Faktor-faktor yang menyebabkan Wanita Melakukan Pernikahan Dini

Menurut Undang-Undang Perkawinan nomor 11 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Undang-Undang Perlindungan Anak memberikan batasan usia anak adalah usia dibawah 18 tahun dan dalam Undang- Undang Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, orangtua diwajibkan menindungi anak dari pernikahan dini. Namun ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut Sarwono, 2007.

2.7.1 Faktor-faktor yang menyebabkan Wanita Melakukan Pernikahan Dini

Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada remaja di negara berkembang khususnya Indonesia antara lain: 1. Faktor Sosial Budaya Masih banyak pula ditemui di daerah pedesaan adanya kesan bahwa wanita yang tidak segera menikah akan dipandang sebagai wanita yang tidak laku dan merupakan aib bagi keluarganya. Keterbatasan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang dimiliki oleh orang tua atau remaja akan berakibat pada maraknya kasus pernikahan usia dini Rifka, 2011. Ada anggapan di masyarakat bahwa lebih baik kawin di usia muda daripada menjadi perawan tua. Sebagian lain masyarakat, terutama yang memahami agama secara sempit, menikahkan anak perempuannya adalah saat anak perempuannya mendapat menstruasi pertama karena khawatir si anak akan terlibat perbuatan zina. Universitas Sumatera Utara 2. Faktor Ekonomi Mencher dalam Siagian 2012 mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga. Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya terutama untuk anak perempuan, belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu. 3. Faktor Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi.Akibat lanjutnya produktivitas kerjanyapun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai.Karena terkadang seorang anak perempuan memutuskan untuka menikah diusia yang tergolong muda. Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia untuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah Universitas Sumatera Utara pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di atas 22 tahun. 4. Pengetahuan Pengetahuan tentang kehamilan merupakan hal penting bagi setiap wanita yang telah menikah, termasuk remaja putri yang menikah dini. Dengan pengetahuan tentang kehamilan yang cukup wanita akan lebih siap menghadapi kehamilan dan tidak mudah mengalami kecemasan. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang Stuart Sundeen, 2001. Menurut Notoatmodjo 2003, bahwa semakin tinggi pendidikan yang di tempuh seseorang, maka semakin baik pengetahuan dan lebih luas di banding dengan tingkat pendidikan rendah. Begitu pula dengan Azwar 2005, yang mengatakan bahwa pendidikan juga membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pengetahuan. 5. Faktor Keluarga Orang tua Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak di inginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal Universitas Sumatera Utara yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah. 6. Faktor Teknologi Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau mentransformasi diantara masyarakat itu sendiri. Cepatnya arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tetapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Hal tersebut membuat remaja terjerumus dalam pergaulan bebas yang membawa dampak pada terjadinya kehamilan yang tak diinginkan dan pernikahan usia dini. 7. Faktor MBA Marriage By Accident Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan, padahal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa. Universitas Sumatera Utara Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan.

2.7.2 Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi

Dokumen yang terkait

Evaluasi Lahan Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

2 72 89

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

9 110 114

Kondisi Sanitasi Dasar Dan Rumah Sehat Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Unit Pemukiman Transmigrasi Di Desa Teluk Panji IV Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2004

0 37 104

Karateristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 29 100

Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara (Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara)

0 39 74

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel dan Jambu Biji

5 89 45

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Desa Perlabian Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014

3 4 13

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Desa Perlabian Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014

0 0 2

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Desa Perlabian Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014

0 0 12

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Desa Perlabian Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014

0 0 35