37 2.
R-Square sangat tinggi. Untuk pengujian dapat diperoleh dengan melakukan beberapa langkah
yaitu : a.
Melakukan regresi model Y = f X1,…X
n
sehingga diperoleh nilai R-square.
b. Melakukan regresi X1 terhadap seluruh X lainnya, maka diperoleh
nilai -square regresi ini disebut auxiliary regression. c.
Membandingkan nilai R
i
-square dengan R-square. Hipotesa yang dapat dipakai adalah :
Ho diterima apabila v-square R-square, artinya model pertama tidak mengalami multikolinearitas.
Ha diterima apabila R
i
-square R-square, artinya model pertama mengalami multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
Uji ini merupakan hubungan variabel-variabel dari serangkaian yang tersusun dalam rangkaian waktu. Autokorelasi juga menunjukkan
hubungan nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi jika kesalahan pengganggu suatu periode
korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi tidak mengandung
autokorelasi, maka dipergunakan Uji Durbin-Watson D.W, dimana terlebih dahulu harus ditentukan besarnya nilai kritis dari du dan dl
berdasarkan jumlah pengamatan dari variabel bebasnya.
Universitas Sumatera Utara
38 Σe
t
– e
t-1 2
d = Σe
t 2
Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : ρ = 0, tidak ada gejala autokorelasi
Ha : ρ ≠ 0, ada gejala autokorelasi Dengan kriteria sebagai berikut:
Ho diterima jika du d 4 − dl, artinya data pengamatan tidak
terdapat autokorelasi. Ha ditolak jika d dl atau d 4
− dl, artinya data pengamatan memiliki gejala autokorelasi.
Auto- korelasi
Positif Daerah
keragu-raguan Tidak ada
autokorelasi Daerah
keragu-raguan Auto-
korelasi Negatif
dl du
4-dl 4-du 4
Gambar 3.3 Kurva Uji Durbin Watson
Universitas Sumatera Utara
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi
Kira-kira seratus tiga puluh enam tahun yang lalu kota Tebing Tinggi sudah didiami suku bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari arsip lama,
dimana dalam catatan tersebut dinyatakan Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada tahun 1864. Dari cerita-cerita rakyat yang dikisahkan
oleh orang tua dari sebuah bandar kajum, meninggalkan kampung halamannya yang diikuti para mangawal dan inang para pengasuhnya melalui kerajaan padang
menuju Asahan. Dalam perjalanan ini tibalah beliau disebuah desa yang pertama di kunjunginya yang bernama Tanjung Marulak yang sekarang menjadi
perkebungan PTPN III Kebun Rambutan. Setelah beberapa tahun Datuk Kajum tinggal di kampung Tanjung
Marulak, karena kelihaian Kolonialis Belanda dengan politik pecah belahnya maka timbul sengketa dengan orang-orang dari Kerajaan Raya, yang berdekatan
dengan kerajaan padang yang letaknya disebelah Selatan, yang akhirnya meluas menjadi perang saudara. Untuk mempertahankan serangan ini Datuk Bandar
Kajum berhasil mencari tempat disebuah dataran di tepi sungai padang, disini dia membangun kampung yang dipagari dengan benteng-benteng pertahanan.
Kampung itu sekarang disebut kampung Tebing Tinggi lama. Dari sinilah berkembangnya kampung itu menjadi tempat pemukiman
sabagai asal usul kota Tebing Tinggi. Pada tahun 1887, oleh pemerintah Hindia
Universitas Sumatera Utara
40 Belanda, Tebing Tinggi di tetapkan sebagai kota pemerintahan di mana pada
tahun tersebut juga dibangun perkebunan besar yang dilokasikan di sekitar kota Tebing Tinggi Hinterland. Menjelang persiapan Tebing Tinggi menjadi kota
otonom, maka untuk melaksanakan roda pemerintah pada tahun 1904 di dirikan sebuah Badan Pemerintah yang bernama Plaatseliijkke Fonds oleh Cultuur paad
Soematera Timoer. Dalam perundang-undangan yang berlaku pada di Dentralisasikan ewet yang di tetapakan pada tanggal 23 Juli 1903.
