Hasil Analisa Gugus Fungsi Poliuretan Menggunakan Spektroskopi FTIR

sehingga proses adsorpsi berlangsung dengan baik yang ditunjukkan oleh lebih lamanya waktu kontak dan waktu alir yang lebih besar. Menurunnya waktu alir air gambut pada komposisi PU:Zat Aditif dengan perbandingan 4:6 dan 2:8 disebabkan oleh ketidakseimbangan komposisi antara bahan pengikat dan bahan pengisi, dimana poliuretan dengan berat yang makin berkurang tidak mampu mengikat zat aditif yang meningkat dengan sempurna. Hal ini menunjukkan fungsi utama poliuretan sebagai bahan pengikat tidak efisien lagi dalam menutupi pori-pori zat aditif untuk membentuk material dengan pori yang lebih kecil, sehingga proses adsorpsi berlangsung lebih cepat dan waktu alir semakin kecil.

4.5 Hasil Analisa Gugus Fungsi Poliuretan Menggunakan Spektroskopi FTIR

Berdasarkan data uji permeabilitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa perbandingan tawas yang paling baik adalah busa poliuretan dengan perbandingan busa poliuretan : zat aditif 60 : 40. Selanjutnya busa poliuretan dengan perbandingan busa poliuretan : zat aditif 60:40 tersebut diuji dengan FT- IR.Hasil analisa FT-IR yang diperoleh dibandingkan dengan busa poliuretan tanpa penambahan zat aditif dan menghasilkan spektrum seperti pada gambar 4.3 berikut. Gambar 4.3 Spektrum FT-IR PU tanpa zat aditif dan PU+zat aditif Universitas Sumatera Utara Hasil identifikasi sampel busa poliuretan tanpa zat aditif yang diuji dengan FT-IR dapat ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Pita serapan FT-IR busa poliuretan tanpa zat aditif No Sampel Busa Poliuretan Tanpa Zat Aditif Kedudukan cm -1 Pita Serapan Asal 1 3425,58 3500-3400 Serapan gugus N-H terikat 2 3008,95 3100-3000 Serapan gugus C-H 3 2326,15 250 0-2000 Serapan C=O dari NCO 4 1647,21 1650-1580 Serapan vibrasi N-H 5 1315,45 1350-1000 Serapan vibrasi C-N 6 1126,43 1300-1100 Serapan C-O Sedangkan hasil identifikasi FT-IR untuk sampel busa poliuretan dengan zat aditif ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Pita serapan FT-IR busa poliuretan+zat aditif No Sampel Busa Poliuretan+Zat Aditif Kedudukan cm -1 Pita Serapan Asal 1 3414,00 3500-3400 Serapan gugus N-H terikat 2 3005,10 3100-3000 Serapan gugus C-H 3 2353,16 2500-2000 Serapan C=O dari NCO 4 1647,21 1650-1580 Serapan vibrasi N-H 5 1319,31 1350-1000 Serapan vibrasi C-N 6 1126,43 1300-1100 Serapan C-O Berdasarkan hasil analisa waktu alir air gambut menunjukkan bahwa poliuretan- zat aditif dengan waktu alir optimum adalah perbandingan 6:4. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan spektroskopi FTIR untuk Poliuretan:zat aditif dengan perbandingan 6:4 dan 10:0. Analisa FTIR dilakukan untuk mengetahui keberhasilan sintesis poliuretan melalui gugus-gugus fungsi yang terbentuk dan menganlisa interaksi yang terjadi antara pasir dan poliuretan. Universitas Sumatera Utara Hasil identifikasi kedua variasi poliuretan menunjukkan adanya serapan gugus N-H terikat pada daerah 3425,58 cm -1 dan 3414,00cm -1 , serapan pada 3808,95cm -1 dan 3005,10cm -1 merupakan serapan gugus C-H, daerah 1315,45 cm - 1 dan 1319,31cm -1 adalah vibrasi C-N, 1126,43cm -1 adalah daerah serapan untuk C-O, serta serapan pada daerah 2326,43 cm -1 untuk serapan C=O dari NCO Silverstein, 2005. Tidak terdapatnya serapan di daerah bilangan gelombang 2270 cm -1 gugus NCO menunjukkan bahwa seluruh isosianat yang digunakan telah habis bereaksi. Hasil yang tidak jauh berbeda diperoleh oleh Pradhan 2012, dimana hasil analisa FT-IR terhadap nanokomposit poliuretan yang disintesis dari minyak jarak dan heksametilen diamin menunjukkan adanya serapan pada daerah 3306 cm -1 uluran N-H, 1731 cm -1 uluran karbonil uretan, 1223 cm -1 pasangan uluran C-N dan C-O, dan 1079 cm -1 uluran C-O. Berdasarkan perbandingan data yang ada diketahui bahwa poliuretan telah berhasil disintesis.Menurut hasil yang didapatkan tampak tidak ada perubahan bilangan gelombang yang signifikan antara poliuretan-zat aditif dengan perbandingan 10:0 dan 6:4.Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi antara zat aditif sebagai bahan pengisi dan poliuretan sebagai pengikat hanya sebatas interaksi fisik, bukan interaksi secara kimia. Universitas Sumatera Utara

4.6 Hasil Analisa Morfologi Poliuretan Menggunakan SEM