13 kondisi fisik yang sudah rapuh. Sedangkan Kosasih 2008, 12 mengemukakan
bahwa “alih media juga merupakan alternatif untuk melestarikan kandungan informasi bahan pustaka, karena formatnya dapat disimpan pada media
penyimpanan yang relatif besar kapasitasnya dan tahan lama.” Selanjutnya, Husna 2013, 2 mengemukakan bahwa:
Alih media digital artinya suatu proses pengalihan bentuk ke dalam format digital dari bentuk analog yang sebelumnya hanya satu buah menjadi file
digital yang dapat dibaca pada komputer dan dapat dibuatkan kopi digitalnya, sehingga ada dua versi yaitu versi asli dan kopiannya dalam
bentuk digital. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa alih media adalah merubah
bentuk tercetak ke dalam bentuk digital atau alternatif untuk melestarikan kandungan informasi bahan pustaka. Format penyimpanan yang relatif besar
kapasitasnya dan tahan lama sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas serta digunakan kapan saja dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu,
dapat juga dibuatkan kopi digitalnya yang memiliki versi asli dan versi kopiannya dalam bentuk digital.
2.3.1 Prioritas Utama Alih Media
Langkah pertama dalam melestarikan isi kandungan naskah kuno adalah dengan membuat suatu prioritas. Prioritas ini diperlukan untuk menyelamatkan
nilai historis dan isi kandungan dalam naskah kuno. Menurut survey yang dilakukan oleh Gould dan Ebdon yang dikutip oleh Lee 2001, 4 mencatat bahwa
“hampir dua pertiga perpustakaan telah melakukan program kegiatan alih media bahan pustaka yang terjadi sekitar tahun 1995-1996, tetapi tidak semua
perpustakaan mengalihmediakan setiap koleksinya dalam bentuk digital. ” Alasan
14 utama banyaknya perpustakaan dan museum melakukan alih media bahan pustaka
ialah untuk meningkatkan penggunaan koleksi, mengusahakan agar bahan pustaka asli tidak cepat mengalami kerusakan, menjaga dan melestarikan nilai yang
terkandung dalam naskah kuno seperti nilai historisnya. Dalam Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka 1995, 7 dinyatakan
bahwa: Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu bahan pustaka perlu
dilakukan alih media, diantaranya, faktor lingkungan temperatur dan kelembapan udara, cahaya, pencemaran udara, faktor biota, dan bencana
alam seperti kebanjiran, gempa bumi, kebakaran dan kerusuhan dan faktor manusia. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kualitas
kertas yang baik dan keterbatasan dana yang ada serta pentingnya peranan bahan pustaka sebagai media informasi di masa mendatang,
mengakibatkan sering ditemukan bahan pustaka sudah dalam kondisi rusak, kertasnya rapuh dan berubah warna menjadi kuning kecoklatan,
bahkan ada juga yang telah hancur. Dengan hancurnya kertas tersebut, berakibat hancur juga informasi yang terkandung di dalamnya dan hal ini
merupakan kerugian yang tak ternilai.
Sedangkan Seadle 2004, 119 mengemukakan kriteria yang harus menjadi
prioritas penting untuk mengalihmediakan bahan pustaka, adalah: 1.
Apakah bahan pustaka merupakan bahan pustaka yang rusak dan berharga;
2. Apakah prosedur digitalisasi bahan pustaka sesuai dengan standar yang
ada; dan 3.
Apakah hak cipta memberikan akses untuk tujuan pendidikan dan penelitian.
Selanjutnya menurut Hendrawati 2014, 11 kriteria dalam penyeleksian materi yang akan didigitalisasi meliputi:
1. Prioritas: koleksi naskah nusantara, buku langka, peta kuno, gambar,
foto bersejarah, majalah, surat kabar; 2.
Koleksi dengan permintaan yang tinggi atau sedang; 3.
Koleksi yang relatif tidka dikenal, karena diakses lewat digital diharapkan meningkatkan permintaan; dan
15 4.
Kriteria: Tema: yang menajdi prioritas adalah sejaran terbentuknya zaman kolonial, kemerdekaan dan lain-lain serta tingkat keterpakaian.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mengalihmediakan bahan pustaka terlebih dahulu harus membuat suatu prioritas utama dilakukannya
kegiatan alih media. Selain itu, dalam melakukan alih media juga harus memperhatikan kriteria penting dalam mengalihmediakan bahan pustaka seperti
bahan pustaka yang berharga, prosedur dan standar digitalisasi bahan pustaka serta hak cipta untuk mengaksesnya.
2.3.2 Tujuan Alih Media