Pada tahun 1910, sebelum dilaksanakannya Zelf Bestuur Padang Kerajaan Padang, maka telah dibuat di titik
“Pole Gruth” yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara Kota Tebing Tinggi dengan kota
sekitarnya. Patok Pole Gruth tersebut terletak di tengah-tengah Taman Bunga di lokasi Rumah Sakit Umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda pemerintahan
makan diadakan kutipan-kutipan berupa Cukai Pekan, iuran penerangan dan lain- lain yang berjalan dengan baik.
Pada masa Tebing Tinggi menjadi Kota Otonoom maka untuk melaksanakan pemerintah selanjutnya dibentuk Badan Gementeraad Tebing
Tinggi, yang beranggotakan 9 orang dengan komposisinya 5 orang BangsaEropa, 3 orang Bumiputera, dan 1 orang Bangsa Timur Asing, hal ini didasarkan kepada
Akte Perjanjian Pemerintah Belanda dengan Sultan Deli, bahwa dalam lingkungan Zelfbestuur di dudukan orang asing Eropa dan disamakan di tambah dengan
orang-orang Timur Asing. Dengan adanya perbedaan golongan penduduk, dalam penguasaan tanah juga terdapat perbedaan hak yang mengaturnya, untuk
mengadakan pengutipan-pengutipan yang disebut setoran Retribusi dan pajak
Universitas Sumatera Utara
41 daerah, di angkatlah pada waktu itu Penghulu Pekan. Tugas Penghulu Pekan ini
juga termasuk menyampaikan perintah-perintah atau kewajiban-kewajiban kepada Rakyat Kota Tebing-Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur. Dalam
perkembangan selanjutnya Kota Tebing Tinggi sebagai Kota Otonom dapat kita baca dari tulisan J.J.MENDELAAR, dalam “NOTA BERTREFENDE
DEGEMENTE TEBING TINGGI” yang dibuatnya sekitar bulan juli 1930. Dalam salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan setelah beberapa tahun
dalam keadaan vakum mengenai perluasan pelaksanaan Desentralisasi, maka pada tanggal 1juli 1917 berdasarkan Desentralisiewet berdirilah Gementee Tebing
Tinggi dengan Stelings Ordanitie Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 juli 1917.
Jadi tanggal 1 juli inilah merupakan hari jadi Kota Tebing Tinggi. 4.1.2 Kondisi Geografis dan Iklim
Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing
Tinggi terletak pada 3 19’00” – 3
21’00” Lintang Utara dan 98 11’ - 98
21’ Buju Timur. Kota Tebing Tinggi berada dibagian tengah Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai yang dibatasi oleh PTPN III Rambutan di Sebelah Utara, PT Socfindo Kebun Tanah Besih disebelah Timur, PTPN III
Kebun Pabutan disebelah Selatan, dan PTPN III Kebung Gunung Pamela Bandar Bejambu disebelah Barat.
Hingga desember 2011, Kota Kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 kcamatan dan 35 kelurahan dengan luas wilayah 38,438 km
2
. Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan yang terluas dengan luas 11.441 km
2
. Atau 29,76 persen
Universitas Sumatera Utara
42 dari luas Kota Tebing Tinggi. Sebagian besar 50,86 persen lahan Kota Tebing
Tinggi digunakan sebagai lahan pertanian. Secara administratif Padangsidimpuan berbatasan oleh :
Sebelah Utara : PTPN III Kebun Rambutan , Kabupaten Serdang
Bedagai. Sebelah Selatan : PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang,
Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelah Barat
: PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kebupaten Serdang Bedagai.
