KESIMPULAN SARAN GLISEROL Pemurnian Gliserol Dengan Metode Asidifikasi Asam Klorida dan Ekstraksi Dengan Pelarut Kloroform

38 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian pemurnian gliserol dengan metode asidifikasi asam klorida HCl dan ekstraksi menggunakan pelarut non polar kloroform, dapat diambil kesimpulan antara lain: 1. Pada penelitian ini digunakan crude gliserol hasil samping pabrik biodiesel dengan kadar 74,7161 dan setelah proses pemurnian menghasilkan kadar gliserol tertinggi sebesar 90,9082 pada rasio volum pelarut v v ⁄ 1:1 dengan waktu ekstraksi 60 menit. 2. Rasio karbon aktif 5 efektif untuk mereduksi warna pada sampel gliserol, merujuk pada penggunaan adsorben yang optimum oleh Andrade, et al., 2015 3. Hasil analisa gliserol yang sudah dimurnikan baik densitas, kadar air, kadar abu, kadar gliserol dan juga MONG Matter Organic Non Glycerol memenuhi standard gliserol komersil berdasarkan British Standard 2621 : 1979.

5.2 SARAN

Demi kesempurnaan penelitian ini, maka peneliti menyarankan: 1. Perlunya dilakukan variasi mol lainnya pada asidifikasi di bawah rasio 1:1 untuk mengetahui lebih banyak pH yang dihasilkan dengan berbagai perbandingan mol untuk melihat pengaruhnya terhadap kadar gliserol yang dihasilkan. 2. Metode dalam penelitian ini sudah cukup efisien, namun perlu dilakukan penelitian lanjutan dari penggunaan kembali reuse kloroform yang telah digunakan untuk mengetahui kinerja pelarut dalam ekstraksi gliserol untuk membandingkan kadar gliserol yang diperoleh. Universitas Sumatera Utara 39 3. Perlunya dilakukan pemurnian dengan pelarut non polar jenis lain untuk melihat kinerjanya dalam pemurnian gliserol karena pemisahan pelarut non polar lebih efisien dibandingkan dengan pelarut polar. Universitas Sumatera Utara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GLISEROL

