BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Metodologi Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian posttest only control group design, yakni untuk melihat hasil atau akibat yang terjadi setelah perlakuan diberikan. Jenis
penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, yakni untuk melihat ada tidaknya hubungan sebab akibat variabel bebas dengan variabel terikat.
48
Pada penelitian ini, sampel diberi perlakuan yang sama dengan jenis objek yang berbeda dan diukur, kemudian dilihat
perbedaan yang timbul dari hasil pengukuran tiap objek.
5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Protefix pada Basis Resin
Akrilik Polimerisasi Panas
Kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix pada basis resin akrilik polimerisasi panas memperlihatkan nilai yang bervariasi. Nilai terbesar terdapat pada
pengukuran ke-7 yaitu 3,43 N dan terkecil dijumpai pada pengukuran ke-5 yaitu 1,67 N. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak meratanya kandungan air dalam tube bahan perekat
gigitiruan. Kandungan air pada bahan perekat gigitiruan dapat menumpuk pada satu bagian
Universitas Sumatera Utara
tube selama penyimpanan bahan perekat gigitiruan, sehingga saat dikeluarkan ada bagian yang kental dan ada bagian yang agak encer. Selain itu, variasi nilai kekuatan perlekatan ini
kemungkinan dapat terjadi karena terdapat perbedaan waktu beberapa detik sewaktu alat uji akan merekatkan sampel atas ke sampel bawah, sehingga mempengaruhi waktu saliva
membasahi bahan perekat gigitiruan pada setiap pengukuran. Kondisi ini menyebabkan besar kekuatan yang bervariasi saat diuji dan nilai standar deviasi kelompok Protefix yang lebih
besar daripada kelompok kontrol. Kekuatan perlekatan kelompok yang hanya diberi saliva tiruan tanpa bahan perekat
gigitiruan atau sebagai kelompok kontrol juga bervariasi, nilai terbesar terdapat pada pengukuran ke-4 dan ke-7 yaitu 0,59 N dan terkecil pada pengukuran ke-3 dan ke-6 yaitu
0,39 N. Rata-rata kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix adalah 2,367 ± 0,695 N dan kelompok kontrol 0,49 ± 0,082 N.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata kekuatan perlekatan basis resin akrilik polimerisasi panas yang diberi bahan perekat gigitiruan Protefix jauh lebih
tinggi daripada tanpa penggunaan Protefix. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan perekat gigitiruan dapat meningkatkan kekuatan perlekatan antara kedua permukaan basis
resin akrilik polimerisasi panas. Hasil penelitian Chowdhry dkk. 2010 secara in vitro menyatakan bahwa bahan perekat gigitiruan meningkatkan kekuatan adhesi sampel akrilik
pada permukaan kaca.
8
Bahan perekat gigitiruan memiliki kandungan utama Poly methyl vinyl ether maleic acid dan Carboxymethylcellulose CMC yang berperan sebagai perekat dan pengental. Pada
kondisi kehadiran saliva, Poly akan menunjukkan ikatan silang antara molekul yang menyebabkan peningkatan aktivitas kohesi.
3,31
CMC yang terkontaminasi dengan air saliva akan memperlihatkan masa kerja yang cepat, menimbulkan ikatan ion terhadap gigitiruan,
meningkatkan volume dan vikositas cairan, sehingga mengeliminasi kekosongan antara basis gigitiruan dan sandaran basal.
3,32,33
Ikatan antar molekul yang terjadi tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan kekuatan perlekatan antara basis resin akrilik yang diberi bahan
perekat gigitiruan. Kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix juga dipengaruhi oleh
kandungan bahan wax hidrokarbonnya. Protefix mengandung paraffin wax hidrokarbon padat dan vaseline wax hidrokarbon semipadat. Kedua bahan ini berfungsi sebagai
pelumas dan membantu penyebaran bahan perekat gigitiruan ke mukosa mulut. Protefix juga
Universitas Sumatera Utara
mengandung silica gel yang berfungsi sebagai pengontrol kelembapan. Silica gel mampu menyerap air dengan cepat karena memiliki ikatan yang kuat dengan molekul air, sehingga
bahan ini mampu menciptakan suasana yang kering. Sifat ini akan mempengaruhi kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix saat bereaksi dengan saliva, karena akan terjadi
tarik menarik air antara silica gel dengan Poly dan CMC. Berdasarkan standar ISO, kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan haruslah
minimal 5 kPa 1,57 N ataupun lebih.
