mlkgmenit SD 4.9. Sedangkan, pada kelompok usia 20-29 didapatkan lebih banyak pemain memiliki IMT yang normal 45.5, daya tahan jantung paru dalam
kategori baik 72.7 dengan rata-rata IMT 23 kgm
2
SD 2,5, VO
2
max 60 mlkgmenit SD 4.8.
5.3.2 Pembahasan 5.3.2.1 Analisa Univariat
a. Indeks Massa Tubuh IMT
Berdasarkan tabel 5.2 dan tabel 5.4, rata-rata subjek penelitian baik memiliki IMT yang normal. Hal yang sama juga diperoleh pada penelitian Mirza terhadap atlet
Pasuruan yang berusia 14-37 tahun dengan nilai IMT yang berada dalam kisaran normal 18.5-22. Pada penelitian Tang tahun 2014 pada atlet sepak bola di Makassar
yang berusia 17-30 tahun didapati rata-rata IMT normal yaitu sekitar 81. Selain itu, pada penelitian Arum pada atlet sepak bola usia 15-18 tahun pada tahun 2013 dari 33
atlet sepak bola yang diteliti 78.8 memiliki IMT normal 22.08 20 kgm
2
. Namun dari distribusi frekuensi data ini masih ditemukan atlet yang IMT nya overweight
dan obesitas dan underweight. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan bertambahnya umur akan
berpengaruh terhadap komposisi tubuh.Adisapoetra, Primana Asim, 1999. Hal ini dijumpai pada penelitian ini bahwa kelompok usia 20-29 tahun memiliki IMT yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok usia 10-19 tahun. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi disebabkan karena pemain belum memperhatkan kualitas
makanan yang harus dipilih, penambahan jenis makanan tertentu pada saat latihan dan pertandingan, kurangnya pengetahuan untuk memilih makanan yang cocok,
adanya kesalahan konsep tentang peranan zat gizi spesifik untuk menunjang stamina olahraga. Penggalih, 2007.
b. Daya Tahan Jantung Paru VO
2
max
Berdasarkan tabel 5.5 dan 5.7 di atas, masing-masing kelompok memiliki VO
2
max dalam kategori baik. Pada kelompok usia 10-19 tahun rata-rata VO
2
max nya 58.8 mlkgmenit SD 4.9 dan pada kelompok usia 20-29 didapatkan rata-rata
VO
2
max a 60 mlkgmenit SD 4.8 . Hal ini sejalan dengan penelitian Mermier tahun 2008 pada atlet laki-laki berusia 18-23 tahun di Meksiko. Nilai VO
2
max yang didapat dalam kategori baik rata-rata sekitar 60.8 mlkgmenit. Sementara itu, pada penelitian
Lubis tahun 2013 terhadap mahasiswa laki-laki yang sehat dengan rentang umur 19- 28 tapi memiliki pola hidup sedentary, daya tahan jantung paru yang didapat lebih
buruk yaitu 28-46 mlkgmenit. Daya tahan jantung paru dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satuya adalah
latihan aerobik. Latihan aerobik pemain sepak bola berupa latihan, pemanasan secara teratur dan dalam intensitas tertentu. Latihan aerobik dapat meningkatkan nilai
VO
2
max dikarenakan saat melakukan latihan tersebut kebutuhan otot akan oksigen meningkat karena otot yang aktif mengoksidasi molekul nutrien lebih cepat untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan energinya. Pada penelitian yang dilakukan Arum pada tahun 2009 dilakukan pelatihan fisik secara aerobik dan teratur selama enam
minggu terhadap atlet sepak bola. Pelatihan fisik dilakukan secara teratur yang artinya frekuensi latihan 3x seminggu,dalam waktu 30-60 menit dengan intensitas
sedang-berat. Dari penelitian tersebut terbukti ada kemajuan dalam nilai VO
2
max dari 58,1 mlkgmenit menjadi 64,3 mlkgmenit.
Peningkatan kebutuhan oksigen terjadi melalui mekanisme terbentuknya karbondioksida dari metabolisme otot sehingga lebih banyak karbondioksida
memasuki darah dan meningkatkan ion hidrogen dalam darah. Hal ini akan dirasakan oleh kemoreseptor, yang sebaliknya merangsang pusat inspirasi, dimana terjadi
peningkatan dan kedalaman pernapasan. Untuk memenuhi kebutuhan otot tersebut tidak hanya sistem pernapasan yang beradaptasi tetapi juga terjadi peningkatan
aktivitas jantung, sistem sirkulasi, darah, hormonal, dan sistem syaraf. .
.
