Kepercayaan kepada Si Pemilik Kerajaan Malim Parhotap Harajaon Malim di Banua Ginjang

88

a. Kepercayaan kepada Si Pemilik Kerajaan Malim Parhotap Harajaon Malim di Banua Ginjang

Secara harafiah istilah harajaon dalam bahasa Batak sama maknanya dengan kerajaan dalam bahasa Indonesia, sedangkan istilah parhotap bisa diterjemahkan dengan “si pemilik” atau “yang punya bagian”. Sementara malim dalam istilah bahasa Batak, selain menunjuk pada sebuah agama di Tanah Batak, malim juga mempunyai makna yang sangat luas. Bergantung pada konteks pemakaiannya, istilah malim bisa bermakna suci dan suruhan Debata nabi. Selanjutnya, yang dimaksud dengan kerajaan malim Banua Ginjang adalah keraaan yang ada hubungannya dengan dimensi keagamaan. Menurut agama Malim, sumber wujudnya sesuatu agama dapat dipastikan berasal dari si pemilik kerajaan malim yang berkedudukan di Banua Ginjang. Agama apapun yang ada di permukaan bumi ini dipercayai tidak satu pun yang tidak berasal dari sana. Oleh karena itu, agama Malim adalah agaa yang khusus diturunkan kepada suku bangsa Batak yang dipercayai bersumber dari Debata Mulajadi Nabolon. Agama ini diserahkan melalui para malim utusan atau nabi yang berdian di Banua Tonga. Dari sanalah semua asal ajaran itu ada yang kemudian oleh malim Debata disampaikan kepada umat manusia di Banua Tonga bumi. Menurut kepercayaan agama Malim, sebelum manusia diciptakan Debata melalui tangan Deakparujar sesungguhnya kerajaan Malim itu sudah lebih dulu ada di Banua Ginjang. Kemudian Debata menciptakan dewa-dewa lainnnya dan mengangkat mereka sebagai pembantunya sekaligus mengikutsertakan mereka dalam barisan si pemilik kerajaan malim di Banua Ginjang. Adapun nama-nama Universitas Sumatera Utara 89 dewa yang dimaksudkan itu ialah Debata Natolu, Siboru Deakparujar, Nagapadohaniaji, dan Siboru Sanianganga. Dalam agama Malim, asas untuk mempercayai semua “si pemilik kerajaan Malim di Banua Ginjang” ini bukanlah bersumber dari sebuah kitab suci, melainkan merujuk kepada bunyi tonggo-tonggo doa-doa yang disusun oleh Raja Nasiakbagi. Melalui doa-doa itulah para penganut agama Malim mengimani sekaligus menjadikannya sebagai referensi dalam melaksanakan berbagai ritual keagamaan. Secara bentuk teologi, agama Malim ini boleh dikatakan monoteisme campuran. Di samping memiliki keprecayan kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Debata Mulajadi Nabolon, agama ini juga mengajarkan adanya kepercayaan kepada kuasa supernatural lainnya yaitu sejenis dewa-dewa. Tetapi dewa-dewa ini bukanlah disebut dewa yang mahatinggi atau dewa yang sama derajatnya dengan Debata Mulajadi Nabolon. Mereka adalah ciptaan Debata yang fungsinya hanya sebagai pembantuNya semata dan bukan penentu dala alam semesta. Walaupun begitu, dalam kepercayaan agama Malim dewa-dewa itu wajib dihormati dan disembah melalui upacara agama. 1. Debata Mulajadi Nabolon Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Malim adalah Debata Mulajadi Nabolon yang dalam bahasa Batak bermakna Debata yang “maha awal” dan “maha besar”. Dialah Tuhan yang memiliki sifat maha pencipta, maha menjadikan, mahakuasa dan awal mula dari segala yang ada. Tidak ada dari segala yang ada itu yang tak bermula dari padanya. Untuk mencari hakikat keberadaanNya sebagai Tuhan yang Universitas Sumatera Utara 90 maha segala-galanya, tidaklah bisa dengan hanya mengandalkan kerja akal pikiran manusia, tetapi mestilah berasaskan kepada kepercayaan dan keyakinan manusia. Mempercayai wujudNya wajib bagi setiap penganut agama Malim, karena Dialah pencipta alam semesta dan si pemilik utama kerajaan, baik kerajaan malim yang ada di Banua Ginjang maupun kerajaan Malim di Banua Tonga. Walaupun dasar kepercayaan itu tidak bersumber dari sebuah kitab suci seperti halnya pada agama-agama besar lainnya, namun kepercayaan itu tetap bersemayam dan hidup dalam hati sanubari masing-masing penganut agama Malim. Hal ini tergambar pada waktu melakukan upacara agama dimana semua peserta senantiasa memuji dan memuja Tuhan Debata Mulajadi Nabolon. Debata adalah objek yang dituju dalam segala persembahan sekaligus yang berkuasa mengabulkan segala bentuk permohonan manusia. 