Pengadaan Naskah Kuno Naskah Kuno

9 Pengertian naskah kuno yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab 1 pasal 1 ayat 4 adalah: Semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurangnya 50 lima puluh tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Pudjiastuti 2006, 9 menyatakan bahwa “naskah kuno merupakan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan rasa dan pikiran hasil budaya masa lampau yang mengandung nilai historis.” Selanjutnya Suprihati 2004, 2 menyatakan bahwa “naskah kuno terdiri dari berbagai aksara dan bahasa daerah yang ditulis pada daun lontar, bambu, rotan, daun nipah, kulit kayu, tulang binatang, lurang, kertas Eropa, kain dan lain- lain.” Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa naskah kuno adalah semua dokumen hasil tulisan tangan dari berbagai aksara dan bahasa daerah yang berumur sekurang-kurangnya 50 lima puluh tahun yang berisi berbagai pemikiran mengenai ilmu pengetahuan, adat istiadat atau budaya masa lampau yang mengandung nilai historis baik yang berada di dalam maupun di luar negeri.

2.2.1 Pengadaan Naskah Kuno

Pengadaan koleksi bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi diperpustakaan. Menurut Soeatminah 1992, 71 pengadaan bahan pustaka berasal dari berbagai sumber yaitu: 10 1. Pembelian Pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian merupakan kegiatan penambahan koleksi yang paling banyak dilakukan oleh perpustakaan. Dengan cara ini dapat dilakukan pemilihan koleksi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna dan dana yang tersedia. Sebelum melakukan pembelian, setiap judul buku harus diperiksa kembali untuk mengetahui apakah buku tersebut sudah dimiliki oleh perpustakaan atau sedang dipesan. Pembelian bahan pustaka dapat dilakukan melalui penerbit, toko buku dan agen buku. 2. Tukar menukar Tukar menukar bahan pustaka dapat dilakukan apabila perpustakaan memiliki jumlah bahan pustaka yang tidak dibutuhkan lagi atau jumlah bahan pustaka yang terlalu banyak, atau hadiah yang tidak diinginkan. Pada proses tukar menukar dibutuhkan kesepakatan yang lazimnya memiliki perbandingan 1:1 tidak memandang berat, tebal atau tipis publikasi dan harga. Tujuan dari tukar menukar bahan pustaka yaitu untuk memperoleh bahan pustaka tertentu yang tidak dapat dibeli, untuk memanfaatkan bahan pustaka yang duplikasi atau penerimaan hadiah yang tidak sesuai dan untuk mengembangkan kerjasama yang baim antar perpustakaan. 3. Hadiah Sebagian bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan ada juga diperoleh melalui hadiah. Bahan pustaka yang diperoleh lewat hadiah sangat penting untuk mengembangkan koleksi perpustakaan. Perpustakaan yang menerima bahan pustaka berupa hadiah dapat menghemat biaya pembelian. Ada dua cara teknik yang ditempuh unutk mendapatkan bahan pustaka melalui hadiah yaitu hadiah atas permintaan dan hadiah tidak atas permintaan. 4. Titipan Pengadaan bahan pustaka melalui titipan biasanya dilaksanakan oleh pecinta buku yang menitipkan koleksinya diperpustakaan agar dibaca oleh pengguna. Sedangkan Windi 2013, 5 mengemukakan cara pengadaan naskah kuno adalah sebagai berikut: 1. Hibah Hibah dari pemilik naskah atau kolektor naskah kuno ialah para pemilik naskah dengan senang hati menitipkan naskah kuno yang ada pada mereka kepada Perpustakaan. Apabila naskah kuno yang ada pada pemilik naskah tidak sanggup untuk merawatnya, maka pihak Perpustakaan meminta persetujuan pewaris naskah agar naskah kuno yang ada pada mereka disimpan pada Perpustakaan. 11 2. Pembelian Naskah secara Pribadi Museum atau perpustakaan membeli benda-benda kuno, termasuk naskah, yang ditawarkan pemilik benda kuno atau naskah itu. Dalam hal ini Perpustakaan hanya sedikit ingin membeli naskah kuno dari pewaris naskah, kurangnya dana mengakibatkan sulitnya membeli naskah kuno dari pewaris naskah. Naskah yang di jual dengan sangat mahal maupun ketertutupan informasi dari masyarakat. 3. Salinan dari Naskah Induk Naskah kuno yang tersimpan kebanyakan berupa kopiian naskah, alih media naskah maupun salinan naskah dari naskah induk. 4. Pengembalian atau Penyerahan Perpustakaan atau museum suatu negara yang menyimpan naskah kuno untuk dikembalikan ke negara asal naskah kuno. Pada saat ini perpustakaan belum pernah menerima foto copy maupun salinan naskah asli dikembalikan atau diserahkan kepada perpustakaan. Selain pendapat di atas Sutarno 2006, 177 mengemukakan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1. Pembelian baik langsung maupun melalui pihak ketiga; 2. Melakukan tukar menukar; 3. Mendapatkan bantuan atau sumbangan; 4. Menggandakan seperti membuat foto kopi, membuat duplikasi, membuat CD dan lain sebagainya; dan 5. Menerbitkan termasuk didalamnya membuat kliping koran. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa cara pengadaan naskah kuno hampir sama dengan pengadaan bahan pustaka. pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan melalui pembelian, tukar menukar, hadiah dan titipan sedangkan pengadaan naskah kuno dapat dilakukan melalui hibah, pembelian secara pribadi, salinan naskah induk dan penyerahan atau pengembalian dari perpustakaan lain yang memiliki naskah kuno.

2.2.2 Tujuan Pengadaan Naskah Kuno