadikan sebagai sumber poliol untuk sintesis poliuretan.Poliol yang diperoleh dari lignin dapat dijadikan sebagai koreagen yang kompetitif secara
ekonomis.
Ada dua reaksi penting yang terjadi penelitian ini.Reaksi pertama adalah antara isosianat dengan gugus hidroksil baik dari lignin maupun polipropilen
glikol yang membentuk poliuretan. Reaksi kedua adalah reaksi antara air dan isosianat yang menghasilkan amin dan gas CO
2
yang berperan sebagai bahan pengembang, lalu isosianat sisa akan bereaksi dengan amin membentuk urea
sebagai segmen keras Wang, 1998.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Analisa Waktu Alir Poliuretan
Hasil analisa waktu alir air payau terhadap PU-Zat Aditif dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Data perolehan fluks setiap busa poliuretan Variasi Zat
Aditif dalam Busa
Poliuretan Diameter
Foam m Ketebalan
Foam m Waktu Alir
s Nilai Fluks
Lm
2
.s
20 0,045
0,010 536
0.4144 40
0,045 0,010
607 0.3660
60 0,045
0,010 487
0.4563 80
0,045 0,010
445 0.4993
Analisa waktu alir dilakukan untuk mengetahui kemampuan material yang disintesis dalam mengadsorpsi partikel yang dihubungkan terhadap ukuran pori-
pori yang dihasilkan dengan waktu kontak yang diperoleh.Variasi penambahan pasir terhadap poliuretan dapat mengubah besarnya ukuran pori-pori material
yang dihasilkan, sehingga dapat mempengaruhi laju alir air yang dilewatkan melalui material. Semakin besar ukuran pori-pori material akan mempercepat laju
alirnya dan waktu kontak, sebaliknya semakin kecil ukuran pori-pori material akan memperlambat laju alir dan memiliki waktu kontak lebih optimum.
Berdasarkan pengamatan waktu alir optimum diperoleh pada poliuretan- zat aditif dengan perbandingan 6:4 yaitu sebesar 607 sekon. Optimumnya waktu
alir dari air gambut yang dilewatkan terhadap material menandakan bahwa pori- pori yang terbentuk di dalam poliuretan sangat rapat. Hal ini menunjukkan bahwa
telah tercapainya keseimbangan komposisi antara poliuretan yang bertindak sebagai bahan pengikatdan zat aditif sebagai bahan pengisi. Adanya
keseimbangan ini menyebabkan zat aditif yang memiliki pori-pori yang besar dapat menjadi lebih rapat dengan hadirnya poliuretan sebagai bahan pengikat,
Universitas Sumatera Utara
sehingga proses adsorpsi berlangsung dengan baik yang ditunjukkan oleh lebih lamanya waktu kontak dan waktu alir yang lebih besar. Menurunnya waktu alir air
gambut pada komposisi PU:Zat Aditif dengan perbandingan 4:6 dan 2:8 disebabkan oleh ketidakseimbangan komposisi antara bahan pengikat dan bahan
pengisi, dimana poliuretan dengan berat yang makin berkurang tidak mampu mengikat zat aditif yang meningkat dengan sempurna. Hal ini menunjukkan
fungsi utama poliuretan sebagai bahan pengikat tidak efisien lagi dalam menutupi pori-pori zat aditif untuk membentuk material dengan pori yang lebih kecil,
sehingga proses adsorpsi berlangsung lebih cepat dan waktu alir semakin kecil.
4.5 Hasil Analisa Gugus Fungsi Poliuretan Menggunakan Spektroskopi FTIR