24
Pada penelitian ini, rata-rata hasil pengukuran kekuatan perlekatan Protefix 2,367 N, hal ini menunjukkan kekuatan perlekatan Protefix
berada di atas standar ISO, atau dengan kata lain, bahan perekat gigitiruan Protefix telah memenuhi standar kekuatan bahan perekat gigitiruan. Hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Hong dkk. 2011 menyatakan bahwa kekuatan adhesif semua bahan perekat gigitiruan yang diukur berada di atas 5 kPa dan memenuhi standar ISO.
24
5.2.2 Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Polident pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Polident pada basis resin akrilik polimerisasi panas memperlihatkan nilai yang bervariasi. Nilai terbesar terdapat pada
pengukuran ke-2 yaitu 6,96 N dan terkecil dijumpai pada pengukuran ke-5 yaitu 4,9 N. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak meratanya kandungan air dalam tube bahan perekat
gigitiruan. Kandungan air pada bahan perekat gigitiruan dapat menumpuk pada satu bagian tube selama penyimpanan bahan perekat gigitiruan, sehingga saat dikeluarkan ada bagian
yang kental dan ada bagian yang agak encer. Selain itu, variasi nilai kekuatan perlekatan ini kemungkinan dapat terjadi karena terdapat perbedaan waktu beberapa detik sewaktu alat uji
akan merekatkan sampel atas ke sampel bawah, sehingga mempengaruhi waktu saliva membasahi bahan perekat gigitiruan pada setiap pengukuran. Kondisi ini menyebabkan besar
kekuatan yang bervariasi saat diuji dan nilai standar deviasi kelompok Polident yang lebih besar daripada kelompok kontrol.
Kekuatan perlekatan kelompok yang hanya diberi saliva tiruan tanpa bahan perekat gigitiruan atau sebagai kelompok kontrol juga bervariasi, nilai terbesar terdapat pada
pengukuran ke-4 dan ke-7 yaitu 0,59 N dan terkecil pada pengukuran ke-3 dan ke-6 yaitu 0,39 N. Rata-rata kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Polident adalah 6,206 ± 0,814
N dan kelompok kontrol 0,49 ± 0,082 N.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengukuran tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata kekuatan perlekatan basis resin akrilik polimerisasi panas yang diberi bahan perekat gigitiruan Polident jauh lebih
tinggi daripada tanpa penggunaan Polident. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan perekat gigitiruan dapat meningkatkan kekuatan perlekatan antara kedua permukaan basis
resin akrilik polimerisasi panas. Hasil penelitian Chowdhry dkk. 2010 secara in vitro menyatakan bahwa bahan perekat gigitiruan meningkatkan kekuatan adhesi sampel akrilik
pada permukaan kaca.
8
Efektivitas bahan perekat gigitiruan bekerja dengan meningkatkan daya adhesi dan kohesi, juga dengan menghilangkan kekosongan antara basis gigitiruan dan daerah basal. Hal
ini dapat terjadi bila bahan perekat gigitiruan bereaksi dengan saliva. Saliva dapat meningkatkan viskositas bahan perekat gigitiruan, sehingga meningkatkan kekuatan
perlekatan gigitiruan terhadap jaringan. Bahan perekat gigitiruan Polident memiliki kandungan utama Poly methyl vinyl ether maleic acid dan Carboxymethylcellulose CMC.
Kedua bahan ini memiliki kekuatan bio-adhesif dan kekuatan kohesi yang akan membentuk ikatan kovalen yang menghasilkan perlekatan antara basis gigitiruan dengan mukosa
mulut.
3,11
Polident memiliki kandungan Petrolatum wax hidrokarbon semipadat dan Mineral oil wax hidrokarbon cair yang berfungsi sebagai pelumas dan membantu penyebaran bahan
perekat gigitiruan ke seluruh basis dan mukosa mulut. Hasil penelitian Koppang dkk. 1995 yang dilakukan secara in vitro, bahan perekat gigitiruan yang mempunyai kandungan wax
hidrokarbon padat dan cair memiliki kekuatan adhesif yang lebih tinggi daripada yang hanya memiliki wax hidrokarbon padat.
46
Pada penelitian ini bahan perekat gigitiruan Polident memiliki kekuatan perlekatan yang tinggi, yang dipengaruhi oleh kombinasi wax hidrokarbon
semipadat dan cair. Berdasarkan standar ISO, kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan haruslah
minimal 5 kPa ataupun lebih.