Sebelah Timur : PT Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Dengan luas Wilayah Kota Tebing Tinggi 38,438 Km
2
. Kota Tebing Tinggi terdiri dari lima 5 wilayah kecamatan, tiga puluh lima 35
kelurahandesa. Yaitu :
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 4.1 : Jumlah Kelurahan dan Desa di Kota Tebing Tinggi
Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi
No. Kecamatan
Kelurahan Desa Keterangan
1. Bejenis
1. Kel. Berohol
2. Kel. Bulian
3. Kel. Pinang Mancung
4. Kel. Teluk Karang
5. Kel. Bandar Sakti
6. Kel. Durian
7. Kel. Pelita
7 kelurahan desa
2. Padang Hilir
1. Kel. Tambangan
2. Kel. Tebing Tinggi
3. Kel. Bagelen
4. Kel. Damar Sari
5. Kel. Deblod Sundoro
6. Kel. Satria
7. Kel. Tambangan hulu
7 kelurahan desa
3. Padang Hulu
1. Kel. Lubuk Baru
2. Kel. Pabatu
3. Kel. Lubuk Raya
4. Kel. Padang Merbau
5. Kel. Persiakan
6. Kel. Tualang
7. Kel. Bandarsono
7 kelurahan desa
4. Rambutan
1. Kel. Karya Jaya
2. Kel. Lalang
3. Kel. Rantau Laban
4. Kel. Mekar Sentosa
5. Kel. Sri Padang
6. Kel. Tanjung Marulak
7. Kel. Tanjung Marulak
Hilir 7 kelurahan desa
5. Tebing
Tinggi Kota
1. Kel. Bandar Utama
2. Kel. Badak Bejuang
3. Kel. Mandailing
4. Kel. Pasar Baru
5. Kel. Pasar Gambir
6. Kel.Tebing
Tinggi Lama
7. Kel. Rambung
7 kelurahan desa
Universitas Sumatera Utara
44 Kota Tebing Tinggi beriklim tropis dengan ketinggian 26-34 m di atas
permukaan laut, maka temperatur udara dikota ini cukup panas yang berkisar antara 25
o
C-27
o
C. Sebagian besar wilayah kota Kota Tebing Tinggi digunakan sebagian pemukiman yaitu sebesar 41,83, kemudian untuk lahan pertanian
sebesar 40,91, perhubungan 4,74 dan selebihnya digunakan untuk sarana sosial budaya, industri, dan lain-lainya. Didaerah ini dilintasi oleh aliran sungai
besar dan kecil sebanyak 4 empat buah, yaitu sungai padang, sungai bahilang, sungai kalembah, dan sungai sibarau. Sungai yang paling besar melintasi daerah
ini adalah sungai padang dengan panjang aliran ± 1.500 m dan lebar ± 15 m.
4.1.3 Kondisi Demografi
Hasil sensus penduduk tahun 2010 penduduk Kota Tebing Tinggi berjumlah 145.180 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 72.845
jiwa dan perempuan berjumlah 73.335 jiwa. Dari hasil sensus penduduk 2010 tersebut juga nampak bahwa jumlah penduduk sebesar berada dikecamatan
Bajenis sebensar 22,79 persen.
4.1.4 Potensi Wilayah
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan cara memperluas
lapangan kerja, mengarahkan pendapatan masyarakat yang semakin merata, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan perluasan kegiatan
ekonomi dari sektor primer menuju kesektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain , arah dari pembangunan ekonomi adalah mempercepat tingkat pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
45 ekonomi agar pertumbuhan pendapatan masyarakat meningkat serta diikuti oleh
pemerataan yang lebih baik. Sebagai sebuah kota yang termasuk katagori sedang, dalam dua dasawarsa
terakhir perekonomian Tebing Tinggi tumbuh dengan cepat seiring dengan perkembangan fasilitas yang ada baik fasilitas ekonomi seperti perdagangan,
perbankan, industri, fasilitas pendidikan, kesehatan, komunikasi, serta fasilitas pendudukan lainnya. Perkembangan ekonomi Kota Tebing Tinggi dipacu karena
letak strategi Kota Tebing Tinggi yang menjadi jalur lintas Sumatera. Di samping itu karena Tebing Tinggi merupakan daerah hinterland yang berkembang menjadi
wilayah kota yang maju.
4.1.5 Potensi Pertanian
Sebagai pusat perkotaan, sudah dapat diperkiraan bahwa areal pertanian bukanlah merupakan sektor yang potensial dan banyak di usahakan oleh
masyarakat. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi penyumbang Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB Kota Tebing Tinggi.
Sektor pertanian menempati urutan keempat setelah PDRB perkapita , sektor perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa. Seperti yang yang tertera dalam tabel.