5.3.2.2 Analisa Bivariat 5.3.2.2.1 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Daya Tahan Jantung Paru
Melalui hasil uji Chi Square pada kelompok usia 10-19 didapati nilai signifikan p=0.541 p 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan
antara indeks massa tubuh dengan VO
2
max pemain sepak bola. Hal ini didukung dengan gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan IMT dan VO
2
max nya. Atlet yang memiliki berat badan obes dan overweight ada juga yang memiliki
VO
2
max dalam kategori baik Melalui hasil uji Fisher Exact tabel 2x2 pada kelompok usia 20-29 didapati
nilai p=1 p 005. Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan VO
2
max pemain sepak bola. Hal ini didukung dengan gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan IMT dan VO
2
max nya. Pada gambaran distribusi hanya ditemukan atlet yang memiliki VO
2
max kategori baik dan sangat baik walau indeks massa tubuh overweight atau obes.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Lubis tahun 2015 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan daya tahan
jantung paru VO
2
max walaupun korelasinya rendah. Lubis menyatakan bahwa IMT yang tinggi berbanding terbalik dengan VO
2
max. Semakin tinggi IMT maka VO
2
max berkurang. Menurut Lubis, IMT mampu memprediksi nilai VO
2
max sebesar 6.15 yang berarti ada 93.85 faktor yang mempengaruhi VO
2
max selain IMT. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Pate dalam Olivia
yang menilai tingkat kebugaran kardiorespirasi VO
2
max pada kelompok usia 19-28 tahun di Amerika Serikat,didapatkan bahwa laki-laki dengan normoweight memiliki
VO
2
max yang lebih baik 48.2 SD 0.5 mlkgmenit daripada individu yang berisiko menjadi overweight 43.5 SD 0.6 mlkgmenit maupun individu yang overweight
41.6 SD 1.0 mlkgmenit, p 0.001. Pada orang yang obes terjadi peningkatan lemak tubuh. Penumpukan lemak
yang tinggi dapat terjadi pada ventrikel dan pada otot. Penumpukan lemak yang tinggi pada ventrikel akan menyebabkan penebalan ventrikel sehingga memengaruhi
cardiac output. Akibatnya jumlah darah yang dipompakan dan jumlah oksigen yang diedarkan menjadi lebih sedikit. Sementara, penumpukan lemak pada otot akan
menghambat otot dalam menggunakan pasokan oksigen dari darah. Peningkatan resistensi pembuluh darah akibat penumpukan lemak merpakan hal yang dapat
memperburuk dan menghambat pendistribusian oksigen ke seluruh sel dalam tubuh. Hal-hal tersebut mengakibatkan berkurangnya ambilan oksigen. Jika hal ini terus
menerus terjadi maka akan terjadi penurunan dalam daya tahan jantung paru seseorang Olivia, 2011.
Namun pada penelitian Dhara, et al 2015 menyatakan mengenai indeks massa tubuh tidak mempunyai hubungan dengan daya tahan jantung paru dapat
dijumpai di lapangan pertandingan. Pemain yang memiliki indeks massa tubuh lebih tinggi sedikit lebih mampu untuk menyimpan banyak energi dalam bentuk
glikogenglukosa dan dalam bentuk lemak tubuh yang akan melakukan serangkaian proses biomekananikal untuk memasok ketidaksediaan energi sehingga dapat
meningkatkan kestabilan dalam bertanding. Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain pada subjek penelitian dan
metode penelitian. Pada subjek penelitian terbatas pada jumlah subjek yang diteliti, faktor komposisi tubuh pemain. Pada pemain sepak bola yang lebih baik diukur
adalah persen lemak tubuhnya. Namun pengukuran persen lemak tubuh membutuhkan alat yang sulit dan tidak terjangkau sehingga dilakukan pengukuran
prediksi menggunakan rumus IMT.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Dari seluruh proses analisa yang telah dilakukan, peneliti menarik beberapa
kesimpulan diantaranya : 1. Tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan daya tahan jantung
paru VO
2
max pada atlet sepak bola. 2. Nilai rata-rata IMT pada kelompok usia 10-19 tahun termasuk dalam IMT kategori
normal. 3. Nilai rata-rata IMT pada kelompok usia 20-29 tahun termasuk dalam IMT kategori
overweight. 4.Nilai rata-rata VO
2
max pada kelompok usia 10-19 tahun termasuk dalam kategori baik.
5.Nilai rata-rata VO
2
max pada kelompok usia 20-29 tahun termasuk dalam kategori baik.
6.2 Saran
1. Bagi atlet yang memiliki IMT dalam kategori underweight, overweight dan obes dianjurkan untuk melakukan pemantauan terhadap berat badan dengan menjaga
asupan kalori dan melakukan latihan fisik rutin. 2. Bagi beberapa atlet dianjurkan untuk mempraktikkan pola hidup sehat agar kualitas
permainan semakin meningkat 3. Bagi pelatih disarankan untuk mencatat data berat badan dan daya tahan jantung
paru setiap bulan agar selalu dievaluasi. 4. Peneliti menyarankan untuk memperbanyak jumlah subjek penelitian apabila ada
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pemain sepak bola