2.5 Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin + plasenta, yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain Mochtar, 1998. Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang berasal dari kondisi ibu sendiri dalam menghadapi
persalinan dan kondisi janin dalam kandungan, yaitu: 1.
Faktor Kekuatan His power Adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim ditambah kerja otot-otot volunteer dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan.
2. Faktor Jalan Lahir Passage
Adalah jalan lahir janin, faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi persalinan antara lain: ukuran panggul
sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan serviks uteri, uterus dan ovarium. Kelainan-kelainan ini dapatterdeteksi secara dini dengan
pemeriksaan kehamilan yang adekuat, oleh karena itu faktor pemeriksaan kehamilan sangat penting memperkirakan proses persalinan.
3. Faktor Bayi Passeger
Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan, pada keadaan normal, bentuk bayi, berat badan, posisi dan letak dalam
perkembangannya sampai pada akhir kehamilan dan siap untuk dilahirkan, bayi mempunyai kekuatan untuk mendorong dirinya keluar sehingga
persalinan berjalan spontan.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Remaja 2.6.1 Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan
perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10-19 tahun Santrock, 1993 . Secara Etimilogi, remaja berarti ”tumbuh menjadi dewasa”.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: 1.
Secara Kronologis Remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21
tahun. 2.
Secara Fisik Remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. 3.
Secara Psikologis Remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan
dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Gunarsa 1978 mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Tahapan Perkembangan Remaja
Menurut WHO 1995, masa remaja dibagi atas tiga tahap yaitu: 1.
Masa Remaja Awal 10-13 tahun Pada masa ini individu mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak
dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua.
Masa remaja awal 10 – 13 tahun dengan ciri khas antara lain:
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak
2. Masa remaja pertengahan 16- 18 tahun
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kematangan berpikir yang baru. Teman sebaya memiliki perang yang penting. Dimasa ini remaja juga
mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
Masa remaja pertengahan 16 – 18 tahun dengan ciri khas antara lain:
a. Mencari identitas diri
b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Mempunyai rasa cita yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivitas seks.
Universitas Sumatera Utara
3. Masa remaja akhir 19
– 21 tahun Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran
–peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam
kelompok teman sebaya dan diterima orang dewasa. Masa remaja akhir 19
– 21 tahun dengan ciri khas antara lain: a.
Pengungkapan identitas diri b.
Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c.
Mempunyai citra jasmani dirinya d.
Dapat mewujudkan rasa cinta e.
Mampu berfikir abstrak
2.7 Pernikahan Dini
Pernikahan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal dihadapan kepala agama tertentu, para saksi dan
sejumlah hadirin, untuk kemudian resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritual tertentu Kartono, 2006.
Dalam Wikipedia, pernikahan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan
suatu yang pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan pribadi yang biasanya intim dan seksual Wikipedia, 2011. Pernikahan dini adalah
pernikahan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa remaja merupakan peralihan dari masa
kenak-kanak menjadi dewasa Steve, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-Undang Perkawinan nomor 11 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan
wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Undang-Undang Perlindungan Anak memberikan batasan usia anak adalah usia dibawah 18 tahun dan dalam Undang-
Undang Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, orangtua diwajibkan menindungi anak dari pernikahan dini. Namun ditinjau dari segi kesehatan
reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan
UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut Sarwono,
2007.
2.7.1 Faktor-faktor yang menyebabkan Wanita Melakukan Pernikahan Dini
Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada remaja di negara berkembang khususnya Indonesia antara lain:
1. Faktor Sosial Budaya
Masih banyak pula ditemui di daerah pedesaan adanya kesan bahwa wanita yang tidak segera menikah akan dipandang sebagai wanita yang tidak laku dan
merupakan aib bagi keluarganya. Keterbatasan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang dimiliki oleh orang tua atau remaja akan berakibat pada maraknya
kasus pernikahan usia dini Rifka, 2011. Ada anggapan di masyarakat bahwa lebih baik kawin di usia muda daripada
menjadi perawan tua. Sebagian lain masyarakat, terutama yang memahami agama secara sempit, menikahkan anak perempuannya adalah saat anak perempuannya
mendapat menstruasi pertama karena khawatir si anak akan terlibat perbuatan zina.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Ekonomi
Mencher dalam Siagian 2012 mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga
mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan
yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga.
Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si
anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya terutama untuk anak perempuan, belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu
perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.
3. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi.Akibat lanjutnya
produktivitas kerjanyapun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai.Karena terkadang seorang anak perempuan
memutuskan untuka menikah diusia yang tergolong muda. Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia
untuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang
tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah
Universitas Sumatera Utara
pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah
mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di atas 22 tahun.
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang kehamilan merupakan hal penting bagi setiap wanita yang telah menikah, termasuk remaja putri yang menikah dini. Dengan
pengetahuan tentang kehamilan yang cukup wanita akan lebih siap menghadapi kehamilan dan tidak mudah mengalami kecemasan. Pengetahuan berhubungan
dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang Stuart Sundeen, 2001. Menurut Notoatmodjo 2003, bahwa semakin tinggi pendidikan yang di
tempuh seseorang, maka semakin baik pengetahuan dan lebih luas di banding dengan tingkat pendidikan rendah. Begitu pula dengan Azwar 2005, yang
mengatakan bahwa pendidikan juga membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi
pengetahuan. 5.
Faktor Keluarga Orang tua Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah
secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal
yang tidak di inginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal
Universitas Sumatera Utara
yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.
6. Faktor Teknologi
Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media
massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau mentransformasi diantara
masyarakat itu sendiri. Cepatnya arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini
yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi
seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tetapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya,
munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi.
Hal tersebut membuat remaja terjerumus dalam pergaulan bebas yang membawa dampak
pada terjadinya kehamilan yang tak diinginkan dan pernikahan usia dini.
7. Faktor MBA Marriage By Accident
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan
pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah
menguntungkan, padahal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada
suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan.
2.7.2 Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi
Dampak bagi kesehatan reproduksi sering terjadi pada pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan persalinan. Kehamilan pada masa remaja
mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Rahim baru siap
melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita mulai
mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan dimulainya menstruasi. Pematangan rahim dapat dilihat dari perubahan ukuran rahim secara
anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan dengan umur dan perkembangan hormonal Kusmiran, 2011.
Pada usia 14-18 tahun, perkembangan otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan, rahim dapat ruptur
robek. Di samping itu, penyangga rahim juga belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang lain dapat juga terjadi yaitu
prolapsus uteri turunnya rahim ke liang vagina pada saat persalinan.
Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat
berdampak jika terjadi kehamilan yaitu kehamilan menjadi tidak stabil, mudah
Universitas Sumatera Utara
terjadi perdarahan, kemudian abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia produktif aktif. Hal ini dapat
meningkatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari Kusmiran, 2011.
2.8 Landasan Teori
Berdasarkan konsep teori Lawrence Green, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Predisposing
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial, dan sebagainya.
b. Faktor Enabling
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasaranafasilitas kesehatan bagi masyarakat
c. Faktor Reinfocing
Faktor ini yang mendorongmemperkuat terjadinya perilaku yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas
kesehatan. Disamping itu UU, Peraturan-peraturan baik pusat maupun pemerintah juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Kerangka Teori