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 4.2 Indikator Ekonomi
Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 Indikator
1 Satuan
2 Jumlah
3
PDRB ADH Berlaku Milyar
2,97 PDRB ADH Konstan
Milyar 1,33
Pertumbuhan Ekonomi Persen
6,75 Struktur
Ekonomi Perdagangan,
hotel dan
restoran Persen
13,64 Jasa-jasa
Persen 14,16
Pertanian Persen
8,19 PDRB perkapita
Juta 20,06
Tingkat Infasi Persen
5,79
Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi
Selain itu pertanian yang ada di Kota Tebing Tinggi terdiri dari tanaman bahan makanan, perkebunan rakyat, perkebunan besar, peternakan, perikanan,dan
kehutanan. Untuk tamnaman bahan makanan terdiri dari padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi rambat, kacang tanah, kacangkedelai,kacang hijau,dan tanaman sayur-
sayuran.
4.1.6 Perkembangan Ketersediaan Beras
Padi adalah bahan dasar dari beras yang merupakan bahan makan pokok bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia. Dalam hal ini,ketersediaan beras
dicerminkan berdasarkan pada produksi beras yang dapat dihasilkan. Perkembangan produksi beras di kota Tebing Tinggi dari tahun 2012 hingga 2014
mengalami penurunan. Untuk tahun 2012 produksi beras terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 4.112,84 ton, sedangkan produksi tertinggi ditahun ini
terjadi dibulan Februari sebesar 5.933,40 ton. Pada tahun 2013 produksi beras tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 5.737,84 ton, sedangkan produksi
Universitas Sumatera Utara
47 terendah terjadi dibulan Desember sebesar 4.125,98 ton. Ditahun 2014 produksi
beras tertinggi terjadi di bulan Maret yaitu sebesar 5.983,15 ton, sedangkan produksi beras terendah sebesar 4.152,74 ton dibulan Oktober.
Tabel 4.3 Perkembangan Produksi Beras Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2014
No. Bulan
Produksi Beras 2012 Ton
Produksi Beras 2013 Ton
Produksi Beras 2014 Ton
1. Januari
5.048,70 5.263,45
4.876,38 2.
Februari 5.933,40
5.236,45 4.758,09
3. Maret
5.724,84 5.041,46
5.983,15 4.
April 5.783,94
5.653,13 4.776,83
5. Mei
5.750,82 4.968,64
4.965,00 6.
Juni 4.834,74
4.551,90 4.239,98
7. Juli
4.383,74 5.737,84
4.897,64 8.
Agustus 4.112,84
4.170,74 4.766,45
9. September
4.751,98 4.637,85
4.253,64 10
Oktober 4.649,61
4.673,94 4.152,74
11. November
4.887,97 5.260,84
5.411,93 12.
Desember 4.457,84
4.125,74 4.511,92
Total 60.320,42
59.321,98 57.593,75
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kota Tebigng Tinggi, data diolah,
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa total produksi beras tertinggi terjadi ditahun 2012 yang mencapai 60.320,42 ton, hal ini mengalami penurunan sebesar
59.321,98 ton dan 57.593,75 ton ditahun 2014.
4.1.7 Perkembangan Luas Panen
Peningkatan luas panen padi dari bulan-kebulan dapat diamati pada tabel 4.4. dimana terlihat bahwa setiap bulannya mengalami perubahan. Perubahan
tersebut dapat berupa peningkatan maupun penurunan luas panen padi, hal ini dapat terjadi akibat iklim yang kurang mendukung serta serta akibat hama yang
menyerang. Panen terluas selama kurun waktu tiga tahun 2012-2014 terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
48 bulan November 2014 yang mencapai 890 Ha, sedangkan luas panen terendah
terjadi pada bulan Desember 2014 mencapai 623 Ha. Tabel 4.4
Perkembangan Luas Panen Padi Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2014 No.
Bulan Luas Panen Padi
2012 Ha Luas Panen Padi
2013 Ha Luas Panen Padi
2014 Ha 1.
Januari 858
799 870
2. Februari
870 875
815 3.
Maret 840
884 811
4. April
869 884
864 5.
Mei 861
754 790
6. Juni
781 732
747 7.
Juli 731
789 785
8. Agustus
713 778
701 9.
September 793
732 623
10. Oktober
763 722
741 11.
November 720
795 890
12. Desember
701 723
623 Total
9.500 9.467
9.260
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kota Tebing Tinggi, data diolah
4.1.8 Perkembangan Harga Dasar Beras
Harga beras yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga beras yang ada di pasar-pasar tradisional di kota Tebing Tinggi. Harga ini merupakan harga
rata-rata dari tiga jenis beras yang dijual di pasar yaitu C-4 , IR-64, AAA. Perkembangan rata-rata harga beras selama tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan yang sangat nyata, perkembangan rata-rata harga ini dapat dilihat secara bulanan. Dapat dilihat di tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
49
Tabel 4.5 Perkembangan Harga Beras di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2014
No. Bulan
Harga Dasar Beras 2012 Rp
Harga Dasar Beras 2013 Rp
Harga Dasar Beras 2014 Rp
1. Januari
7.597,64 7.988,76
8.788,39 2.
Februari 7.667,41
8.167,05 8.897,16
3. Maret
7.874,26 8.152,78
9.663,59 4.
April 7.837,11
8.113,92 9.614,64
5. Mei
7.900,80 8.485,75
9.701,73 6.
Juni 7.948,07
8.470,79 9.734,46
7. Juli
7.993,27 8.484,13
9.830,43 8.
Agustus 7.954,64
8.499,98 9.731,94
9. September
7.973,87 8.585,72
9.800,00 10.
Oktober 7.999,07
8.598,67 9.992,41
11. November
7.890,50 8.629,08
9.511,22 12.
Desember 7.944,79
8.775,87 9.867,30
Total 94.581,43
100.952,50 115.133,27
Sumber : BPS Tebing Tinggi, diolah
Tabel 4.4 menggambarkan perkembangan harga beras di kota Tebing Tinggi, rata-rata harga beras mengalami perubahan setiap bulannya. Perubahan
tersebut dapat meningkat ataupun menurun yang jelas sejak tahun 20012 hingga
2014 harga tertinggi terjadi pada Oktober 2014 yang mencapai Rp 9.992,41. 4.2
Hasil dan Analisa
Analisa pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel, yaitu variabel dependen Ketersediaan Beras dan variabel
independen Luas Panen dan Harga Dasar Beras. Untuk membuktikan kebenaran hipotesa tersebut, penulis mengajukan dalam bentuk analisa matematik, sehingga
dapat diketahui apakah Ketersediaan Beras di Kota Padangsidimpuan dipengaruhi oleh luas panen dan harga Dasar Beras.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program Eviews 7.0 diperoleh estimasi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
50
4.3 Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit
Uji kesesuaian Test of Goodness of Fit dilakukan untuk mengetahui kesesuian garis regresi sampel mencocokan data. Untuk menganalisa model
tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:
Hasil Regresi Y
t
= 1385,336 +
5,066536 X1
t
- 0,050372 X2
t
Std.Error 1317,244
1,020301 0,094829
t-statistik 4,965726 -5,31194
R
2
0.473717 F-statistik
14,85194 Adjusted R
2
0,912053 Prob.Statistik 0,000025
DW-Statistik 2,181071 Keterangan signifikan pada
α = 1
signifikan pada α =5
signifikan pada α =10
4.3.1 Uji Koefisien Determinasi R-Square R
2
Uji koefisien determinasi R
2
dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling baik dari garis regresi. Uji ini digunakan untuk melihat sebarapa besar
variabel-variabel bebas secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel terikat. Dari hasil regresi diperoleh R
2
= 0,473717 atau 47, yang berarti bahwa variabel dependen yaitu Ketersediaan Beras di Kota Tebing Tinggi mampu
dijelaskan oleh variabel – variabel independen yaitu Luas Panen dan Harga Dasar
Universitas Sumatera Utara
51 Beras sebesar 47,37 dan sisanya 52,63 dijelaskan oleh variabel lain yang
disertakan dalam estimasi.
4.3.2 Uji t-statistik Parsial Test
Uji t merupakan suatu pengujian apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas
lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : β1 = 0 H0 diterima t-statistik t-tabel artinya variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap variabel independen.
Ha : β1 ≠ 0 Ha diterima t-statistik t-tabel artinya variabel
independen secara parsial berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan ketentuan sebagai berikut: Ho diterima jika t-statistik ttabel
Dalam program Eviews: a. Probabilitas Xi 0,01
bila α = 1 b. Probabilitas Xi 0,05
bila α = 5 c. Probabilitas Xi 0,10
bila α = 10 Artinya variabel-variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat.