Dalam perkembangan industri modern, salah satu masalah utama yang paling sering dihadapi adalah masalah energi. Energi yang digunakan masih didominasi oleh energi yang berasal dari bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan. Untuk itulah dikembangkan sumber energi yang ramah lingkungan yang berasal dari pengolahan biomassa untuk menghasilkan biodiesel [20]. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terbarukan, biodegradable, tidak beracun, serta memiliki karakteristik yang hampir menyamai bahan bakar diesel yang berasal dari fosil, sehingga biodeisel menjadi bahan bakar alternatif yang sangat menjanjikan. Biodiesel biasanya dihasilkan dari minyak nabati dan lemak hewan yang umumnya dihasilkan dari proses transesterifikasi dimana trigliserida dikonversi menjasi ester biodiesel melalui reaksi transesterifikasi [21]. Dalam proses konversi biodiesel dari minyak nabati atau lemak hewan, selain menghasilkan biodiesel sebagai produk utama, juga terbentuk gliserol sebagai produk samping dan umumnya dari 10 kg biodiesel yang dihasilkan terbentuk juga 1 kg gliserol [22]. Berikut merupakan reaksi umum konversi minyak nabati atau lemak hewani menjadi biodiesel yang menghasilkan gliserol sebagai produk samping. O CH 2 O C R CH 2 OH CH O C R + 3CH 3 OH CH OH + 3CH 3 OH C R CH 2 O C R CH 2 OH O Gambar 2.1. Reaksi Transesterifikasi Minyak menjadi Biodiesel dan Gliserol [22] Biodiesel Gliserol Minyak Alkohol Katalis Universitas Sumatera Utara 6 Gliserol sering juga disebut gliserin adalah senyawa poli-ol 1,2,3- propanetriol [23], yang merupakan produk samping dari transesterifikasi minyak nabati dan lemak hewan. Gliserol mentah yang dihasilkan dari pembentukan biodiesel ini tidak dalam keadaan murni, melainkan tercampur dengan banyak senyawa lainnya seperti air, garam organik dan anorganik, alkohol, sisa dari mono dan digliserida, serta zat pewarna tumbuhan [24]. Saat ini, seiring dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya dalam menyelaraskan kegiatan manusia dalam segala sektor dengan lingkungan alam sekitarnya, termasuk industri, maka energi terbarukan seperti biodiesel menjadi pilihan utama dalam penggantian bahan bakar fosil, sehingga penggunaan biodiesel semakin meningkat, dan sayangnya semakin menambah jumlah gliserol yang terbentuk yang apabila tidak dikelola, akan menimbulkan efek negatif bagi lingkungan [25]. Pada gambar 2.2 berikut, dapat dilihat grafik pertumbuhan jumlah produksi gliserol yang dihasilkan seluruh dunia. Gambar 2.2. Pertumbuhan Jumlah Gliserol yang Dihasilkan Seluruh Dunia [26] Gliserol yang merupakan produk sampingan dari transesterifikasi minyak nabati dan lemak hewan menjadi biodiesel yang memiliki efek negatif bagi lingkungan apabila dibiarkan menumpuk [22]. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kontaminan yang terkandung didalam gliserol segar, seperti sabunasam lemak bebas ALB, garam, serta reaktan sisa yang terikut, serta perlakuan khusus Universitas Sumatera Utara 7 sewaktu reaksi transesterifikasi seperti menggunakan katalis alkalin menyebabkan pH yang tinggi di atas 10 [9]. Gliserol segar umumnya tidak memiliki komposisi yang sama disebabkan oleh keragaman umpan masuk prosedurnya [9].Bagaimanapun juga, semua gliserol segar mengandung gliserol, sabun, solven ringan, seperti air, metanol, danatau etanol, fatty acid methyl esters FAMEs, gliserida seperti monogliserida, digliserida, dan trigliserida, beberapa jenis asam lemak bebas ALB, serta debu dalam jumlah yang beragam [27]. Hu, et al.,2012 [28] mengumpulkan karakteristik umum gliserol segar dari 3 tipe gliserol yang dikumpulkan dalam tiga jenis gliserol segar CG1, CG2, dan CG3 yang dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1. Karakteristik Umum Gliserol Untuk Beberapa Sampel [28] Komponen CG1 CG2 CG3 Gliserol 63,0 22,9 57,1 Metanol 6,2 10,9 11,3 Air 28,7 18,2 1,0 Sabun BDL 26,2 31,4 FAME BDL 21,3 0,5 Gliserida BDL 1,2 0,4 FFA BDL 1,0 BDL Abu 2,7 3,0 5,7 Total b 99,4 102,9 103,6 BDL : below detectable level b : garam anorganik terhitung dua kali dalam total ash dan sabun Tabel 2.2. Karakteristik Crude Gliserol dan Commercial Gliserol [9] Properties Commercial Gliserol Crude Gliserol Densitas gml 1,27 ± 0,01 1,05 ± 0,26 Air wt 0,01 ± 0,00 10,30 ± 0,26 Abu wt 0,00 ± 0,00 9,20 ± 1,04 Gliserol wt 9,99± 0,00 12± 2,38 MONG wt 0,00 ± 0,00 70,2 ± 4,37 Alkali - 56,0 ± 1,02 K 870 ± 40 45762 ± 3240 Na 28 ± 10 140,5 ± 23,7 Viskositas cP 142 ± 1 - Pada tabel 2.2 di atas, dapat dlihat karakteristik commercial gliserol yang umumnya dijual di pasaran dibandingkan dengan crude gliserol hasil samping Universitas Sumatera Utara 8 biodiesel. Gliserol murni yang umumnya dijual dipasar adalah gliserol murni dengan konsentrasi 99,5 – 99,7 [25]. Umumnya, gliserol dengan konsentrasi tinggi di atas 99 digunakan untuk industri makanan, obat –obatan, atau kosmetik [9] serta dapat juga dengan mudah dioksidasi, direduksi, dihalogenasikan, dieterifikasi,dan diesterifikasi untuk menjadi komoditas alternatif sebagai bahan baku proses kimia [10]. Akan tetapi, pemurnian gliserol segar untuk mencapai konsentrasi tinggi diatas 99 memerlukan biaya operasi yang tinggi, untuk itu, diperlukan metode yang lebih murah dengan efisiensi tinggi [11]. Salah satu kegunaan lain dari gliserol dan turunannya adalah mampu mengambil banyak jumlah gliserol sebagai solven. Solven dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk berbagai kegunaan di berbagai industri, termasuk sebagai media reaksi, media dispersant, dan senyawa pembersih. Seperti kebanyakan senyawa organik, solven organik sekarang yang banyak digunakan adalah turunan minyak bumi, dan umumnya merupakan senyawa volatil yang berbahaya, beracun, dan tidak ramah lingkungan [23].

2.2 PROSES PEMURNIAN GLISEROL