Pola makan yang mempengaruhi dispepsia

makanan sayuran, anatara lain 100 gram. Jumlah porsi buah ukuran 100 gram, potongan 75 gram.

2.2.3 Pola makan yang mempengaruhi dispepsia

a. Makan makanan berisiko Makanan yang berisiko yang dimaksud adalah makanan yang terbukti ada pengaruhnya terhadap dispepsia yaitu makanan pedas, makanan asam, makanan bergaram tinggi. Frekuensi makan makanan berisiko berhubungan signifikan dengan kejadian dispepsia. Semakin sering mengkonsumsi makanan tersebut semakin berisiko terken adispepsia Anggita, 2012. Konsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus yang berkontraksi. Keadaan ini menimbulkan rasa panas dan nyeri ulu hati yang disertai mual dan muntah Oktaviani, 2011. Bila kebiasaan mengkonsumsi lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal enam bulan dibiarkan berlangsung lama dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut gastritis. Selain itu, bubuk cabai atau chilli powder dapat menyebabkan kehilangan sel epitel pada lapisan mukosa Berdanier, 2008. Makanan dengan rasa asin yang berlebihan baik dalam segi rasa maupun frekuensi terbukti signinifikan dalam kasus pra kanker lambung. Peningkatan makanan asin dan makanan yang diasap secara berkaitan terbukti signifikan dalam perkembangan kanker lambung. Mengkonsumsi makanan asin dapat meningkatkan risiko terinfeksi bakteri H. Pylori yaitu bakteri penyebab gastritis Corwin, 2009. Universitas Sumatera Utara Makanan yang berminyak dan berlemak juga dapat menimbulkan gejala dispepsia. Makanan ini berada di lambung lebih lama dari jenis makanan lainnya. Makanan tersebut lambat dicerna dan menimbulkan tekanan di lambung. Proses pencernaan ini membuat katup antara lambung dan kerongkongan Lower Esophageal SphincterLES melemah sehingga asam lambung dan gas akan naik ke kerongkongan Berdanier, 2008. Makanan asam termasuk makanan yang berisiko penyebab dispepsia. Makanan asam dapat memperlambat pengosongan lambung. Sebelum masuk duodenum, kimus yang bersifat asam akan dinetralisir oleh Natrium Bikarbonat NaHCO3. Bila proses belum selesai, kimus asam akan berada di dalam lambung, sehingga akan mengiritasi lapisan mukosa lambung dan menimbulkan serangan gastritis. Diet rendah serat dianjurkan untuk mengurangi keluhan perut kembung, tetapi serat yang tidak larut dalam air dapat menyebabkan kembung tanpa adanya peningkatan jumlah gas. Kembung ini disebabkan oleh melambatnya aliran gas ke usus kecil akibat serat Mansjoer, 2000. Diit tinggi serat dan gas tidak dianjurkan dalam gangguan lambung. Makanan yang mengandung serat tinggi dan gas seperti daun singkong, kacang panjang, kol, lobak, sawi, asparagus, jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka Almatsier, 2004. b. Minum minuman berisiko Menurut Yunita 2010, frekuensi minum minuman iritatif seperti kopi, bersoda soft drink dan alkohol berpengaruh signifikan terhadap kejadian dispepsia. Beberapa jenis minuman atau zat tertentu yang terkandung pada Universitas Sumatera Utara minuman ternyata memiliki hubungan terhadap kejadian dispepsia. Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein yang merupakan zat sekret tagogue. Zat ini merupakan salah satu penyebab antrum mukosa lambung menyekresikan hormon gastrin. Kafein dapat menstimulasi produksi pepsin yang bersifat asam yang menyebabkan iritasi dan erosi mukosa lambung. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari fundus lambung Ganong, 2008. Minuman bersoda merupakan minuman mengandung gas. Gas yang berlebihan dalam lambung dapat memperberat kerja lambung. Minuman bersoda atau berkarbonasi akan melenturkan katup LES Lower Esophangeal Sphincter yaitu katup antara lambung dan tenggorokan sehingga menyebabkan reflux atau berbaliknya asam lambung ke kerongkongan. Oleh karena itu orang memiliki gangguan pencernaan dianjurkan tidak mengkonsumsinya. Disamping itu,minuman bersoda juga memiliki pH antara 3-4 yang berarti bersifat asam sehingga akan meningkatkan dampak buruk bagi lambung Berdanier, 2008. Minum susu terlalu banyak tidak dianjurkan bila ada gejala intoleransi laktosa. Lactose intolerance disebabkan oleh kurangnya enzim lactase yang dibutuhkan tubuh untuk mencerna laktosa gula susu. Laktosa yang tidak tercerna akan bertahan di usus dan mengalami fermentasi sehingga dapat menimbulkan rasa kembung Berdanier,2008. c. Jadwal makan Menurut Susanti 2011 kejadian dispepsia dipengaruhi oleh keteraturan dan frekuensi makan. Orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah Universitas Sumatera Utara terserang dispepsia. Frekuensi makan merupakan faktor yang berhubungan dengan pengisian dan pengosongan lambung. Kasus gastritis dispepsia diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga asam lambung meningkat, produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul nyeri epigastrum. Keadaan ini secara perlahan menimbulkan perdarahan. Perut yang kosong atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, berakibat rasa nyeri Oktaviani, 2011. Makan teratur dapat membuat alat pencernaan bekerja secara teratur. Agar proses pencernaan efisien ia harus bekerja secara wajar dan alamiah, artinya pola makan harus sesuai dengan siklus pencernaan dan kemampuan fungsi pencernaan. Adapun siklus pencernaan, yaitu: a. Siklus pencernaan 12 Siang-8 Malam merupakan saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena siklus pencernaan bekerja lebih aktif. Setelah pukul 8 –9 malam sebaiknya tidak makan makanan padat karena lambung tidak boleh sesak dengan makanan pada saat tidur. b. Siklus penyerapan 8 Malam-4 Pagi pada saat tubuh dan pikiran kita sedang istirahat total atau tidur, tubuh mulai menyerap atau mengasimilasi, dan mengedarkan zat makanan. Kurang tidur atau makan larut malam akan memboroskan energi dan mengganggu aktivitas siklus ini. c. Siklus pembuangan 4 Pagi-12 Siang secara intensif tubuh mulai melakukan pembuangan sisa-sisa makanan dan sisa-sisa metabolisme. Universitas Sumatera Utara Siklus ini paling banyak memakai energi. Selagi siklus ini berjalan sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan berat atau padat karena menurunkan intensitas proses pembuangan, memperlambat proses pencernaan, dan memboroskan energi Andang, 2001 dalam Ginting, 2008. Hasil penelitian oleh Annisa 2009 jeda antara jadwal makan yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan sindroma dispepsia. Pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan antara pola makan dan pengaruhnya terhadap gejala gastrointestinal pada remaja putri. Penyebab asam lambung tinggi diantaranya adalah aktivitas padat sehingga terlambat makan. Secara alami lambung akan memproduksi asam lambung setiap saat dalam jumlah kecil. Setelah 4-6 jam sesudah makan kadar glukosa dalam darah telah banyak diserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan saat itu jumlah asam akan meningkat Ganong, 2008. Pembagian waktu makan yang baik dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pembagian Waktu Makan Waktu Jam Makan Makan pagi 07.00 Snack pagi 10.00 Makan siang 13.00 Snack siang 16.00 Makan malam 19.00 Sumber : Penuntun Diet Tahun 2005 Universitas Sumatera Utara Makan tepat waktu merujuk pada konsep tiga kali makan dalam sehari ialah sarapan, makan siang, dan makan malam. Dalam memulai makan, janganlah makan setelah benar-benar lapar. Atur waktu makan seperti sarapan sekitar jam 06.00-08.00, makan siang sekitar jam 12.00-13.00, dan makan malam antara jam 18.00-20.00 Tilong, 2014.

2.3 Manajemen Diet Penderita Dispepsia