keterlibatan siswa secara kognitif. Sedangkan persepsi siswa terhadap kejelasan peraturan dan lingkungan sekolah mempengaruhi keterlibatan siswa secara
behavior Purwita, 2013. Persepsi siswa terhadap sekolahnya merupakan suatu hal yang subyektif,
sehingga penilaian siswa terhadap norma dan kondisi lingkungan sekolahnya bisa berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Iklim sekolah yang positif dapat
dipersepsi siswa secara negatif. Sehingga perbedaan persepsi ini akan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan siswa di sekolah Purwita, 2013.
C. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan multikultural merupakan sebuah pemikiran dimana semua siswa tanpa memperhatikan gender, kelas sosial, etnis, ras atau budaya yang
berbeda harus mendapatkan peluang yang sama untuk belajar di sekolah Banks, 2007. Gollnick Chinn 2013 berpendapat bahwa pada pendidikan
multikultural guru harus memperhatikan perbedaan yang ada pada siswa, mengenali beberapa siswa yang tidak mau belajar, menarik diri, dan menerapkan
berbagai strategi yang tepat bagi setiap siswa dan guru harus mencoba berbagai
cara untuk menolong siswa dalam belajar dan menghargai pembelajaran.
Menurut Banks 2007, pendidikan multikultural mempunyai 5 dimensi, yaitu:
1. Penggabungan Konten
Penggabungan konten diberikan dengan sejauh mana guru menggunakan contoh dan konten dari berbagai budaya dan kelompok untuk
Universitas Sumatera Utara
mengilustrasikan suatu konsep, prinsip-prinsip, penggeneralisasian dan teori dalam pelajaran tertentu. Pemberian konten mengenai etnis dan budaya ke
dalam pelajaran tertentu harus logis, tidak dibuat-buat. 2.
Proses Membangun Pengetahuan Proses membangun pengetahuan dihubungkan dengan sejauh mana guru
membantu murid-murid agar memahami, menyelidiki dan menentukan bagaimana asumsi budaya, kerangka acuan, perspektif dan bias dalam
mempengaruhi cara dimana pengetahuan itu dibangun Banks, 1996. 3.
Pengurangan Prasangka Penggunaan pengurangan prasangka dalam pelajaran dan aktivitas oleh guru
akan membantu murid-murid membentuk sikap yang positif terhadap perbedaan ras, etnis dan kelompok budaya.
4. Kesetaraan Pengajaran
Guru di masing-masing bidang harus menganalisis prosedur dan gaya mengajar mereka untuk menentukan sejauh mana mereka merefleksikan isu-
isu multikultural. Keseimbangan dalam mengajar akan tercapai jika guru memodifikasi cara mengajar mereka sehingga dapat memfasilitasi prestasi
akademik bagi murid yang memiliki perbedaan ras, budaya, gender, dan kelompok kelas sosial tertentu.
5. Menguatkan Budaya Sekolah dan Struktur Sosialnya
Budaya dan organisasi sekolah harus di uji oleh seluruh pegawai sekolah. Pengelompokkan
dan pemberian
label pada
orang tertentu,
ketidakseimbangan dalam
prestasi, ketidakseimbangan
dalam hal
Universitas Sumatera Utara
penerimaan siswa berbakat dalam program pendidikan tertentu, dan interaksi antara staf sekolah terhadap siswa berlainan etnis dan ras
merupakan variabel yang penting yang perlu dikaji dalam rangka menciptakan budaya sekolah yang dapat membebaskan siswa dari
perbedaan kelompok ras dan etnis serta gender.
D. SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN 1. Sejarah Sekolah