24
Pada penelitian ini, 5 kPa = 1,57 N dan rata -rata hasil pengukuran kekuatan perlekatan Polident 6,206 N, hal ini menunjukkan kekuatan perlekatan
Polident berada di atas standar ISO, atau dengan kata lain, bahan perekat gigitiruan Polident telah memenuhi standar kekuatan bahan perekat gigitiruan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Bony Plus pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Bony Plus pada basis resin akrilik polimerisasi panas memperlihatkan nilai yang bervariasi. Nilai terbesar terdapat pada
pengukuran pertama yaitu 6,37 N dan terkecil dijumpai pada pengukuran ke-4 dan ke-7 yaitu 4,02 N. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak meratanya kandungan air dalam tube
bahan perekat gigitiruan. Kandungan air pada bahan perekat gigitiruan dapat menumpuk pada satu bagian tube selama penyimpanan bahan perekat gigitiruan, sehingga saat dikeluarkan ada
bagian yang kental dan ada bagian yang agak encer. Selain itu, variasi nilai kekuatan perlekatan ini kemungkinan dapat terjadi karena terdapat perbedaan waktu beberapa detik
sewaktu alat uji akan merekatkan sampel atas ke sampel bawah, sehingga mempengaruhi waktu saliva membasahi bahan perekat gigitiruan pada setiap pengukuran. Kondisi ini
menyebabkan besar kekuatan yang bervariasi saat diuji dan nilai standar deviasi kelompok Bony Plus yang lebih besar daripada kelompok kontrol.
Kekuatan perlekatan kelompok yang hanya diberi saliva tiruan tanpa bahan perekat gigitiruan atau sebagai kelompok kontrol juga bervariasi, nilai terbesar terdapat pada
pengukuran ke-4 dan ke-7 yaitu 0,59 N dan terkecil pada pengukuran ke-3 dan ke-6 yaitu 0,39 N. Rata-rata kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Bony Plus adalah 4,874 ±
0,990 N dan kelompok kontrol 0,49 ± 0,082 N. Dari hasil pengukuran tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata kekuatan perlekatan
basis resin akrilik polimerisasi panas yang diberi bahan perekat gigitiruan Bony Plus jauh lebih tinggi daripada tanpa penggunaan Bony Plus. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
bahan perekat gigitiruan dapat meningkatkan kekuatan perlekatan antara kedua permukaan basis resin akrilik polimerisasi panas. Hasil penelitian Chowdhry dkk. 2010 secara in vitro
menyatakan bahwa bahan perekat gigitiruan meningkatkan kekuatan adhesi sampel akrilik pada permukaan kaca.
8
Hasil penelitian Ali dkk. 2011 menunjukkan bahwa CMC murni memiliki nilai kekuatan retensi yang paling besar di antara semua bahan yang diteliti, termasuk Bony Plus.
Penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk. 2011 memiliki perbedaan dalam hal alat uji, ukuran sampel, dan metode penelitian dengan penelitian ini. Namun, dapat disimpulkan bahwa
kekuatan retensi CMC murni lebih besar daripada Bony Plus yang juga memiliki komposisi CMC dan beberapa bahan tambahan.
49
Universitas Sumatera Utara
Bahan perekat gigitiruan Bony Plus memiliki kandungan utama Poly methyl vinyl ether maleic acid dan Carboxymethylcellulose CMC. Kedua bahan ini memiliki kekuatan
bio-adhesif dan kekuatan kohesi yang akan membentuk ikatan kovalen dan menghasilkan perlekatan bila bereaksi dengan saliva. Poly dan CMC akan menyerap air dan dapat
menggembang 50-150 bila di dalam air, yang kemudian akan mengisi ruang antara gigitiruan dan jaringan. Air yang diserap akan bertindak sebagai anion dan akan berikatan
dengan kation dalam protein membran mukosa sehingga terjadi perlekatan.
3,11
Kedua bahan ini merupakan komposisi utama bahan perekat gigitiruan Bony Plus.
Bony Plus juga mengandung Petrolatum wax hidrokarbon semipadat dan Paraffin liquid wax hidrokarbon cair yang mempengaruhi penyebaran bahan perekat ke seluruh basis
dan mukosa mulut. Menurut Koppang dkk. 1995, bahan perekat gigitiruan yang mempunyai kandungan wax hidrokarbon padat dan cair memiliki kekuatan adhesif yang lebih tinggi
daripada yang hanya memiliki wax hidrokarbon padat. Bahan perekat gigitiruan Bony Plus memiliki wax hidrokarbon semipadat dan cair yang menyebabkan kekuatan perlekatan Bony
Plus cukup tinggi. Selain itu, Bony Plus juga memiliki kandungan methyl lactate sebagai bahan pelarut dan pengencer. Bahan ini akan mempengaruhi kelarutan bahan lainnya di
dalam bahan perekat gigitiruan dan akan mempengaruhi kemampuan bahan lainnya untuk berikatan dengan mukosa mulut. Hal ini akan mempengaruhi kekuatan perlekatan bahan
perekat gigitiruan Bony Plus. Berdasarkan standar ISO, kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan haruslah
minimal 5 kPa ataupun lebih.