Ha diterima jika t-statistik ttabel Dalam program Eviews:
a. Probabilitas Xi 0,01 bila α = 1
Universitas Sumatera Utara
52 b. Probabilitas Xi 0,05
bila α = 5 c. Probabilitas Xi 0,10
bila α = 10 Artinya variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.
a. Variabel Luas Panen X1
Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 4,965726 Dimana :
α = 1 df = n
– k – 1 = 36
– 2 – 1 = 33
Maka t-tabel = 2,733 Dari hasil estimasi diatas menunjukkan bahwa t-statistik t-tabel
4,965726 2,733 . Dapat diketahui bahwa Luas Panen X1t signifikan pada α
= 1, Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel Luas Panen X1t berpengaruh nyata terhadap variabel Ketersediaan Beras Yt pada tingkat
kepercayaan 99.
Universitas Sumatera Utara
53
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
-2,733 2,773 4,066536
Gambar 4.1 Kurva Uji t-statistik Variabel Luas Panen X1
b. Variabel Harga Dasar Beras X2
Dari analisa regresi diketahui t-hitung = -0,050372 Dimana:
α = 1 df = n
– k – 1 = 36
– 2 – 1 = 33
Maka t-tabel = 2,733 Dari hasil estimasi diatas diketahui bahwa t-statistik t-tabel -0,050372
2,733. Dapat diketahui bahwa Harga Dasar Beras X2t tidak signifikan pada α = 1 . Dengan demikian Ho diterima, artinya variabel Harga Dasar Beras X2
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Ketersediaan Beras Y pada tingkat kepercayaan 99.
Universitas Sumatera Utara
54
Ho diterima Ha diterima
Ha diterima
-2,733 -0,050 0 0,773
Gambar 4.2 Kurva Uji t-statistik Variabel Harga Dasar Beras X2
4.3.3 Uji F-Statistik
Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama
– sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan sebagai berikut:
Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Ho : β1 = β2 = 0
H0 diterima F-statistik F-tabel artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
nyata atau tidak signifikan terhadap variabel independen.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 Ha diterima F-statistik F-tabel artinya variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
55 Pengujian ini dilakukan untuk membadingkan nilai F-statistik dengan F-tabel
dengan kriteria sebagai berikut:
Ho diterima jika F-statistik F-tabel Dalam program Eviews:
a. Probabilitas Y 0,01 bila α = 1
b. Probabilitas Y 0,05 bila α = 5
c. Probabilitas Y 0,10 bila α = 10
Artinya variabel-variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat Ha diterima jika F-statistik F-tabel
Dalam program Eviews: a. Probabilitas Y 0,01
bila α = 1 b. Probabilitas Y 0,05
bila α = 5 c. Probabilitas Y 0,10
bila α = 10 Artinya variabel bebas memepengaruhi variabel terikat
Dari hasil analisa regresi diketahui F-statistik = 14,85194 Dimana :
α = 1 df = k
– 1, n – k–1 = 2
– 1, 36 – 2– 1 = 1,33
Maka F-tabel = 7,49 Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh bahwa F-statistik F-tabel
14,85194 7,49. Dengan demikian Ha diterima yang artinya bahwa variabel
Universitas Sumatera Utara
56 bebas secara keseluruhan berpengaruh terhadap variable terikat pada tingkat
kepercayaan 99.
Ho diterima Ha diterima
7,49 14,85194
Gambar 4.3 Kurva Uji F-Statistik
4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
4.4.1 Multikolinearitas Multicolinierity
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen diantara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat
multikolinearitas diantara variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing
– masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan.
a. Nilai R² dari Variable Bebas Korelasi Parsial
Untuk menguji apakah model estimasi apakah terkena gejala multikolinearity maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi variabel
bebasnya. Dari model analisa yaitu:
Y
t
=
ot
+ β1 X1
t
+β2 X2
t
+ μ
t
…………….....………………………..1 R
2
= 0,4737
Universitas Sumatera Utara
57 Maka dilakukan pengujian diantara masing
– masing variabel independen. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan diantara masing
– masing variabel independen.
Luas Panen X1 = f Harga Dasar Beras X2 X1 =
ot
+ β2 X2
t
+ μ
t
………………………………………………...2
Maka dapat diketahui R
2
= 0,103281 dari hasil regresi persamaan 2 ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena
R
2
persamaan 2 lebih kecil dari R
2
model analisa persamaan 1 yaitu 0,10 0,47.
b. Korelasi Antar Variabel