2. Debata Natolu Debata Natolu Debata yang Tiga adalah nama kesatuan dari dewa yang tiga yaitu, Dewa Bataraguru, Sorisohaliapan, dan Balabulan. Ketiga dewa ini disebut sebagai dewa yang pertama dijadikan setelah Banua Ginjang beserta isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Nabolon. Mereka masing-masing deberi tugas dan mandat oleh Debata untuk memberikan pemberkatan kepada manusia dala arti luas. Mereka adalah sumber dari segala yang diperlukan manusia di Banua Tonga bumi supaya manusia dapat hidup dengan sejahtera. Tugas Bataraguru adalah sebagai tempat bertanya manusia tentang segala yang berkaitan dengan uhum hukum dan harajaon kerajaan. Dari dialah sumber karisma kerajaan sahala harajaon bagi manusia di dunia. Artinya Universitas Sumatera Utara 91 siapapun yang dipilih dan diangkat sebagai raa dalam arti pemerintahan ataupun sebagai kepala negara di setiap bangsa, maka dari dialah turunnya karisma kerajaan tersebut. Intinya, dialah sebagai perpanjangan tangan Debata Mulajadi nabolon dalam memberikan hukum dan jabatan kerajaan. Tugas dewa Sorisohaliapan adalah untuk menurunkan ajaran hamalimon keagamaan kepada manusia di bumi. Menurut kepercayaan Malim, dia adalah asal mula pangurason air suci, parsuksion pensucian, haiason kebersihan, parsolamon perilaku yang suci, dan hamalimon kesalehan. Dan yang lebih penting lagi disebutkan bahwa dari dialah sumber ajaran agama Malim yang diturunkan kepada umat manusia melalui manusia yang terpilih yang disebut dengan malim Debata nabi di Banua Tonga. Seperti Sisingamangaraja di tanah Batak, di samping dia sebagai seorang raja dalam pollitik, tapi dia juga dipercayai sebagai utusan Debata yang menerima ajaran-ajaran agama dari Sorisohaliapan untuk disampaikan kepada umatnya.kedudukan dewa Sorisohaliapan sebagai sumber ajaran agama bukan hanya berlaku untuk agama Malim, tetapi juga berlaku untuk agama-agama lain. Maknanya, agama apapun dan siapapun nabi yang membawa agama itu dipermukaan bui ini dipercayai berasala dari Sorisohaliapan. Kepercayaan Malim secara tegas menyatakan bahwa agama-agama yang ada di bumi ini adalah bersumber dari yang satu yaitu Debata Mulajadi Nabolon dan melalui pembantuNya Sorisohaliapan. Agama ini diturunkan kepada semua umat manusia yang berlainan suku dan bangsa melalui seorang utusanNya atau NabiNya yang diangkat dari masing-masing suku bangsa itu sendiri. Dengan Universitas Sumatera Utara 92 demikian secara tidak langsung ajaran agama Malim bukanlah berarti tidak mengakui keberadaan agama lain. Bahkan tidak pernah mengklaim bahwa agama Malim inilah satu-satunya agama yang benar dan terbaik apalagi mengklaim satu- satunya agama yang diterima Debata. Agama malim menganggap bahwa semua agama itu sama yakni sama-sama berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, hanya saja agama-agama itu berbeda-beda tempat penurunanya, ajaran dan penganutnya. Dewa yang ketiga adalah dewa Balabulan. Dewa ini bertugas memberikan penerangan dan peramalan panurirangon, ketabiban hadatuon, dan kekuatan hagogoon kepada manusia. Semua manusia yang memiliki kemampuan panurirangon, hadatuon dan hagogoon dipercayai berasal dari Balabulan. 3. Siboru Deakparujar Dalam kepercayaan agama Malim Deakparujar adalah salah satu dewa yang wajib disembah. Dia juga dipercayai sebagai salah satu dewa yang ikut sebagai si pemilik kerajaan Malim di Banua Ginjang. Dewa Deakparujar adalah satu-satunya dewa yang mendapat kuasa untuk menciptakan Banua Tonga bumi ini. 4. Nagapadohaniaji Dewa Nagapadohaniaji juga merupakan salah satu dewa yang ikut dalam kelompok si pemilik kerajaan Malim di Banua Ginjang. Oleh Debata Mulajadi Nabolon, dia diberi tugas atau kekuasaan untuk memelihara Banua Tonga. Kepadanyalah diberikan segala tugas yang berhubungan dengan pengelolaan bumi dan segala yang berkaitan dengan keperluan kesejahteraan manusia. Meskipun tidak begitu jelas dan terperinci apa-apa saja kuasa yang diberikan kepadanya, Universitas Sumatera Utara 93 namun agama Malim mempercayai bahwa segenap kemakmuran yang bersumber dari bumi ini berasal dari tanan Nagapadohaniaji. 5. Siboru Sanianganga Dewa Siboru Sanianganga termasuk dewa yang sama kedudukannya dengan dewa-dewa lainnya yaitu sama-saa si pemilik kerajaan Malim di Banua Ginjang. Sanianganga adalah putrid Bataraguru dan adik kandung dari Deakparujar. Dewa ini diberkati Debata menjadi pembantunya yang bertugas menguasai segala bentuk dan jenis air yang ada di bumi. Kepadanyalah diberi kuasa mengelola air yang diperuntukkan kepada kepentingan manusia dan makhluk-makhluk lainnya.

b. Kepercayaan kepada si Pemilik Kerajaan Malim Parhotap Harajaon Malim di Banua Tonga