Analisis Proses Pengambilan Keputusan bu Ani

159 “Pokonya bersenang-senanglah di sana. Bersenang-senanglah bagi orang yang percaya, dan bagi orang yang melakukan kehendak Tuhan. Baik yang tidak, ya tersiksalah dia selama- selamanya.” S. W6b. 819-826hal. 72

3. Analisis Proses Pengambilan Keputusan bu Ani

Bu Ani awalnya mulai meragukan keyakinannya dalam agama Kristen pada saat ia mendapatkan informasi mengenai ugamo Malim dari Pak Sabar. Bu Ani mengaku bahwa pada awalnya ia merasakan adanya “Roh” yang menggerakkan hatinya untuk bertanya mengenai ugamo Malim kepada pak Sabar. Pada saat itu Bu Ani bingung dengan perkataan Pak Sabar yang mengatakan bahwa bu Ani lah yang melenceng. Pak Sabar mengatakan bahwa ugamo Malim yang sebenarnya merupakan agama asli suku Batak yang telah ada sebelum agama-agama lain masuk ke tanah Batak. Penjelasan-penjelasan pak Sabar mengenai ugamo Malim sangat berbeda dengan apa yang diketahui bu Ani selama ini. Bu Ani mulai berpikir bahwa apa yang disampaikan Pak Sabar ada benarnya. Keyakinan bu Ani mengenai agama Kristen menjadi lebih goyah saat bu Ani menemukan ajaran Alkitab yang tidak dilakukan oleh orang-orang Kristen, misalnya saja dalam hal persembahan dan memakan makanan yang seharusnya dilarang. Ia pun melihat apa yang diceritakan oleh pak Sabar juga tertulis di dalam Alkitab, misalnya sulitnya orang Kristen bertahan. Bu Ani melihat kesamaan cerita tersebut dengan cerita para parmalim pada saat itu. Bu Ani pun mulai berpikir bahwa bisa saja Alkitab menceritakan kejadian-kejadian yang sebenarnya dialami oleh para parmalim, hanya tempatnya saja yang diganti. Selain itu, ia melihat bahwa kisah penciptaan yang tertulis di dalam Alkitab pun tidak masuk Universitas Sumatera Utara 160 akal. Bu Ani berpikir bagaimana manusia dapat bertambah banyak jika Adam dan Hawa, manusia pertama yang diciptakan Tuhan, hanya memiliki dua orang anak laki-laki. Tragedi HKBP semakin menambahkan keraguan bu Ani mengenai agama Kristen dan pandangannya terhadap orang-orang Kristen. Ia merasa bahwa tidak seharusnya orang-orang Kristen saling melukai seperti saat itu. Bagi bu Ani, tidak mungkin orang-orang akan saling bertikai seperti itu jika mereka benar-benar takut akan Tuhan dan Roh Tuhan hidup di dalam diri orang tersebut. Peristiwa tragedi HKBP membuat keraguan-keraguan bu Ani selama ini memuncak. Bu Ani mulai memikirkan perkataan-perkataan pak Sabar dan mulai merasa bahwa apa ternyata apa yang selama ini dikatakan oleh pak Sabar benar. Bu Ani teringat dengan perkataan pak Sabar bahwa orang-orang Kristen merupakan keturunan pembunuh, karena orang Kristen merupakan keturunan Kain anak Adam, manusia pertama menurut ajaran Kristen yang merupakan pembunuh adik kandungnya sendiri. Menurut bu Ani, tragedi HKBP yang disaksikannya merupakan bukti dari perkataan pak Sabar tersebut. Setelah tragedi HKBP terjadi, bu Ani mengatakan bahwa ia sudah tidak mempercayai lagi ajaran agama Kristen. Selain itu, ia juga sudah tidak menyukai perilaku orang-orang Kristen. Ia melihat bahwa orang-orang Kristen sudah tidak hidup di dalam ajaran Tuhan. Para pemimpinnya pun sudah tidak lagi menjalankan perannya sebagai pelayan Tuhan. Menurutnya, orang-orang Kristen hanyalah sekumpulan orang munafik saja; tidak mungkin orang-orang yang takut pada Tuhan bisa saling bertikai seperti mereka. Bu Ani mengatakan bahwa di Universitas Sumatera Utara 161 dalam hatinya ia telah mengakui bahwa Raja Sisingamarajalah utusan Tuhan untuk mengajarkan ajaran Tuhan, dan sebagai orang Batak ia harus mengikuti ajaran Sisingamaraja. Keyakinannya selama ini mengenai agama Kristen sudah berubah. Bu Ani tetap beribadah menurut ajaran agama Kristen dan aktif di dalam kegiatan Gerejanya walaupun ia tidak merasa nyaman lagi menjalankan perannya sebagai orang Kristen. Bu Ani mengatakan bahwa ia tetap aktif sebagai orang Kristen karena ia tidak ingin dianggap sebagai orang yang tidak beragama oleh orang lain. Menurutnya dengan tetap pergi beribadah ke Gereja, ia dapat memenuhi kebutuhan berorganisasi saja. Selain itu, bu Ani mengatakan bahwa ia tetap beribadah ke Gereja karena ia tidak