24
Pada penelitian ini, 5 kPa = 1,57 N dan rata -rata hasil pengukuran kekuatan perlekatan Bony Plus 4,874 N, hal ini menunjukkan kekuatan
perlekatan Bony Plus berada di atas standar ISO, atau dengan kata lain, bahan perekat gigitiruan Bony Plus telah memenuhi standar kekuatan bahan perekat gigitiruan.
5.2.4 Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony plus pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 terlihat bahwa kelompok bahan perekat gigitiruan Polident memiliki kekuatan perlekatan yang terbesar 6,206 ± 0,814 N daripada
Protefix 2,367 ± 0,695 N dan Bony Plus 4,874± 0,990 N. Kekuatan perlekatan ketiga bahan perekat gigitiruan tersebut telah memenuhi standar ISO, yakni minimal atau lebih dari
5 kPa = 1,57 N.
24
Nilai signifikansi hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001 p 0,05
Universitas Sumatera Utara
yang berarti ada perbedaan besar kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony Plus pada basis resin akrilik polimerisasi panas.
Perbedaan kekuatan perlekatan ini terjadi akibat perbedaan komposisi bahan perekat gigitiruan tersebut yang menyebabkan perbedaan kelarutan dan viskositasnya. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hong dkk. 2011 dan Koppang dkk. 1995 bahwa setiap bahan perekat gigitiruan memiliki kekuatan
perlekatan yang berbeda-beda tergantung kelarutan dan viskositas bahan perekat gigitiruan tersebut.
24,46
Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian Zhao dkk. 2004 menunjukkan nilai kekuatan perlekatan dua jenis bahan perekat gigitiruan
Comfort-DA dan Fittydent berada diantara 180-198 N. Hasil penelitian Koppang dkk. 1995 menunjukkan nilai kekuatan perlekatan beberapa jenis bahan perekat gigitiruan Super
Poli- Grip, Fixodent, Super Wernet’s, Fittydent, dan Tragacanth berada di antara 5–45 N. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis bahan perekat yang diteliti oleh peneliti dengan penelitian terdahulu dan perbedaan komposisi bahan yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, tipe alat uji tarik yang digunakan dan ukuran sampel juga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
23,46
Komposisi utama bahan perekat gigitiruan yang berperan sebagai bahan perekat adalah Carboxymethylcellulose CMC dan Poly methyl vinyl ether maleic acid. Bahan-
bahan ini akan bereaksi dengan saliva dan menyebabkan peningkatan viskositas bahan perekat gigitiruan, sehingga bahan perekat gigitiruan akan mengisi kekosongan antar
permukaan basis resin akrilik.
3,11
Setelah dilakukan pengukuran dengan alat uji tarik, didapat bahwa semua bahan perekat gigitiruan menyebar rata pada kedua permukaan basis resin
akrilik atas dan bawah. Hasil penelitian Koppang dkk. 1995 yang dilakukan secara in vitro, bahan perekat
gigitiruan yang mempunyai kandungan wax hidrokarbon padat dan cair memiliki kekuatan adhesif yang lebih tinggi daripada yang hanya memiliki wax hidrokarbon padat.
46
Pada penelitian ini bahan perekat gigitiruan Polident memiliki kekuatan perlekatan yang paling
tinggi. Bahan perekat gigitiruan Polident memiliki kandungan wax hidrokarbon semipadat petrolatum dan cair mineral oil. Petrolatum berperan sebagai pengental dan mineral oil
membantu memudahkan penyebaran bahan perekat gigitiruan. Bahan perekat gigitiruan Bony Plus dengan kekuatan perlekatan lebih kecil daripada Polident dan lebih besar daripada
Protefix, memiliki kandungan wax hidrokarbon cair paraffin liquid dan semipadat
Universitas Sumatera Utara
Petrolatum. Bahan perekat gigitiruan Protefix yang memiliki kekuatan perlekatan terkecil mengandung wax hidrokarbon padat paraffin dan semipadat vaseline.
