Efek Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Latihan Daya Tahan Jantung Indeks Massa Tubuh dengan Daya Tahan Jantung Paru

2.6 Efek Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Latihan Daya Tahan Jantung

Paru 1. Jangka pendek  Meningkatkan jumlah neurotransmitter dan meningkatkan aliran darah ke otak  Meningkatkan denyut jantung dan volume sekuncup  Meningkatkan ventilasi pulmonal.  Meingkatkan produksi ATP  Meningkatkan tekanan darah sistol, meningkatkan aliran darah dan transpor oksigen ke otot skeletal, meningkatkan VO2max, meningkatkan ambang laktat

2. Jangka panjang

 Memperbaiki kemampuan kognitif da kemampuan memanajemen stress, mempertajam ingatan,menurunkan tingkat depresi,kegelisahan dan resiko stroke  Meningkatkan ukuran jantung dan isi sekuncup saat istirahat, menurunkan risiko serangan jantung  Memperbaiki kemampuan untuk menyaring oksigen dari udara sewaktu latihan, mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan  Mengurangi lemak tubuh  Mengurangi risiko kanker  Meningkatkan jumlah dan ukuran mitokondria pada sel otot, meningkatkan penyimpanan glikogen,meningkatkan mioglobin,memperbaiki kemampuan untuk mengunakan asam laktat dan lemak sebagai bahan bakar, memperbaiki sensitivitas insulin  Meningkatkan kepadatan dan kekuatan tulang,ligament,tendon,mengurangi risiko nyeri punggung belakakang,dan osteoporosis  Meningkatkan kemampuan pembuluh darah untuk mengurangi agregasi platelet yang merupakan faktor pencetus penyakit jantung koroner Rodriguez, 2014.

2.7 Indeks Massa Tubuh dengan Daya Tahan Jantung Paru

Peningkatan IMT berdampak pada sejumlah penyakit seperti sindroma metabolik dan penyakit kardiovaskular. Sebagai contoh pada orang yang memiliki IMT tinggi alias obes ditemukan abnormalitas metabolik seperti hiperglikemia, hipertensi dan lipoprotein yang bersifat aterogenik, yang dapat menyebabkan kerusakan vaskuler. Pembentukan plak aterosklerosis melibatkan proses inflamasi sebagai inisiator maupun propagator mempercepat proses pembentukan aterosklerosis. Bukti keterlibatan proses inflamasi terhadap pembentukan plak aterosklerosis adalah dengan ditemukannya peningkatan penanda inflamasi yaitu CRP, interleukin-6, dan tumor necrosis factor pada penderita obesitas dan pada penderita penyakit kardiovaskuler. Bila fungsi jantung terganggu maka daya tahan janutng paru akan terganggu juga Anam, 2010. Pada orang yang obes terjadi peningkatan lemak tubuh. Penumpukan lemak yang tinggi dapat terjadi pada ventrikel dan pada otot. Penumpukan lemak yang tinggi pada ventrikel akan menyebabkan penebalan ventrikel sehingga memengaruhi cardiac output. Akibatnya jumlah darah yang dipompakan dan jumlah oksigen yang diedarkan menjadi lebih sedikit. Sementara, penumpukan lemak pada otot akan menghambat otot dalam menggunakan pasokan oksigen dari darah. Peningkatan resistensi pembuluh darah akibat penumpukan lemak merpakan hal yang dapat memperburuk dan menghambat pendistribusian oksigen ke seluruh sel dalam tubuh. Hal-hal tersebut mengakibatkan berkurangnya ambilan oksigen. Jika hal ini terus menerus terjadi maka akan terjadi penurunan dalam daya tahan jantung paru seseorang Olivia, 2011.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permainan sepak bola merupakan permainan yang popular dan diminati di mancanegara dan nusantara. Permainan yang dimainkan oleh dua regu dengan masing masing regu terdiri dari 11 orang pemain lazim disebut kesebelasan. Menurut Soekatamsi 1994, permainan boleh dilakukan dengan seluruh anggota tubuh selain tangan, kecuali penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tangan Hertanto, 2012. Permainan yang berdurasi 90 menit ini membutuhkan keterampilan berupa taktik, teknik dan kondisi fisik yang baik. Karakteristik permainan yang memiliki waktu permainan yang cukup lama menjadi syarat atlet untuk memiliki kondisi fisik berupa postur tubuh yang ideal dan kebugaran jasmani yang baik Fuziyono, 2013. Postur tubuh yang ideal dapat mendukung kemampuan atlet dalam menggiring bola, lincah dalam menghalangi pergerakan lawan, dan mengubah arah bola. Postur tubuh yang ideal dapat digambarkan dengan pengukuran antopometrik berupa indeks masa tubuh Anindito, 2014. Indeks masa tubuh adalah perbandingan antara berat badan kg yang merupakan gambaran komposisi tubuh dengan tinggi badan dikuadratkan m 2 . Indeks masa tubuh secara tidak langsung juga menggambarkan status gizi seseorang Damanik, 2010. Seorang atlet harus memiliki IMT yang normal dan tinggi badan di atas rata- rata Andika Bawono, 2013. Studi di Yunani menyebutkan bahwa walaupun pada atlet terdapat peraturan untuk tidak boleh obesitas atau overweight ternyata prevalensi atlet yang overweight masih ada sekitar 28,5 dan obesitas 10,4. Pada penelitian tersebut dijumpai performa yang menurun dibandingkan kelompok yang memiliki IMT yang ideal Nikolaidis, 2012. Dewasa ini obesitas dan overweight masih menjadi masalah kesehatan. Menurut WHO 2015 diprediksi bahwa 2,3 miliar penduduk dunia akan mengalami overweight Susantiningsih, 2015. Menurut Riskesdas 2010, di Indonesia