PROSES PEMURNIAN GLISEROL Pemurnian Gliserol Dengan Metode Asidifikasi Asam Klorida dan Ekstraksi Dengan Pelarut Kloroform

8 biodiesel. Gliserol murni yang umumnya dijual dipasar adalah gliserol murni dengan konsentrasi 99,5 – 99,7 [25]. Umumnya, gliserol dengan konsentrasi tinggi di atas 99 digunakan untuk industri makanan, obat –obatan, atau kosmetik [9] serta dapat juga dengan mudah dioksidasi, direduksi, dihalogenasikan, dieterifikasi,dan diesterifikasi untuk menjadi komoditas alternatif sebagai bahan baku proses kimia [10]. Akan tetapi, pemurnian gliserol segar untuk mencapai konsentrasi tinggi diatas 99 memerlukan biaya operasi yang tinggi, untuk itu, diperlukan metode yang lebih murah dengan efisiensi tinggi [11]. Salah satu kegunaan lain dari gliserol dan turunannya adalah mampu mengambil banyak jumlah gliserol sebagai solven. Solven dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk berbagai kegunaan di berbagai industri, termasuk sebagai media reaksi, media dispersant, dan senyawa pembersih. Seperti kebanyakan senyawa organik, solven organik sekarang yang banyak digunakan adalah turunan minyak bumi, dan umumnya merupakan senyawa volatil yang berbahaya, beracun, dan tidak ramah lingkungan [23].

2.2 PROSES PEMURNIAN GLISEROL

Gliserol diproduksi dari bahan baku dan proses yang berbeda-beda, sehingga gliserol yang dihasilkan pun memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Untuk itu diperlukan proses pemurnian yang berbeda tergantung pada karakteristik gliserol tersebut [3]. Cara umum yang digunakan untuk meningkatkan kemurnian gliserol diantaranya adalah dengan distilasi, filtrasi, perlakuan kimia, adsorpsi dengan activated carbon, resin penukar ion, ekstraksi, filtrasi, dekantasi dan kristalisasi, dimana berbagai metode yang digunakan tergantung pada karakteristik gliserol yang akan dimurnikan [12]. Masing-masing proses memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Proses ekstraksi dipilih karena beberapa keuntungan yaitu operasi yang mudah, biaya operasi yang rendah dibandingkan dengan yang lain, efisiensi yang tinggi dan juga kemungkinan untuk menggunakan kembali pelarut yang dipakai [16]. Kongjao, et al., pada tahun 2009 telah melaporkan proses pemurnian gliserol dari hasil samping biodiesel dengan menggunakan ekstraksi pelarut. Universitas Sumatera Utara 9 Pelarut yang digunakan adalah pelarut polar yaitu ethanol. Dengan didahului proses asidifikasi dan kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi, didapat gliserol dengan tingkat kemurnian hingga 93,34 [16]. Sedangkan Andrade, et al., pada tahun 2015 memurnikan gliserol dengan mengombinasikan metoda ekstraksi dan juga adsorpsi. Proses ekstraksi yang dilakukan yaitu proses ekstraksi bertingkat dengan menggunakan dua pelarut, yaitu pelarut non polar petroleum eter dan toluen. Dari kombinasi proses yang dilakukan, didapat kemurnian gliserol mencapai 99,2 .[17] Ekstraksi dilakukan dengan temperatur yang rendah menghadirkan resiko yang rendah terhadap terjadinya dekomposisi senyawa selama proses, juga mampu menghasilkan gliserol dengan tingkat kemurnian yang tinggi, selain itu, ekstraksi merupakan proses yang tidak berbahaya [17]. Oleh karena itu, ekstraksi merupakan metode yang efisien dipilih dalam memurnikan gliserol. Sebagai pre treatment awal, dilakukan asidifikasi yaitu dengan penambahan asam pada bahan baku gliserol. Ooi, et al., 2001, melaporkan bahwa perlakuan kimia dengan pH yang rendah lebih baik karena meningkatkan gliserol dan mengurangi kadar abu dalam proses rekoveri gliserol [15]. Pemurnian gliserol dapat dilakukan dengan berbagai metoda. Namun setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri, seperti yang dipaparkan pada tabel 2.3. berikut. Tabel 2.3. Teknologi Pemurnian Gliserol [3] Teknik Keuntungan Kerugian Distilasi vakum  Metode yang telah ada  Menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi  Memerlukan energi yang tinggi  Tidak memungkinkan untuk skala kecil Penukar ion  Biaya yang rendah  Mudah untuk skala scale-up  Membutuhkan penanganan untuk pencucian air  Dibutuhkan energi yang kecil  Operasi yang sederhana  Mudah dalam scale up dan pengontrolannya  Ramah lingkungan  Fleksibel untuk pemakaian  Tidak dioptimalkan untuk skala industri Universitas Sumatera Utara 10 dalam skala besar Activated carbon  Mereduksi warna  Tidak efisien untuk menghilangkan impuritis lain Perlakuan kimia  Digunakan sebagai perlakuan awal netralisasi  Memproduksi produk samping dengan kualitas tinggi asam lemak  Menghilangkan sabun  Pengulangan asidifikasi menghasilkan yield gliserol yang rendah  Memiliki prospek yang baik untuk produksi gliserol berkualitas tinggi Gliserol memiliki parameter standard yang harus dipenuhi. Berikut adalah parameter standard gliserol yang dikeluarkan oleh British Standard. Tabel 2.4. Parameter Standard Gliserol [3] Parameter BS 2621 : 1979 Kadar gliserol wt 80 Kadar abu wt 10 Kadar air wt 10 Senyawa organik non gliserol wt 2,5 1,3-propanadiol wt 0,5

2.3 ASIDIFIKASI