mengetahui keberadaan komunitas parmalim di kota Medan. Ia yakin bahwa Tuhan pasti akan memahami situasinya yang tidak mengetahui adanya komunitas parmalim dan Rumah Persantian di kota Medan. Hal ini terus dilakukannya dalam durasi yang sangat lama, kurang lebih sepuluh tahun. Beberapa tahun kemudian, bu Ani mengenal bu Wati. Bu Wati adalah seorang parmalim yang baru saja pindah di dekat rumah bu Ani. Setelah mengenal bu Wati, bu Ani baru mengetahui bahwa ternyata ada komunitas dan Rumah Persantian di kota Medan. Bu Ani pun mulai mencari informasi mengenai ugamo Malim melalui bu Wati. Bu Ani sering bertanya kepada bu Wati mengenai ugamo Malim. Ia menanyakan bagaimana ajaran ugamo Malim sebenarnya, sejarahnya, dan sebagainya. Selain bertanya kepada bu Wati, bu Ani pun mendapatkan informasi mengenai ajaran ugamo Malim dengan memfotokopi buku Patik yang Universitas Sumatera Utara 162 dimiliki oleh bu Wati. Dari buku tersebut bu Ani mengetahui perintah-perintah yang diberikan Raja Sisingamaraja kepada parmalim. Seiring berjalannya waktu, bu Ani pun semakin memahami bagaimana ajaran ugamo Malim. Semakin bu Ani mengetahui ajaran ugamo Malim, ia ingin melihat langsung bagaimana sebenarnya ritual ibadah ugamo Malim. Ia penasaran kenapa parmalim selalu dikatak menyembah roh jahat, padahal informasi-informasi yang didapatnya tidak demikian. Bu Ani pun datang ke Balai Persantian untuk melihat langsung bagaimana ritual ibadah parmalim. Bu Ani pergi ke Rumah Persantian sebanyak dua kali dengan ditemani oleh bu Wati. Bu Ani melihat bahwa ternyata yang dikatakan orang-orang bahwa parmalim menyembah roh-roh jahat ternyata keliru. Bu Ani merasa damai mengikuti ibadah parmalim karena para parmalim tidak mengeluarkan suara selama ibadah. Hanya ulu punguan saja yang bersuara memberikan nasihat kepada para parmalim. Bu Ani melihat bagaimaan parmalim melepas alas kaki mereka saat akan memasuki Rumah Persantian. Hal ini bertolak belakang dengan orang Kristen yang selalu memakai alas kaki mereka saat masuk ke Gereja. Ia pun menganggap parmalim sebagai agama yang bersih. Para parmalim juga melaksanakan apa yang tertulis di dalam buku Patik mereka; tidak seperti orang Kristen yang tidak menjalankan perintah Tuhan di dalam Alkitab. Bu Ani juga menilai parmalim sebagai agama yang sopan. Ia menilai demikian karena para parmalim menggunakan pakaian yang sopan di Rumah Persantian tersebut. Ibadah pun dilaksanakan dengan sangat tenang. Universitas Sumatera Utara 163 Setelah mendengar cerita, membaca bagaimana ajarannya, serta melihat langsung proses ibadah parmalim, bu Ani merasa bahwa informasi yang dimilikinya sudah cukup. Bu Ani pun mulai menimbang pilihan yang terbaik bagi dirinya. Ia mempertimbangkan apakah ia harus tetap menganut agama Kristen atau menjadi seorang parmalim. Bu Ani berpikir bahwa jika ia tetap menganut agama Kristen, maka hatinya tidak akan pernah tenang. Ia tidak akan merasa tenang karena ia telah mengetahui bahwa satu-satunya jalan bagi orang Batak sehingga bisa masuk ke dalam Surga adalah dengan mengikuti ajaran Raja Sisingamaraja. Namun di sisi lain jika ia tetap menjadi orang Kristen, ia tidak akan menerima celaan dari orang-orang di sekitarnya. Anak-anaknya pun tidak akan menemui kesulitan di sekolahnya karena menganut aliran kepercayaan. Bu Ani mempertimbangkan jika ia menjadi seorang parmalim, hatinya akan tenang karena ia telah mengikuti ajaran Raja Batak, yaitu Raja Sisingamaraja. Ia pun akan bisa masuk ke Surga dengan mengikuti ajaran Raja Sisingamaraja. Namun, jika ia menjadi seorang parmalim ia akan menerima dampak negatif. Bu Ani memprediksi bahwa ia akan dihina dan dicela oleh orang- orang sekitarnya. Anak-anaknya pun akan mendapatkan kesulitan di sekolahnya karena menganut aliran kepercayaan. Proses pertimbangan yang dilakukan oleh bu Ani dilakukan selama dua bulan. Ia masih merasa belum yakin akan pilihan yang akan diambilnya. Sampai pada suatu malam, suami bu Ani pun bermimpi. Dalam mimpi tersebut bu Ani dan suaminya mendaki sebuah bukit yang sangat terjal. Di puncak bukit tersebut terdapat tempat yang sangat indah; tidak semua orang dapat mencapai tempat itu. Universitas Sumatera Utara 164 Pada saat bu Ani dan suaminya sedang sudah ingin menyerah mendaki bukit tersebut, datanglah seorang kakek yang mengatakan bahwa mereka tidak boleh berhenti. Kakek itu mengatakan bahwa jalan yang mereka tempuh memang akan sangat berat, namun pada akhirnya nanti mereka akan sampai pada tempat yang sangat indah. Bu Ani dan suaminya pun melanjutkan perjalanan mereka dan pada akhirnya mereka sampai ke puncak bukit. Mendengar cerita pak Sabar, bu Ani pun langsung menyimpulkan bahwa mimpi tersebut adalah teguran langsung dari Tuhan kepada mereka. Bu Ani pun memutuskan untuk menjadi parmalim dan mengatakan niatnya tersebut kepada suaminya. Suaminya pun menyetujui niatnya tersebut. Bu Ani tidak menceritakan keputusannya tersebut kepada orang-orang maupun kepada keluarganya besarnya. Baginya yang paling penting keluarga intinya tahu mengenai keputusannya tersebut. Setelah memutuskan untuk menjadi seorang parmalim, bu Ani dan suaminya pun datang ke Balai Persantian untuk mendaftarkan diri mereka menjadi seorang parmalim. Pada saat itu, Ulu Punguan mengatakan bahwa bu Ani harus membawa anak-anaknya ke tempat itu. Seluruh keluarga bu Ani harus disahkan menjadi seorang parmalim jika bu Ani benar- benar ingin menjadi seorang parmalim. Bu Ani pun langsung mengumpulkan anak-anaknya dan membawa mereka ke Balai Persantian. Bu Ani dan keluarganya pun disahkan menjadi parmalim. Bu Ani tidak memberitahukan kepada keluarga besarnya dan orang-orang di sekitarnya bahwa ia telah menjadi seorang parmalim. Ia tetap mengikuti kegiatan punguan marga dan STM. Lama-kelamaan orang-orang mulai Universitas Sumatera Utara 165 menyadari perbedaan perilaku yang ditunjukkan oleh bu Ani. Mereka heran melihat bu Ani tidak pernah lagi memakan daging babi dan daging anjing pada saat mereka sedang berkumpul. Bu Ani pun terlihat tidak pernah lagi bernyanyi pada saat ibadah sebelum kegiatan perkumpulan tersebut dimulai. Orang-orang mulai bertanya kepada bu Ani kenapa bu Ani tidak pernah memakan daging babi dan anjing serta tidak pernah lagi terlihat bernyanyi. Mendengar pertanyaan tersebut, bu Ani menjawab dengan jujur bahwa ia telah menjadi parmalim. Mendengar jawaban bu Ani tersebut, mereka pun terkejut dan mempertanyakan keputusan bu Ani tersebut. Orang-orang di sekitar bu Ani mulai memperlakukan bu Ani dengan cara yang berbeda setelah mereka mengetahui bahwa bu Ani telah menjadi seorang parmalim. Mereka mengeluarkan bu Ani dari kumpulan marga dan dari STM yang diikuti oleh bu Ani. Mereka mengeluarkan bu Ani dengan alasan bahwa bu Ani tidak menganut agama Kristen lagi. Bu Ani marah dengan perlakuan mareka. Menurutnya, keanggotaan kumpulan marga dan STM tidak ditentukan oleh agama yang dianut oleh anggotanya. Namun, para anggota kedua kelmpok tersebut tidak peduli dan tetap mengeluarkan bu Ani dari keanggotaan mereka. Bu Ani pun menerima keputusan tersebut dengan berat hati. Bu Ani menerima perlakuan negatif tidak hanya dari orang-orang di sekitar bu Ani, melainkan dari keluarga bu Ani. Saudara laki-laki bu Ani menjauhi bu Ani sejak bu Ani menjadi seorang parmalim. Ia bahkan tidak mau datang ke acara pernikahan anak bu Ani. Menurutnya, ia tidak perlu datang ke Universitas Sumatera Utara 166 acara tersebut, karena ia tidak tahu apa yang disembah oleh bu Ani dan keluarganya. Berbagai respon negatif yang diberikan oleh orang-orang pada dirinya, tidak membuat bu Ani mengubah keputusannya tersebut. Ia tetap menganut ajaran ugamo Malim. Bagi bu Ani, terserah apa yang dikatakan oleh orang-orang. Yang paling penting ialah ia berkelakuan baik, seperti ajaran dalam ugamo Malim. Lama-kelamaan sikap orang-orang tersebut terhadap bu Ani berubah. Mereka mau mengobrol dengan bu Ani seperti sebelumnya. Mereka juga mau mengundang bu Ani ke acara-acara yang diadakan mereka. Bu Ani mengatakan perubahan tersebut terjadi karena ia tetap berbuat baik kepada mereka walaupun telah diperlakukan seperti itu. Bu Ani tidak segan-segan membantu jika ada orang-orang di sekelilingnya menghadapi kesulitan.

4. Pembahasan a. Proses Pengambilan Keputusan bu Ani