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa secara visual bahan perekat gigitiruan Polident memiliki viskositas yang lebih tinggi, kemudian diikuti dengan Bony Plus dan Protefix.
Protefix tampak lebih encer dan mengandung air lebih banyak dibandingkan dengan Polident dan Bony Plus. Hal ini kemungkinan menjadi penyebab perbedaan kekuatan perlekatan
ketiga bahan tersebut. Bahan perekat gigitiruan yang paling sulit dibersihkan pada proses pembersihan sampel dengan etanol 99 dan pengeringan dengan kertas tisu, berturut-turut
adalah Polident, Bony Plus, dan Protefix. Tabel 6 menunjukkan terdapat perbedaan kekuatan perlekatan yang signifikan antara
bahan perekat gigitiruan Protefix dan Polident dengan p = 0,001 p 0,05, antara bahan perekat gigitiruan Protefix dan Bony Plus dengan p = 0,001 p 0,05, dan antara bahan
perekat gigitiruan Polident dan Bony Plus dengan p = 0,008 p0,05. Perbedaan kekuatan perlekatan Protefix dan Polident dapat dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan wax hidrokarbon kedua bahan tersebut. Kekuatan perlekatan Polident lebih besar daripada Protefix. Polident memiliki kandungan wax hidrokarbon semipadat dan
cair. Wax hidrokarbon cair memudahkan penyebaran bahan perekat gigitiruan ke basis resin akrilik, sedangkan Protefix hanya memiliki kandungan wax hidrokarbon yang bersifat padat
dan semipadat. Protefix juga mengandung silica gel yang berperan sebagai pengontrol kelembapan. Silica gel mampu menyerap air dengan cepat karena memiliki ikatan yang kuat
dengan molekul air, sehingga bahan ini mampu menciptakan suasana yang kering. Sifat ini akan mempengaruhi kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix saat bereaksi
dengan saliva, karena akan terjadi tarik menarik air antara silica gel dengan Poly dan CMC. Hal ini akan mempengaruhi kinerja Poly dan CMC sebagai komponen utama perlekatan dan
dapat menurunkan kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan. Perbedaan kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix dan Bony Plus juga dapat disebabkan oleh
perbedaan kandungan wax hidrokarbon kedua bahan tersebut. Kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Bony Plus lebih besar daripada Protefix. Bony Plus memiliki kandungan
wax hidrokarbon cair yang memudahkan penyebaran bahan perekat gigitiruan ke seluruh basis resin akrilik, sedangkan Protefix hanya memiliki wax hidrokarbon yang bersifat padat.
Protefix memiliki kandungan silica gel yang dapat melemahkan ikatan Poly dan CMC dengan air, sehingga melemahkan kekuatan perlekatan. Bony Plus memiliki kandungan
methyl lactate sebagai bahan pelarut dan pengencer. Bahan ini akan mempengaruhi kelarutan
Universitas Sumatera Utara
bahan lainnya di dalam bahan perekat gigitiruan dan akan mempengaruhi kemampuan bahan lainnya untuk berikatan dengan basis resin akrilik.
Bahan perekat gigitiruan Polident dan Bony Plus sama-sama memiliki kandungan wax hidrokarbon semipadat dan cair, namun kekuatan perlekatan Polident lebih tinggi
daripada Bony Plus. Polident tidak memilki kandungan bahan pelarut, pengencer, dan pengontrol kelembapan yang dapat melemahkan kekuatan perlekatan bahan perekat
gigitiruan, seperti halnya Bony Plus. Bony Plus mengandung methyl lactate yang berperan sebagai bahan pelarut dan pengencer di dalam Bony Plus. Bahan ini akan mempengaruhi
kelarutan bahan lainnya di dalam bahan perekat gigitiruan dan akan mempengaruhi kemampuan bahan lainnya untuk berikatan dengan basis resin akrilik.
Selain hal tersebut di atas, perbedaan besar kekuatan perlekatan dari ketiga bahan perekat gigitiruan ini kemungkinan dapat terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi
kandungan CMC dan Poly methyl vinyl ether maleic acid yang berperan penting terhadap kekuatan perlekatan pada masing masing bahan perekat gigitiruan, namun berapa jumlah
konsentrasi CMC dan Poly tidak tercantum pada brosur di dalam kemasan bahan perekat tersebut.
Kelemahan penelitian ini adalah terdapat perbedaan waktu beberapa detik sewaktu alat uji akan merekatkan sampel atas ke sampel bawah, sehingga mempengaruhi waktu saliva
membasahi bahan perekat gigitiruan pada setiap pengukuran.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN